Bidan Kita

Home Blog Page 23

Cara Berkomunikasi Dengan Janin

Memang janin bisa di ajak berkomunikasi?

Bagaimana caranya ya?


Berikut ini akan kami bahas tentang cara berkomunikasi dengan janin, namun sebelumnya beberapa hal yang harus Anda lakukan Adalah: Bayi Anda mampu merasakan apa yang Anda rasakan lho!

Janin Anda juga bisa mendengarkan suara Anda bahkan walaupun Anda berbisik.

Lakukan komunikasi dengan janin sedari dini.

Nah sekarang kita coba dengan menggunakan panca indra ya?

  • Carilah posisi yang paling nyaman
  • Sadari nafas lalu atur nafas anda hingga anda merasa rileks
  • Ciptakan nama panggilan sayang Anda kepada janin, lali dengan lembut suarakan sambil merasakan getaran di tenggorokan dan tubuh Anda
  • Lakukan berkali kali sampai janin merespon, entah dengan gerakan atau dengan tendangan.
  • Lalu dengarkan musik yang Anda suka dan anda merasa nyaman lalu nikmati temponya
  • Kirim energi cinta dan sayang kepada janin sembari menunggu responnya
  • Pujilah dengan suara Anda setiap kali dia merespon

Memperdengarkan  suara Anda saat janin Anda masih berada di rahim, membantu bayi Anda merasa dekat dengan Anda segera setelah dia lahir.

Berbicara dan bernyanyi untuk bayi Anda bisa benar-benar bermanfaat begitu Anda tahu dia bisa mendengar Anda.

  • Beberapa kali sehari, letakkan kedua tangan Anda di perut dan bayangkan seolah Anda sedang memeluk bayi Anda.
  • Usap dan sedikit kasih pijatan yanh super lembut sambil ajak bicara atau membisikkan kalimat sugesti positif
  • Cobalah untuk tersambung/connect dengan janin Anda melalui sentuhan Anda.
  • Ingat !
    Sebelum menyentuh, hangatkan dulu telapak tangan Anda yaaaa

Bukan hanya Anda melakukan ini, namun kalau bisa usahakan selalu libatkan suami atau pasangan Anda.  Saat Anda merasakan tendangan bayi, letakkan tangan pasangan Anda di atas perut Anda sehingga dia bisa merasakan gerakannya juga, dan biarkan dia merespons dengan menggosok benjolan Anda di tempat yang sama.

Pasangan Anda  bahkan bisa membaca satu atau dua buku. Anda mungkin akan merasakan ikatan Antara Anda, pasangan dan bayi Anda semakin hari semakin kuat.

Apa yang Anda lihat akan sangat berpengaruh pada diri dan janinAnda.
Mulai dari sekarang #lihatlah gambar, video atau informasi yang positif dan membuat Anda bersemangat.

  • Apa yang Anda makan dan taste apa yang Anda rasakan juga dirasakan oleh janinmu.
  • Cobalah untuk santai lalu tanyakan kepada janin Anda, makanan Apa yanh ingin dia makan saat ini.
  • Berilah beberapa pilihan, sebutkan satu satu lalu tunggu responnya
  • Catatan : anda tidka boleh memilih jawabannya terlebih dahulu lho ya!

Penciuman adalah indra yag paling primal dan sangat berhubungan dengan memori jangka panjang dan emosi.

Check! Emosi apa yang Anda rasakan ketika Anda mencium aroma nasi goreng yang di buat suami Anda? Atau emosi apa yang muncul ketika mencium aroma kue nastar yang dimasak oleh ibu Anda sewaktu masih kecil?

Tentu begitu Anda menciumaroma kue tersebut, secara otomatis kenangan masa kecil itu terulang lagi.

Begitulah otak di design sedemikian rupa sehingga otak dapat memproses dan merespon dengan cepat melalui sistem limbik dalam otak.

Pada ibu hamil gunakan daya penciuman ini untuk berkomunikasi dengan janin Anda.

Coba gunakan Aromatherapy.
Tutup mata Anda sejenak lalu rasakan aroma yanh Ada lalu nikmati dan rasakan sensaai fisik maupun emosi Anda

Yup cara ini bisa menjadi cara yang sangat ampuh untuktetap tenang dan nyaman saat melahirkan.

