Pengertian Makanan Pendamping ASI
Untuk dapat bertumbuh kembang dengan baik, si kecil memerlukan gizi yang cukup. Setelah si kecil lahir, gizi tersebut dapat dipenuhi dari diberikannya ASI. Namun, ketika umur si kecil menginjak 6 bulan, walaupun ASI tetap menjadi sumber utama nutrisi si kecil, namun di masa ini Anda perlu mulai memperkenalkan makanan padat sebagai pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan si kecil, atau yang seringkali disebut juga dengan istilah MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu).
Ketika Anda memberi makan si kecil, pastikan bahwa Anda memberi makanan pendamping tersebut setelah si kecil menyusui atau diantara waktu menyusui, sehingga si kecil tetap menyusu sebanyak mungkin. Ingatlah bahwa si kecil masih memiliki lambung tang kecil sehingga memerlukan makanan lembut dalam jumlah kecil namun dengan intensitas yang sering sepanjang hari. Di masa masa ini, Anda harus memastikan kehigenisan tangan Anda dengan mencuci tangan Anda dan si kecil dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan sebelum memberi makan si kecil untuk menghindari masuknya bakteri-bakteri dalam makanan si kecil.
Mengenalkan si kecil dengan makanan padat dapat menjadi sesuatu yang ditunggu tunggu namun juga menakutkan. Seringkali, di masa-masa ini, terdapat banyak pertanyaan yang timbul di benak Anda, seperti “Tipe makanan seperti apa yang harus diberikan?”, “Bagaimana cara memulainya?”, “Berapa banyak?”, “Berapa sering?”, dan lainnya. Untuk membantu Anda, berikut ini adalah berbagai hal yang perlu Anda ketahui dan dapat dijadikan referensi untuk membantu Anda dalam memberi makan si kecil:
Kapan makanan padat dapat mulai dikenalkan?
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), waktu yang tepat untuk mulai mengenalkan makanan padat ke si kecil adalah ketika si kecil berumur sekitar 4 sampai 6 bulan, namun, semua ini dapat sangat tergantung dengan bayi Anda. Berikut ini adalah tanda-tanda yang harus Anda cari sebelum mulai mengenalkan makanan padat ke si kecil:
- Dapat duduk tegak dan menyangga kepalanya sendiri
- Mulai penasaran dengan apa yang ada di sekitarnya
- Kemampuan untuk menelan dan hilangnya tongue thrust reflex (refleks untuk menjulurkan lidah kelar sehingga makanan padat tidak dapat masuk)
- Ketidakpuasan ketika hanya diberi ASI
- Munculnya keinginan akan makanan dengan mengarahkan wajahnya kearah makanan dan membuka mulutnya
- Menunjukkan adanya kenaikan berat badan (kurang lebih dua kali lipat dari berat badan ketika lahir) dan memiliki berat badan sekurangnya 6 kg
- Dapat menutup mulutnya dengan sendok di mulut
Makanan apa yang dapat diberikan?
Ketika si kecil mulai menginjak umur 4 sampai 6 bulan, bayi Anda masih belajar untuk mengunyah. Maka dari itu, makanan pertama bayi Anda harus merupakan makanan yang lebut sehingga mudah untuk ditelan, seperti bubur, puree buah dan sayur (makanan yang dilembutkan, baik dengan blender, grinder, atau ditekan-tekan), atau sereal bayi yang kaya akan zat besi. Berhubung bayi Anda sudah sangat familiar dengan ASI, campurkanlah makanan yang telah dilembutkan tadi (puree) dengan ASI Anda untuk menarik perhatian si kecil. Untuk pertama kali, usahakan makanan tersebut dibuat secair mungkin, lalu tingkatkan konsistensinya secara bertahap dan perlahan-lahan. Cobalah untuk memperkenalkan satu makanan baru ke si kecil setiap 3-4 hari dan amatilah reaksi si kecil sehingga Anda dapat mengetahui apabila si kecil memiliki alergi tertentu. Ingatlah bahwa rasa-rasa baru yang dirasakan dari makanan makanan ini dapat mengejutkan bayi Anda. Beri si kecil waktu untuk menjadi terbiasa dengan makanan makanan dan rasa rasa baru ini. Bersabarlah dan jangan paksa dia untuk makan. Apabila si kecil menolak untuk mengkonsumsi suatu makanan baru, cobalah lagi dalam beberapa hari. Anda juga dapat mencampurnya dengan makanan yang disukai si kecil atau menambahkan ASI di dalamnya.
