Mungkin di antara Anda pembaca pernah membaca kisah persalinan saya 12-an tahun yang lalu di web www.bidankita.com maupun di buku saya yang berjudul “Siapa Bilang Melahirkan Itu Sakit”
Nah saat ini saya akan share tentang sebuah ilmu yang mungkin belum Anda ketahui. Yaitu tentang hukum dalam Spinkter atau Spinkter Law.
Namun sebelumnya saya ingin bercerita kembali tentang kisah perjalanan kehamilan dan persalinan saya, supaya mengingatkan Anda.
Perjalanan saya akan kehamilan sangat unik, walaupun saya berhasil melahirkan tanpa rasa sakit, namun banyak kisah yang terjadi selama proses kehamilan saya. Ini adalah kehamilan pertama saya dan saya beruntung karena selama hamil, hampri tidak pernah merasakan “mabok” ataupun mual muntah seperti orang kebanyakan. Dalam istilah jawa di kehamilan saya, saya termasuk “ngebo” yang artinya tak ada keluhan apapun, hobinya makan dan tidur. Namun ketika usia kandungan saya menginjak 21 minggu, saya mengalami perdarahan dan Abortus imminen (abortus yang bisa dipertahankan) saat itu serviks saya sudah membuka sekitar 1 cm. Dugaan saya saat itu mungkin karena saya habis bercinta dengan suami, maklum suami pulang hanya tiap sabtu minggu, dan itu adalah hari minggu malam kejadiannya. Dan riwayatnya, selama hamil, libido saya justru naik sehingga hampir tiap suami pulang, kami pasti bercinta. Dan dugaan saya, ternyata serviks saya tidak terlalu kuat dan tidak tahan dengan prostatglandin yang ada di sperma suami sehingga begitu saya terangsang, hormon oksitosin naik, sehingga saya langsung kontraksi, dan begitu suami ejakulasi maka serviks saya langsung bereaksi pula. Sempat saya mondok di RS sekitar 3 hari, mendapatkan duvadillan (obat penguat kandungan) dan beruntung janin saya bisa dipertahankan saat itu. Di bulan ke-6 saat itu saya main ke sebuah tempat ziarah di klaten yaitu Sendang Sri Ningsih, ada 100-an anak tangga yang harus saya lalui dan itupun di sebuah bukit. Sepulang dari ziarah, malam harinya sayapun kontraksi kembali, dan perdarahan kembali. Setelah dibawa ke Rumah Sakit saat itu ternyata saya sudah mengalami pembukaan 5 cm. Akhirnya mondok selama 3 hari, dan duvadillan kembali masuk sebagai penguat kandungan, dan beruntung lagi selama 3 hari kontraksi menjadi hilang dan “anteng” lagi, sehingga saya diperbolehkan pulang, dengan pesan saya sementara dilarang bercinta dahulu ^_^.
Akhirnya kegiatan saya dirumah hanyalah makan, tidur, makan, tidur sambil selalu mendengarkan musik klasik dan menyusun kliping seputaran ibu melahirkan dan bayi baru lahir serta resep-resep makanannya
Nah di kehamilan antara 7-8 bulan, di tradisi jawa ada upacara “MITONI” sebagai ucapan syukur dan doa untuk keselamatan janin saya. Selesai acara mitoni, saya merasa happy sekali dan karena rumah saya begitu kotor (bekas aktifitas memasak) sayapun ikutan mengepel lantai, saya ingat sekali saat itu saya jongkok sambil mengepel seluruh lantai dapur dengan begitu semangatnya menggunakan sunlight karena lantai dapur saya terkena minyak.