Silahkan mencoba

Melahirkan Aman, Nyaman, Lancar Dan Minim Trauma ? Ini 6 Langkah Praktisnya

6 Langkah Melahirkan Nyaman

Sebenarnya apa saja langkah praktis yang bisa Anda lakukan untuk mendapatan proses melahirkan aman, alami, lancar, nyaman, minim trauma dan tentunya aman (Gentle Birth)?

Berikut ini saya tuliskan langkah praktis nya

1. Temukan Dukungan (Support System)

pada hari H nanti, sangatlah penting bagi Anda untuk memiliki tim pendamping persalinan yang mendukung Anda, yang tepat dan yang memberikan energi positif bagi Anda. Selain itu temukan penyedia layanan kesehatan yang nyaman dan mendukung rencana Anda untuk melahirkan secara alami.

Carilah bidan atau dokter yang setuju dengan perspektif Anda dan memastikan Anda bahwa dia akan mengambil semua tindakan untuk menghindari intervensi kecuali jika benar-benar diperlukan.

Sebenarnya pilih Bidan Atau Dokter ya? kalau ingin melahirkan secara alami?

Jawabannya adalah BIDAN. mengapa? karena secara wewenang, bidan hanya berwenang menangani proses persalinan normal yang beresiko rendah. sehingga secara mind set, bidan akan berusaha mengupayakan supaya kliennya berhasil melahirkan secara normal.

Berbeda dengan dokter. karena mereka juga berwewenang untuk menangani proses persalinan dengan resiko tinggi dan dengan tindakan, maka mind set dan cara pandangpun berbeda.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa bidan memberikan layanan melahirkan aman, nyaman, lancar dan minim trauma satu persatu dan kehadiran serta dukungannya dilakukan terus-menerus saat berada di sisi ibu melahirkan, yang memiliki efek positif pada hasil kelahiran. (1) Baru-baru ini, bidan memainkan peran penting selama persalinan di banyak rumah sakit,  sebagai  lini pertama atau sebagai bagian dari tim dengan dokter. (2) Itu berarti Anda tetap bisa melahirkan di rumah sakit namun tetap didampingi bidan.

Selain dukungan dari tenaga kesehatan, penting juga mendapat dukungan dari pendamping persalinan profesional seperti DOULA. Doula juga berfungsi sebagai pelatih persiapan persalinan yang mendukung yang benar-benar ada untuk Anda. seorang doula selalu tetap berada di sisi Anda di ruang persalinan dan berfungsi sebagai penyemangat Anda, terutama jika Anda ingin melahirkan secara alami.

Sebuah studi tahun 2013 menemukan bahwa ibu hamil didampingi seorang doula bisa mendapatkan pengalaman persalinan yang lebih baik.

Ibu dengan pendampingan Doula empat kali lebih kecil kemungkinannya memiliki bayi dengan berat lahir rendah, dua kali lebih kecil kemungkinannya mengalami komplikasi kelahiran yang melibatkan diri atau bayi mereka, dan secara signifikan lebih baik keberhasilan menyusuinya. penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi dan dukungan dari doula selama kehamilan dan persalinan meningkatkan keefektifan kemampuan ibu untuk menjaga kehamilannya agar tetap hamil sehat dan persalinan nya agar melahirkan dengan nyaman (3)

2. Pilih Lingkungan yang Sempurna untuk Anda

Ketika datang untuk memilih tempat untuk melahirkan, Anda selalu punya pilihan. Anda dapat meneliti rumah sakit dengan Angka kejadian operasi Caesar yang rendah di daerah Anda sembari terus melakukan survey dan tour r untuk melihat apakah Anda merasa nyaman di tempat itu.

pada ibu hamil terutama hamil pertama kali, sebagian besar lebih memilih untuk melahirkan di rumah sakit karena merasa aman dan nyaman karena Rumah Sakit memiliki peralatan dan tim medis yang sesuai jika sewaktu waktu ternyata diperlukan intervensi. namun pilihan ini tetap harus Anda pertimbangkan ulang  sebelum secara otomatis memilih untuk melahirkan di rumah sakit.