Ketika si kecil mulai berusia 6-8 bulan, ia akan menjadi lebih terbiasa dengan makanan-makanan dan rasa-rasa baru. Di masa-masa ini, Anda dapat mulai mengenalkan yogurt tawar (tanpa pemanis), puree daging, dan puree legume (kacang-kacangan) ke menu si kecil.
Di usia 9-11 bulan, genggaman si kecil biasanya sudah jauh lebih kuat. Di masa ini, dari pada melembutkan makanan seperti biasa, Anda sudah dapat mulai memotong makanan dalam ukuran kecil dan membiarkan si kecil untuk memakannya sendiri menggunakan jari-jarinya. Intinya makanan-makanan yang diberikan harus mudah untuk dimakan dan kaya akan nutrisi. Selain kentang dan biji-bijian, pastikan bahwa si kecil mengkonsumsi cukup sayur, buah, kacang-kacangan, dan makanan hewani yang kaya akan lemak seperti telur, daging, ikan, dan ayam.
Ingatlah bahwa sistem pencernaan si kecil masih berkembang dan beberapa makanan dapat membuat si kecil tersedak atau berbahaya untuk si kecil. Maka dari itu, sebelum si kecil berumur 1 tahun, hindarilah makanan-makanan seperti berikut:
-
Susu sapi
Susu sapi mengandung kandungan protein dan mineral tinggi yang dapat membebani ginjal si kecil yang masih dalam tahap perkembangan dan menimbulkan kerusakan pada ginjal. Selain itu, protein dari susu sapi dapat mengiritasi dinding lambung dan usus si kecil, menyebabkan keluarnya darah ketika si kecil buang air besar, diare, dan lainnya.
-
Madu
Madu dapat mengandung spora bakteri bernama Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan terjadinya botulisme. Hal ini disebabkan karena sistem pencernaan bayi masih dalam tahap perkembangan sehingga masih lemah dan belum mampu memproduksi anti bakteri secara alami. Botulisme sendiri merupakan penyakit yang cukup serius karena dapat mempengaruhi otot-otot si kecil, termasuk otot pernafasan. Selain itu, pemberian madu sebelum saatnya juga dapat menimbulkan iritasi dan sakit kepala pada si kecil. Bakteri dan spora ini tidak dapat dibunuh hanya dengan proses pemanasan biasa (pasteurisasi), maka dari itu, cara terbaik adalah untuk tidak memberi si kecil madu dalam bentuk apapun sebelum si kecil berusia 1 tahun.
-
Makanan keras dan kacang kacangan
Hindarilah memberikan makanan keras seperti kacang kacangan untuk si kecil sebelum dia berumur 5 tahun untuk menghindari resiko tersedak. Anda dapat mulai memberikan kacang kacangan apabila bayi Anda sudah berumur kurang lebih 6 bulan selama kacang tersebut telah dilembutkan terlebih dahulu atau berbentuk selai. Konsultasikanlah terlebih dahulu dengan konsultan gizi atau dokter anak Anda sebelum Anda memutuskan untuk memasukkan kacang dalam menu si kecil apabila Anda atau keluarga Anda memiliki riwayat alergi kacang. Selain makanan keras, hindarilah pula makanan seperti jeli atau marshamallow untuk menghindari resiko tersedak.
-
Keju yang tidak dipasteurisasi
Keju dapat menjadi menu yang sehat bagi si kecil karena kaya akan protein, vitamin, dan kalsium. Pada umumnya, keju dapat diberikan apabila si kecil sudah berumur 6 bulan atau lebih. Namun, konsumsi keju lunak yang dimatangkan oleh jamur seperti brie atau camembert, keju dari susu kambing, dan keju berurat biru seperti roquefort karena tingginya resiko listeria. Ingatlah untuk selalu memeriksa label keju apabila Anda membelinya untuk memastikan bahwa keju tersebut dibuat dari susu yang telah dipasteurisasi. Namun, apabila Anda tidak yakin, Anda dapat meminimalisir resiko adanya bakteri listeria dengan memasak keju tersebut terlebih dahulu.