Nah mungkin karena terlalu capek sehingga malam harinya saya mengalami kontraksi untuk ketiga kalinya. Dan jam 21.00 saat saya di rumah sakit dan di periksa oleh dokter saya sudah mengalami pembukaan 7cm. Dan saat itu diperkirakan saya akan melahirkan sekitar jam 24.00. saya hanya di suruh tidur miring dan menunggu. Namun yang terjadi, kontraksi saya bukannya bertambah tetapi justru melambat dan semakin lama semakin hilang. Orang tua dan suami saya malah sampai tidur ngorok di kamar sehingga sepanjang malam saya tidak bisa tidur, bukan karena kontraksi namun karena suara ngorok mereka heheh. Sempat saya marah dengan diri dan bayi saya, saya merasa kok dia sangat merepotkan sekali? Hingga saya menangis dan merasa begitu kesal dan marah. Dan alhasil, saya tidak jadi melahirkan hari itu. Di observasi selama 3 hari tanpa obat apapun, ternyata proses persalinan saya terhenti dan akhirnya saya kembali diperbolehkan untuk pulang.
Selama dirumah saya mulai enjoy dan tidak pernah ada yang namanya kontraksi ataupun perdarahan, semakin lama bayi saya semakin tumbuh dengan sehat, dan di akhir kehamilan kegiatan saya adalah bernyanyi dan goyang panggul sambil melihat VCD Shah Rukh Khan “Kuch Kuch Hota Hai dan Mohabattein” yang bisa sehari sampai 3-4 kali saya putar dan saya ikuti tariannya.
Dan di malam minggu tgl 24 Maret 2001 yang lalu , jam 5 sore saya masih goyang india, jam 20.00 suami saya pulang dari Ungaran tempat kerjanya, dan saya masih enjoy makan malam sembari ngobrol dengan suami, lalu di jam 22;00 saat saya mau tidur, saat suami mencium perut saya, tiba tiba ketuban saya pecah dan lalu saya berjalan ke kamar ibu saya dan jam 23:00 bayi mungil saya GABRIELE NADINA ELLOIANZA lahir di kamar ibu saya. Tanpa rasa sakit
Saat itu saya begitu penasaran dengan perjalanan kehamilan dan proses persalinan saya, karena 2 bulan setelah melahirkan saya melanjutkan kuliah di kebidanan, dan saya bertemu dengan dr Lilik SPOG yang saat itu beliaulah yang memeriksa saya dan menyatakan saya sudah pembukaan 7cm, saya bertanya kepada beliau dan beliau menyatakan kemungkinan saya mengalami kelainan yaitu serviks inkopenten dimana otot dan serabut di serviks kurang dari normal sehingga mudah sekali membuka, namun saat saya baca lagi di berbagai sumber, jika saya mengalami serviks inkopeten, kemungkinan saya harus pasang ring (semacam) cincin untuk menahan serviks agar tetap tertutup, dan kemungkinan besar saya tidak bisa memakai kontrasepsi IUD karena kelainan itu. Tapi kenyataannya saya tetap pakai IUD dan tidak pernah ada masalah dengan serviks saya (Atau mungkin tingkatan serviks inkopeten yang saya derita tidak terlalu parah mungkin? Bisa jadi demikian)
Nah lalu apa hubungannya dengan spinkter law dalam judul artikel ini dengan kasus saya?
Hingga saat ini tentang seputar serviks, saya masih belajar dan belajar, sampai saya menemukan buku karya Ina May Gaskin yang berjudul “Spiritual Midwifery” dan dalam buku itu membahas tentang serviks.
Begini bahasannya:
Suatu hari Ina mendampingi klien yang sedang bersalin, dan saat itu menurut hasil pemeriksaanya serviks sudah membuka sekitar 7 cm. Namun karena sang ibu kesakitan dan cemas berlebihan, maka kondisi janinnya tidak menunjukkan tanda yang baik dan mengharuskan Ina untuk merujuk ke RS agar dilakukan tindakan lebih lanjut. Dan apa yang terjadi? Ketika di RS, dan Ina melakukan pemeriksaan dalam kembali ternyata serviks si ibu tersebut baru membuka 4 cm!! Artinya bahwa ada penurunan pembukaan serviks dari 7 cm ke 4 cm.
Heran memang tapi ini benar-benar terjadi!