Penelitian yang dipublikasikan di Midwifery Today with International Midwife menunjukkan bahwa merencanakan proses persalinan di rumah sakit tidak lebih aman daripada merencanakan melahirkan di rumah untuk wanita dengan usia kehamilan 37-42 minggu, janin tunggal, kepala sudah masuk panggul dan beresiko rendah. (4)

sebenarnya selain pilhan melahirkan di Rumah Sakit, Ada juga Rumah Bersalin atau Tempat Praktek Bidan Swasta, yang mana biasanya yang melayani adalah bidan. Manfaat melahirkan rumah bersalin atau tempat praktek bidan swasta mandiri adalah bahwa ibu bersalin biasanya diperbolehkan membuat keputusan sendiri mengenai proses kelahiran mereka. mereka dianjurkan untuk makan jika mereka lapar (yang biasanya tidak diijinkan di rumah sakit), mereka bisa bebas bergerak, menghabiskan waktu berendam di bak mandi jika mereka menginginkan dan memilih posisi yang membuat mereka merasa nyaman.

Anda juga bisa memilih untuk melahirkan di rumah. tentu untuk ini Anda haruslah tergolong ibu yang beresiko rendah dan telah mempersiapkan diri dengan sangat baik. Menurut penelitian yang dipublikasikan di the International Journal of Women’s Health, manfaat kelahiran di rumah yang direncanakan mencakup tingkat intervensi dan morbiditas ibu yang lebih rendah. ibu yang telah merencanakan melahirkan di rumah memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terkait dengan rumah menjadi lingkungan yang lebih nyaman dan merasa lebih mengendalikan diri. (5)

3. Siapkan Diri Anda Secara Fisik

jika ingin proses persalinan yang nyaman dan lancar, maka memerlukan beberapa persiapan sebelumnya. Saat proses persalinan, Anda merespons rasa sakit akibat kontraksi rahim dengan bergerak. Gerakan adalah strategi mengatasi rasa sakit, dan kebebasan untuk bergerak dalam proses persalinan menjadi sangat penting.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalamthe Journal of Perinatal Education, ibu bersalin yang menggunakan posisi tegak lurus dan bergerak selama proses persalinan maka proses persalinannya memerlukan waktu  yang lebih pendek, intervensi menjadi sangat berkurang, dan rasa sakitpun sangat sedikit.

Dan merasa lebih puas saat melahirkan dibandingkan dengan ibu ibu yang melahirkan dengan posisi tidur berbaring

Menurut penelitian yang diterbitkan the Journal of Perinatal Education, ibu bersalin yang menggunakan posisi tegak lurus dan bergerak selama persalinan memiliki tenaga kerja yang lebih pendek, kurang mendapat intervensi, melaporkan rasa sakit yang kurang parah dan menggambarkan kepuasan lebih pada pengalaman persalinan mereka daripada wanita dalam posisi berbaring. (6)

Untuk mempersiapkan diri Anda agar berhasil melahirkan alami  akan mengharuskan Anda untuk mengubah posisi selama masa pembukan Anda, tetap aktif secara fisik selama kehamilan Anda. jalan cepat, yoga dan pengangkatan beban ringan selama kehamilan Anda membantu meningkatkan daya tahan dan fleksibilitas Anda saat melahirkan. prenatal gentle yoga juga dapat sangat membantu karena Anda dapat menggunakan pose pose yoga untuk membantu memperlancar pembukaan  serviks dan mengurangi rasa sakit saat melahirkan secara alami – selain itu, yoga mengubah otak Anda dan membantu Anda mengurangi kecemasan dan Andapun akan merasa lebih terkendali.

4. Ambil Kelas persiapan GentleBirth (baik Private maupun Group)

KNOWLEDGE is POWER

Bagaimanapun juga ibu yang memberdayakan diri dengan ilmu pengetahuan pasti akan sangat nyaman proses persalinannya, karena dia pasti akan melakukan persiapan dan pemberdayaan diri dengan tepat untuk mampu melahirkan secara alami.

Meski melahirkan adalah kejadian alami dan wanita terlahir dengan kemampuan ini, namun dengan pengetahuan yang tepat, dengan mengikuti kelas kelas terutama kelas private tentu akan sangat  membantu ibu untuk mempersiapkan strategi yang matang untuk menghadapi dan menjalani hari H dengan nyaman dan tenang.