-
Kerang, ikan dan seafood
Kerang dan seafood merupakan makanan yang dapat berpotensi sebagai alergen bagi si kecil. Maka dari itu, tunggulah sampai si kecil berumur 1 tahun sebelum mengenalkan makanan-makanan ini sedikit demi sedikit. Ketika Anda memutuskan untuk mulai mengenalkan ikan, kerang, atau seafood di menu si kecil, pastikanlah bahwa makanan tersebut benar benar matang untuk mengindari keracunan makanan. Pastikan juga bahwa ikan tersebut telah bersih dari duri duri, dan hindarilah seafood yang memiliki kandungan merkuri yang tinggi seperti hiu, ikan todak, dan ikan marlin.
-
Garam
Garam merupakan hal yang harus dihindari ketika Anda memberi makan si kecil. Apabila Anda berfikir bahwa si kecil menolak makanan yang Anda berikan karena makanan tersebut tawar, maka Anda salah. Si kecil seringkali menolak makanan baru karena ia telah terbiasa dengan ASI dan makanan tersebut asing baginya. Pada dasarnya, kebutuhan garam si kecil adalah kurang dari 1 gram (0,4 gram sodium) setiap harinya, dan kebutuhan ini telah dipenuhi dengan konsumsi ASI. Apabila Anda memberikan makanan yang mengandung garam didalamnya, garam tambahan tersebut justru akan membebani ginja si kecil sehingga ginjal tersebut tidak dapat berfungsi seperti semestinya. Hal ini dapat menyebabkan penyakit ginjal. Selain itu, berdasarkan penelitian, konsumsi garam berlebihan pada saat kecil dapat meningkatkan resiko hipertensi, osteoporosis, penyakit jantung, dan penyakit pernafasan.
Untuk referensi lebih lanjut, berikut ini adalah daftar kebutuhan garam untuk bayi dan anak-anak menurut SACN (Scientific Advisory Committee on Nutrition):
– 0 sampai 12 bulan : kurang dari 1 g (0,4 g sodium)
– 1 sampai 3 tahun : 2 g (0,8 g sodium)
– 4 sampai 6 tahun : 3 g (1,2 g sodium)
– 7 sampai 10 tahun : 5 g (2 g sodium)
– 11 sampai 14 tahun : 6 g (2,4 g sodium)
-
Gula
Hindarilah pemberian gula pada si kecil sebelum ia berumur 1 tahun. Hal ini karena gula olahan seringkali melibatkan banyak proses kimia yang dapat berbahaya bagi si kecil. Selain itu, gula yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan pembusukan gigi dan dapat menurunkan imunitas tubuh. Ingatlah bahwa hal ini bukan berarti Anda tidak diperbolehkan untuk memberikan si kecil makanan yang memiliki rasa manis. Gula yang dimaksud disini adalah gula olahan, dan bukan pemanis alami yang dapat diambil dari buah buahan.
Seringkali, terdapat banyak keraguan dan ketakutan bagi para orang tua ketika ingin memperkenalkan suatu menu yang memiliki potensi sebagai alergen. Sebenarnya masih ada dua pendapat yang berbeda mengenai umur yang tepat untuk mengenalkan makanan alergen pada si kecil. AAP (American Academy of Pediatrics) menyarankan bahwa alergen mulai dikenalkan sejak si kecil berusia 6 bulan, namun ASCIA (Australian Society of Clinical Immunology and Allergy) menyarankan bahwa makanan alergen mulai dikenalkan ketika si kecil sudah menginjak umur 1 tahun. Namun, hal umum yang dapat diambil dari dua pendapat yang berbeda tersebut adalah bahwa alergen harus dikenalkan seawal mungkin.
Yang terpenting ketika Anda mengenalkan makanan alergen pada si kecil adalah untuk memberikannya dalam jumlah kecil, satu persatu setiap 3-4 hari, dan mengamati adanya resiko alergi. Ingatlah untuk memberikannya ketika si kecil berada dalam kondisi sehat. Apabila si kecil tidak menunjukkan reaksi alergi apapun, cobalah untuk meningkatkan jumlah makanan tersebut secara perlahan-lahan. Apabila Anda masih merasa ragu, atau apabila si kecil menderita eksim parah, konsultasikanlah dengan dokter anak terlebih dahulu. Anda juga dapat membawa si kecil untuk melakukan tes alergi terlebih dahulu. Ingatlah untuk segera menghubungi layanan darurat apabila si kecil menunjukkan reaksi alergi parah seperti sulit bernafas, bengkak, muntah parah, atau diare parah.
Berapa banyak makanan yang dapat diberikan?