Ketika dilakukan evaluasi, ternyata memang secara fisiologis, ketika seorang ibu merasa takut, terancam, terintimidasi atau marah atau merasakan emosi negatif lainnya atau bahkan kesakitan sehingga dia merasa takut dan tegang, ternyata hal-hal semacam itu membuat tubuh bereaksi salah satunya adalah menutup kembali atau mengencangkan spinkter di dalam tubuhnya. Dan otot serviks termasuk otot spinkter sama seperti Anus, sama seperti otot polos pada usus dan jantung. Spinkter artinya seperti ring (cincin) yang bisa mengerut dan melonggar.
Sama seperti mamalia lain yang sedang melahirkan di hutan, ketika dia melihat ada ancaman atau predator otomatis proses persalinan bisa saja terhenti bahkan serviks bisa saja Rigid/kaku dan tidak melanjutkan tugasnya. Itu terjadi karena cortek di otaknya menjadi waspada dan itu adalah salah satu mekanisme pertahanan diri tubuh.
Begitu pula dalam proses persalinan manusia, ketika seorang manusia melahirkan, lalu dia merasa ada kecemasan dan kepanikan yang terjadi serviks bisa saja kaku bahkan cenderung menutup apalagi jika di saat itu serviks belum sepenuhnya membuka dan sang ibu sudah tidak bisa kontrol lagi sehingga mengejan tanpa kontrol yang terjadi justru serviks semakin kaku bahkan menjadi bengkak.
nah lalu mengapa saya membahas spinkter dalam artikel ini?
Ada beberapa yang harus saya sampaikan bahwa spinkter adalah organ yang tidak merespon pada perintah, namun spinkter ini akan lebih mudah dalam suasana intim yang nyaman di mana seorang wanita merasa aman. Otot-otot lebih cenderung untuk membuka jika wanita merasa positif tentang dirinya sendiri , di mana ia merasa terinspirasi dan menikmati proses kelahiran. Spinkterotot mungkin tiba-tiba menutup bahkan jika mereka telah melebar , jika wanita merasa terancam dengan cara apapun .
Spinkter di dalam tubuh kita tidak hanya di dalam serviks saja, ini juga termasuk spinkter Ani (anus) dan juga vagina.
Apa yang terjadi ketika suatu hari Anda di minta untuk tinggal di asrama atau hotel yang sangat kumuh yang mana kamar mandinya kotor sekali, dan itu sangat tidak nyaman bagia Anda, kira-kira bisakah Anda pipis ataupun buang air besar di sana? Sebelum kamar mandi yang kotor itu Anda bersihkan? Atau sebaliknya, Anda yang biasanya buang air besar di rumah dengan WC jongkok, ketika suatu hari Anda harus menginap di hotel bintang 5 dan disana tentu saja WC dan Kamar mandinya begitu mewah dan tidak ada WC jongkoknya, sekiranya bisakah Anda buang air besar? Atau ketika Anda di pagi hari sedang menikmati buang air besar, lalu tiba-tiba ada orang gedor gedor pintu kamar mandi Anda, apa yang terjadi, apakah Anda mampu meneruskan “prosesi” buang air besar itu dengan nyaman? Atau sebaliknya justru keinginan untuk buang air besar seketika hilang dan akhirnya tidak jadi?
Nah hal yang sama terjadi dalam proses persalinan, ketika Anda merasa terintimidasi atau terancam, atau khawatir atau panik dengan cara apapun bisa saja proses pembukaan yang semula sudah lebar berubah menjadi macet atau bahkan menyempit kembali, coba lihat kisah persalinan saya di atas. Coba lihat kalimat yang saya bold .
Ketika saya marah saya sebel saya kesal yang terjadi proses persalinan seketika itu berhenti. Dan mungkin spinkter serviks saya pun menutup kembali, karena buktinya sejak 8 bulan hingga 9 bulan setelah peristiwa itu saya tidak mengalami pembukaan lagi atau lanjutan dari proses pembukaan saya yang sudah 7 cm tersebut?