Selama kehamilan Anda, ambil kelas persiapan persalinan Gentle Birth

Anda bisa mengambil kelas private off Line di Bidan Kita, baik di Jakarta maupun di Klaten, atau Anda dapat pula mengambil kelas private Online melalui website ini.

selain itu Anda juga bisa mengambil kelas kelas group yang di adakan oleh Bidan Kita.

kenapa harus mengambil kelas? karena Ini sangat membantu mempersiapkan Anda dan pasangan dengan memperkuat rencana kelahiran Anda dan memberi Anda berbagai alat dan petunjuk untuk melahirkan aman, alami tanpa intervensi.

5. Tetap menjaga asupan gizi dan kesehatan fisik

Gizi yang buruk dapat dikaitkan dengan proses persalinan yang lebih lama dan lebih menyakitkan. Di kebanyakan rumah sakit saat ini, ibu bersalin tidak diperbolehkan untuk makan atau minum air saat dalam proses persalinan.

Inilah salah satu alasan mengapa melahirkan di Rumab bersalin/ di rumah bidan praktek mandiri atau di rumah mungkin menjadi pilihan yang lebih baik untuk Anda. untuk itu usahakan sebelum pergi ke rumah sakit, makanlah makanan yang seimbang atau minum smoothie jika Anda terlalu banyak makan.

Pada hari-hari menjelang hari H, tetaplah terhidrasi dan tetap berpegang pada diet sehat dan seimbang untuk memastikan bahwa Anda memiliki gizi baik untuk persalinan.

6. Tetap Positif

Proses melahirkan aman, nyaman, lancar & minim trauma setiap orang  berbeda, dan penting untuk diingat bahwa Anda akan menulis kisah kelahiran Anda sendiri. Itulah mengapa Anda sebaiknya tidak membandingkan diri Anda dengan wanita lain dan pengalaman mereka.

Anda akan mendengar banyak cerita horor tentang operasi caesar, induksi dan ekstraksi vakum, hingga Anda ketakutan. namun  ini hanya akan menghalangi kemampuan Anda untuk tetap kuat di ruang bersalin.

Fokus pada pemikiran positif menjelang tanggal jatuh tempo Anda. Bahkan membangun sugesti dan affirmasi positif atau doa untuk fokus pada saat melahirkan aman bisa sangat membantu. Untuk itu kuasailah hypnobirthing dan self hypnosis karena ini sangat membantu.

Nah demikianlah langkah praktisnya

semoga bermanfaat

salam hangat

Yesie

Keuntungan Melahirkan Normal Alami Yang Wajib Anda Ketahui

Melahirkan Normal Alami

Seperti kita ketahui bahwa banyak sekali penelitian yang telah menunjukkan dan membuktikan bahwa bagaimana cara seseorang saat hamil dan melahirkan, saat di dalam kandungan dan di lahirkan sangat berpengaruh dengan hubungan (bonding) antar ibu dan anaknya serta sangat berpengaruh dengan sistem kesehatan si anak tersebut di masa yang akan datang.

Namun sayangnya di era serba modern ini, justru semakin banyak dan semakin meningkat intervensi obstetrik dan peningkatan persalinan secara Caesar nasional.walaupun di Indonesia belum di data dan mungkin belum ada data yang tertulis, namun seperti yang kita lihat dan kita rasakan, terutama di kota besar, Angka persalinan dengan operasi Caesar sangat meningkat.

Menurut Dr. Judith Lothian, yang menulis “Why Natural Childbirth (Mengapa Alamiah Alamiah?)” Untuk Journal of Perinatal Education, pada dasarnya semua wanita mampu melahirkan secara alami dan mereka memiliki naluri mendalam dan intuitif tentang kelahiran, dan bila didukung dan bebas untuk menemukan kenyamanan, maka mereka mampu untuk melahirkan tanpa intervensi dan tanpa penderitaan. (1)

Memilih persalinan alami, tanpa intervensi, memungkinkan seorang ibu merasa benar-benar mengendalikan pengalaman melahirkannya dan memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi.

Apa itu persalinan alami?

Persalinan alami adalah saat seorang wanita memilih untuk melahirkan tanpa menggunakan obat atau intervensi. Sebagai gantinya, dia menggunakan teknik seperti pengendalian dan penguasaan NAFAS dan berbagai GERAKAN TUBUH yang dapat membantu menghilangkan nyeri untuk mengatasi nyeri persalinan dan tehnik pengendalian pikiran (RELAKS MIND).