Banyaknya makanan padat yang dapat Anda berikan sangat tergantung dengan usia si kecil. Berikut ini adalah referensi jumlah makanan yang diberikan berdasarkan usia si kecil:
-
4 – 6 bulan
Mulailah dengan 1 sendok teh sereal bayi atau makanan yang telah dilembutkan (puree). Campurlah makanan tersebut dengan 4 – 5 sendok teh ASI sehingga makanannya menjadi sangat encer. Apabila si kecil sudah mulai familiar dengan makanan baru ini, tingkatkan jumlahnya menjadi 1 sendok makan sereal bayi atau makanan yang telah dilembutkan yang telah dicampur dengan ASI. Berikan sebanyak 2 kali sehari. Lama kelamaan, tingkatkan konsistensi makanan tersebut dengan mengurangi porsi ASI yang dicampur dalam makanan tersebut.
-
6 – 8 bulan
Mulailah dengan 1 sendok teh buah, 1 sendok teh sayuran, dan secara bertahap tambahkan kuantitasnya menjadi 2 sampai 3 sendok makan. Bagilah porsi tersebut menjadi 4 sesi makan setiap harinya. Untuk sereal bayi, Anda dapat memberikan sebanyak 3 sampai 9 sendok makan sereal untuk 2 sampai 3 sesi makan setiap harinya.
-
8 – 12 bulan
Ketika usia si kecil sudah menginjak 8 sampai 12 bulan, jumlah makanan yang dapat Anda berikan sudah sangat meningkat. Di masa ini Anda dapat memberikan 1/2 ons keju, 1/4 sampai 1/2 cup sereal bayi, 3/4 sampai 1 cup buah, 3/4 sampai 1 cup sayur-sayuran, dan 3 sampai 4 sendok makan makanan yang kaya protein seperti daging-dagingan setiap harinya.
Walaupun jumlah makanan pendamping yang Anda berikan meningkat, namun ingatlah bahwa ASI tetaplah menjadi sumber nutrisi yang utama. Hal ini berarti jumlah konsumsi ASI tidak dapat tergantikan dengan konsumsi makanan-makanan diatas. Ingatlah bahwa makanan-makanan diatas hanyalah berfungsi sebagai PELENGKAP dan PENDAMPING ASI, dan bukannya menggantikan ASI.
Bagaimana dengan jus dan air?
Menurut AAP (American Academy of Pediatrics), pemberian jus buah untuk anak-anak dibawah 1 taun sangat tidak direkomendasikan. Hal ini karena jus buah mengandung lebih banyak gula dan kalori. Selain itu, sebagian besar manfaat konsumsi buah datang dari konten serat didalamnya. Dalam proses membuat jus, seringkali kita menghilangkan konten serat tersebut, sehingga yang tersisa hanyalah air dengan gula dan sedikit nutrisi. Kandungan gula yang tinggi ini dapat sulit diserap oleh usus si kecil dan dapat menyebatkan diare akut. Selain itu, kandungan gula yang berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Untuk konsumsi air. Si kecil dapat mulai mengkonsumsi air ketika ia mulai dapat mengkonsumsi makanan padat, tepatnya di usia lebih dari 6 bulan. Ketika si kecil mulai menginjak usia 6 bulan keatas, Anda dapat memberikan sekitar 4 – 6 ons air setiap harinya. Di umur 1 tahun keatas, si kecil mulai dapat mengkonsumsi air putih sebanyak yang ia mau. Namun, apabila Anda ragu, Anda dapat menanyakannya terlebih dahulu ke dokter anak sebelum Anda memberikan air ke si kecil. Yang perlu diingat adalah hindari pemberian air putih sesedikit apapun pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Hal ini karena di bawah 6 bulan, ginjal si kecil belum cukup matang untuk mengolah air sehingga air menjadi sangat beracun bagi si kecil. Hasilnya, si kecil dapat terkena keracunan air atau yang juga disebut dengan hyponatremia. Penyakit ini dapat sangat berbahaya karena dapat menyebabkan pembengkaan otak dan bahkan kematian.
Knowledge is power~
Sumber:
– https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/338782/SACN_Salt_and_Health_report.pdf
– https://www.babycenter.com/0_age-by-age-guide-to-feeding-your-baby_1400680.bc
– https://pediatrics.aappublications.org/content/106/Supplement_4/1274.1
– https://www.parentmap.com/article/what-feed-baby-puree-recipes
– https://www.unicef.org/parenting/food-nutrition/feeding-your-baby-6-12-months