Inipun juga terjadi pada beberapa klien saya, yang mana ketika saya periksa dia sudah mengalami pembukaan 9 lebih (hampir lengkap) namun karena panik dan proses persalinannya terasa menyakitkan bagi si ibu dimana si ibu tanpa terasa panik dan cemas, dan akhirnya proses berjalan tidak lancar dan asaya harus merujuknya ke RS, ketika mendengar kata “RUJUK” apa yang ada di pikiran klien saya? Pasti sesar bukan? Pasti dia semakin cemas juga. Dan apa yang terjadi ketika sampai di UGD (Unit Gawat Darurat) dimana mereka harus di periksa lagi oleh bidan yang mereka tidak kenal sebelumnya dengan suasanya yang pastinya jauh dari hommy dan friendly bahkan seringkali mereka kasar saat proses melakukan VT? Mungkin tidak serviks nya menjadi menurut atau menyempit atau kaku? Ohh mungkin sekali karena perlu di ingat bahwa
Spinkter Anda (termasuk ekskretoris Anda , leher rahim , dan vagina ) bertanggung jawab untuk melepaskan/melahirkan bayi ke dunia ini. Jika Spinkter Anda yang ketat, pembukaan pasti akan terhenti dan tidak ada kemajuan, dan Anda mungkin akan mengalami lebih banyak rasa sakit , dan Anda mungkin akan diberi obat induksi untuk membantu memaksa Spinkter terbuka. Jadi apa sebenarnya ” Hukum Spinkter” tersebut ?
1. Organ Ekskretoris, leher rahim, dan otot Spinkter vagina akan berfungsi baik dalam suasana keintiman dan privasi , misalnya , kamar mandi yang pintunya terkunci atau kamar tidur di mana tidak mungkin ada gangguan.
2. Ini Spinkter tidak dapat dibuka atau terbuka dan tidak merespon dengan baik pada perintah seperti “ayo dorong” atau “ayo relax!”
3. Sehingga spinkter seseorang yang sedang dalam proses pembukaan bisa saja dan mungkin saja tiba-tiba menutup jika orang itu menjadi marah, takut , malu , atau panik. Kenapa? Tingginya kadar adrenalin dalam aliran darah tidak mendukung (bahkan kadang-kadang mereka benar-benar mencegah) terjadinya pembukaan Spinkter. Penghambatan faktor ini adalah salah satu alasan penting mengapa banyak sekali masalah di seputar kemajuan persalinan / pembukaan persalinan terutama ketika persalinan berada di tempat yang membuat sang ibu merasa tidak nyaman.
4. Dan berita baiknya adalah   Keadaan relaksasi dari mulut dan rahang secara langsung berkorelasi dengan kemampuan leher rahim , vagina , dan anus membuka dengan kapasitas penuh.
Jadi ketika mungkin Anda pun mengalami cerita yang hampir sama ataupun bahkan sama dengan kasus kasus yang saya ungkapkan dalam artikel ini, hal pertama adalah, coba evaluasi kembali apa yang membuat mental dan psikologis Anda terganggu sehingga Anda cemas, marah, panik atau muncul emosi negatif saat persalinan.
Karena ingat bahwa kondisi emosi ibu sangat berpengaruh pada proses pembukaan serviks saat persalinan.
Nah, tentang spinkter law, silahkan Anda bisa membuka di link berikut untuk pelengkap dari informasi saya :
http://www.youtube.com/watch?v=erQaieezOwo
selam hangat.
Resource:
1. Gaskin, Ina. Ina May”s Guide to Childbirth, Bantam Book, 2003
2. http://thebirthbug.wordpress.com/tag/sphincter-law/
3. http://parentables.howstuffworks.com/health-wellness/what-does-sphincter-have-do-childbirth.html
4. http://www.birthlore.com/class/wp-content/uploads/2012/09/sphincter-law.pdf
5. http://lineanegrayasminhernandez.wordpress.com/tag/sphincter-law-in-birthing/
gambar:
http://women.webmd.com/picture-of-the-cervix
http://www.thebabycorner.com/page/2590/