Dengan persalinan alami, ibu mengendalikan tubuhnya, dan dia dipandu melalui tahap persalinan dengan sistem pendukung yang dia pilih.

merekapun akhirnya  merasa diberdayakan oleh pengalaman. dan penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mampu mengendalikan dirinya dan mampu melahirkan secara alami saat dalam persalinan merasa lebih puas sebagai hasilnya.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di Yale Journal of Biology and Medicine, persalinan alami adalah sistem persiapan intelektual, emosional dan fisik untuk melahirkan untuk memastikan bahwa ibu menikmati kehamilan dan kelahiran yang lebih sehat dan bahagia. (2)

Keuntungan Melahirkan Normal Alami

1. Memungkinkan Anda Menghindari Intervensi

Manfaat  persalinan alami adalah Anda menghindari campur tangan intervensi yang seringkali ada dalam proses persalinan. Seringkali karena kurangnya pengetahuan membuat si Ibu menjadi tidak memahami apa yang terjadi dalam tubuhnya, sehingga ketika rasa sakit datang, karena kurangnya pengetahuan tentang strategi penanggulangan untuk mengatasi rasa sakit, maka akhirnya memilih epidural untuk manajemen rasa sakit.

Padahal Ketika seorang ibu bersalin memilih menggunakan epidural, sejumlah kecil obat bius disuntikkan ke dalam ruang epidural yang mengelilingi sumsum tulang belakang. Maka Anestesi mematikan saraf tulang belakang dan menghalangi sinyal nyeri, yang menyebabkan efek samping. Efek samping epidural yang umum termasuk penurunan tekanan darah dan demam.

Proses persalinanpun juga akan memakan waktu lebih lama saat epidural digunakan, dan mungkin akan membuat  beberapa bayi kesulitan untuk masuk ke posisi terbaik dan optimal untuk kelahiran. Untuk alasan ini, penelitian menunjukkan bahwa ketika seorang ibu bersalin yang menggunakan epidural, maka kemungkinan penggunaan vorcep dan vaccum menjadi lebih tinggi dalam proses persalinannya  (3)

Epidural biasanya merupakan intervensi pertama selama persalinan, dan ini dapat menyebabkan lebih banyak intervensi diperlukan. Tubuh wanita dirancang untuk melahirkan secara alami, dan hormonnya membantu memperlancar persalinan.

Salah satu hormon terpenting adalah oksitosin, yang bertanggung jawab untuk merangsang kontraksi. Oksitosin membantu kemajuan persalinan secara alami, namun dengan produksi epidural, oksitosin alami terhambat, mengakibatkan penurunan konsentrasi plasma oksitosin.

Karena epidural biasanya memperlambat proses persalinan, ini mengarah pada intervensi berikutnya – pitocin atau syntocinon, yang merupakan bentuk oksitosin sintetis, maka Kadang pitocin digunakan untuk menginduksi persalinan juga. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Anesthesia menemukan bahwa pasien yang diinduksi beresiko tinggi mengalami operasi sesar. (4)

Operasi sesar menghasilkan peningkatan rasa sakit, termasuk sakit kepala dan sakit punggung, serta peningkatan risiko perdarahan dan ruptur uterus (pecah rahim). Operas sesar juga menyebabkan risiko cedera pada kandung kemih lebih tinggi dan infeksi kandung kemih pasca persalinan atau inkontinensia. operas sesar juga menimbulkan risiko pada bayi.

Penelitian di Rumah Sakit Ninewells dan Sekolah Kedokteran di Inggris melaporkan 69 persen insiden kematian janin yang lebih tinggi dalam operasi sesar dibandingkan dengan kelahiran per vaginam. Ada juga kemungkinan laserasi janin, kesulitan pernafasan, transisi yang tidak memadai hingga kelahiran dan peningkatan insidensi penggunaan ventilasi. (5)

2. Memungkinkan Anda Bergerak dengan BEBAS

Berbaring telentang saat persalinan bisa mengakibatkan kualitas kontraksi tidak baik, distosia (kegagalan kemajuan persalinan), dilatasi lambat (proses pembukaan serviks yang sangat lambat), persalinan yang berkepanjangan, dan kegagalan kepala bayi untuk turun ke panggul.

Proses persalinan yang dilakukan dengan berbaring telentang meningkatkan tingkat operasi C-section karena gawat janin atau kegagalan kemajuan dan penurunan kepala janin. Sayangnya, istirahat di tempat tidur diperlukan setelah epidural karena kaki ibu itu mati rasa dan dia berisiko jatuh, dan mereka harus dipantau untuk memastikan detak jantung bayi distress.

Selain itu, istirahat di tempat tidur dapat menyebabkan lebih banyak rasa sakit, yang memerlukan obat nyeri tambahan.

Penelitian menunjukkan bahwa gerakan tak terbatas selama persalinan memungkinkan sang ibu untuk menemukan posisi yang lebih nyaman baginya. dan ketika si ibu bisa bergerak sesuai dengan yang dia inginkan, maka rasa sakit ibu akan berkurang, memudahkan sirkulasi Oksigen pada ibu dan janin, meningkatkan kualitas kontraksi rahim, dan memudahkan penurunan kepala janin. Posisi seperti cat cow (merangkak) dapat mengurangi nyeri punggung yang berhubungan dengan posisi janin posterior, dan penggunaan shower atau bak mandi dapat membantu menghilangkan rasa sakit. (6)

3. Mengijinkan dan memungkinkan Anda Makan dan Minum

Penelitian dari American College of Nurse-midwife menunjukkan bahwa kurangnya dukungan nutrisi selama persalinan dapat menyebabkan dehidrasi pada ibu, ketosis, hiponatremia dan peningkatan tekanan darah ibu. ibu yang melahirkan secara alami di rumah bersalin atau rumah sakit dapat makan dan minum dengan bebas, yang mendukung energi mereka selama persalinan.

4. Inisiasi Menyusui dengan Lebih Mudah

Ketika proses persalinan menggunakan berbagai intervensi dan obat obatan, maka Bayi mungkin terkena dampak obatobatan tersebut, sehingga bisa mengganggu proses pemberian ASI. Proses persalinan dan kelahiran yang alami akan lebih mempersiapkan ibu dan bayi untuk menyusui. Praktek proses persalinan dengan diinduksi, intervensi rutin, epidural dan pemisahan ibu dan bayi dapat mengganggu proses menyusui dini.

Penelitian menunjukkan bahwa cara proses kelahiran mempunyai pengaruh kuat pada jam dan hari pertama menyusui. (7).

5. Membuat Anda Merasa dalam Kontrol penguasaan diri

ketika seorang ibu bersalin merasa mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri pada saat proses persalinan, maka pengalaman mereka akan kemampuan dalam menangani rasa sakit dan kesulitan lainnya adalah sumber kepuasan yang memberi kontribusi pada pengalaman positif mereka.

Ketika seorang ibu bersalin merasa seperti dia mengambil komando dalam proses kelahirannya, ini membuat dia merasa lebih mampu melahirkan secara alami, dan ini memberi dia rasa pemberdayaan. Dan setelah melahirkan, dia merasa bangga dengan pengalaman tersebut. Bahkan jika Anda akhirnya membutuhkan semacam intervensi, fakta bahwa mereka adalah bagian dari pengambil keputusan ini akan sangat berkontribusi positif pada pengalaman positif mereka. (8)

6. Dukungan dan pendampingan yang terus menerus

Menurut sebuah studi tahun 1999 , dukungan yang diberikan oleh pasangan selama persalinan sangat berdampak positif bagi para ibu bersalin.  Persalinan alami memungkinkan pasangan Anda untuk terlibat dalam proses ini dengan membantu Anda melakukan posisi yang beragam untuk bisa mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit. (9) Strategi sederhana seperti memberi pijatan pada punggung bawah dan pinggul saat berkontraksi, berdiri dan bersandar pada suami sehingga ibu dapat bergoyang maju mundur dll.

7. Perbaiki kualitas kesehatan Bayi

Penelitian  di Universitas Columbia menemukan bahwa  penularan bakteri dari ibu ke bayi melalui persalinan C-section dapat meningkatkan risiko penyakit celiac, asma, diabetes tipe 1 dan obesitas pada anak.

Berbeda dnegan proses persalinan alami pervagina, karena Selama persalinan per vaginam, bakteri menjajah usus bayi, dan setelah dilahirkan, ASI mempromosikan kolonisasi dan pematangan mikrobioma dalam usus bayi. Hal ini penting karena membantu bayi mengembangkan sistem kekebalan tubuh yang kuat.(10)

Nah demikianlah keuntungan melahikan secara alami.

Mari berdayakan diri untuk melahirkan secara alami

Salam hangat

Yesie

#bebastakut Hamil dan Melahirkan Lancar

0

Prakata

Sebuah buku yang ditulis dengan bahasa yang sangat ringan. Buku ini ditujukan untuk para Ibu yang ingin melahirkan lancar & bebas dari rasa takut. Ketika Anda melahirkan kemudian takut, maka proses persalinan menjadi semakin sakit dan semakin terhambat. Nah buku ini saya ciptakan untuk Anda

 

harga IDR 85.000

untuk pemesanan silahkan ke 085100111884

Tari Hayuning Nismarangesti – Part 2

#AyoMenariBersama

Sekitar tahun 2015 lalu saya menulis sebuah beberapa artikel tentang rahasia melahirkan nyaman dan alami , salah satunya adalah GOYANG ; buka link : Rahasia 1. Melahirkan Alami

Lalu saya juga menulis tips lain di article berikut: Rahasia melahirkan nyaman dan lancar? MENARILAH

Yang intinya adalah MOVEMENT and GRAVITY

seperti resep melahirkan Gentle Birth yang saya tulis ini:

Nah pada tanggal 17 kemaren akhirnya berlangsunglah pagelaran Tari Prenatal yang kami persembahkan khusus untuk para ibu di Nusantara.

di acara ini, tidak hanya pagelaran tari saja, tapi juga ada Talkshow tentang “Birth Without Fear”  juga launching buku baru saya

plus sharing proses persalinan artis ibukota Andien

acara ini sangat meriah karena di dukung oleh orang orang yang luar biasa :

Mbak Tantri Moerdopo (Presenter TV)

mba Cherryl Hatumesen

di dukung oleh penari penari dari komunitas pecinta tari jawa PURWAKANTHI

yang luar biasa, dan menghadirkan juga team pengrawit dan pesinden dari JOGJA

wow sangat meriah.

sepanjang proses semua merinding karena merasakan sakralnya tarian ini.

acara ini terselenggara karena kerjakeras teman teman dari panitia Dasyat @keluargagentlebirth

benar benar luarbiasa

dan inilah potret keseruan acara:

dan akhirnya tarian ini pun bisa dinikmati di seluruh nusantara karena kami menyediakan dalam bentuk DVD

semoga bermanfaat

salam hangat

Yesie

 

Tarian Memperlancar Kehamilan Hayuning Nismarangesti – Part 1

#MariMenariBersama. itu hastag yang kami buat untuk acara ini.

Tanggal 17 September 2017 kemaren, kami komunitas @keluargagentlebirth membuat acara besar semacam pagelaran yang seru sekali.

Dan saya akan bercerita tentang latar belakang tarian ini dulu ya? baru setelah itu saya akan share tentang keseruan- keseruan yang terjadi di tanggal 17 kemaren.

Anda Takut Melahirkan? Apakah Pengaruhnya Pada Proses Persalinan?

Anda takut melahirkan?

Apa yang paling Anda takutkan?

  • Takut Sakit?
  • Takut sobek vaginanya?
  • Takut di jahit?
  • Takut di induksi?

Saya rasa hampir semua ibu hamil yang hendak melahirkan, pasti d landa rasa takut atau paling tidak kekhawatiran. apalagi ibu ibu yang hamil pertama kalinya.

Wajar sih sebenarnya,  Tapi takut dapat termanifestasi dalam berbagai cara negatif selama persalinan: termasuk kecemasan, kemarahan, frustrasi, dan irasionalitas. Ia bahkan bisa mengganggu proses kelahiran itu sendiri.

Mengetahui hal ini, penting bagi orang tua hamil untuk mengidentifikasi dan menghadapi ketakutan awal, idealnya selama atau bahkan sebelum kehamilan. Sekeras bisa, itu jauh lebih mudah daripada mencoba untuk melakukannya di tengah-tengah kerja.

Bagaimana Takut Mempengaruhi proses persalinan?

Bila Anda takut, maka tubuh Anda akan melakukan proses “pertahanan diri” dengan respon “Figth / flight” sehingga justru akan terjadi  pengetatan pada serviks dan segmen bawah lahir. semua oksigen yang ada di bagian terendah dan terjauh dari pusat tubuh akan di alirkan ke organ vital (Ginjal, Jantung, paru dan otak). dan pengetatan leher rahim akan terus menerus terjadi hingga tubuh Anda MERASA AMAN untuk melahirkan bayi tersebut.

Karena itulah Oksigen di dalam rahim akan sangat berkurang dan menghasilkan lebih banyak rasa nyeri ketika bayi Anda menekan  leher rahim. Lebih buruk lagi, rasa nyeri/sakit ini bisa menjadi awal dari sebuah ketakutan, ketegangan.

Langkah pertama untuk mengatasi rasa takut adalah untuk mengenali rasa takut dan tahu sumber dari rasa takut itu sendiri .

Cobalah bersama dengan pasangan Anda, meng- inventarisasi setiap ketakutan yang mungkin anda miliki yang berhubungan dengan kehamilan, kelahiran, dan proses menjadi orangtua. Ini dapat termasuk: komplikasi kehamilan dan persalinan, pilihan Anda tidak dihormati selama kelahiran, kehilangan kontrol, kesulitan menyusui, hubungan Anda dengan pasangan Anda berubah, seks setelah melahirkan bayi, dan takut kemampuan dan kesiapan untuk orangtua.

Setelah Anda masing-masing diidentifikasi ketakutan Anda, ada banyak cara untuk mengatasinya.

itulah kenapa Anda harus mengatasi masalah Anda dan harus punya ilmu pengetahuan yang cukup.

banyak sekali ibu yang takut karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya nanti, apa rasanya kontraksi, seberapa rasa sakitnya, bagaimana vagina bisa melar sebegitu lebarnya, dan masih banyak lagi, namun banyak juga yang akhirnya hilang rasa takutnya ketika mereka mau mendidik diri sendiri.

KNOWLEGE is POWER

lebih mengenal dan mengerti tentang proses kehamilan dan kelahiran akan membuat Anda lebih bertumbuh  dalam keyakinan. Anda mungkin menemukan bahwa ketakutan Anda tidak berdasar, atau bahwa ada banyak cara untuk mencegahnya.

cobalah untuk ikuti kelas kelas, terutama kelas yang saya gelar untuk Anda baik itu secara group maupun private.

beberapa teknik sederhana ini dapat membuat perbedaan besar dalam mengurangi ketakutan Anda. Setelah melakukan inventarisasi dan menuliskan ketakutan Anda, buatlah affirmasi positif yang mampu menghilangkan setiap ketakutan tertentu.

Misalnya:

  • Ketakutan, “proses persalinanku sakit” dapat di ganti dengan affirmasi positif ; “proses persalinanku berjalan nyaman dan lancar”

namun terkadang ketakutan Anda terlampau besar, sehingga Anda tetap membutuhkan orang lain yaitu therapis untuk membantu Anda mengatasinya.

silahkan mengikuti kelas kelas yang diadakan oleh Bidan Kita

dan juga bergabung dalam komunitasnya yaitu Keluarga Gentle Birth

salam hangat

Yesie

 

Melahirkan Tanpa Rasa Takut dan Tanpa Stress (Birth Without Fear)

Melahirkan Tanpa Rasa Takut

Melahirkan dalam budaya yang ada di masyarakat, di gambarkan sebagai sebuah proses yang menyakitkan dan berbahaya. Di mana-mana kita melihat pertunjukan gambar para ibu bersalin yang berteriak saat melahirkan, dan gambar tenaga kesehatan dengan wajah yang ditutupin dengan masker yang seolah adalah pahlawan di hari itu.

Gambar tentang proses persalinan  yang sangat dramatik sering sekali kita lihat. Dari dulu bahkan hingga detik ini.

Tak heran, banyak ibu ibu , terutama yang hamil pertama kali menjadi sangat takut dengan proses persalinan. padahal jika Anda inin melahirkan dengan nyaman, maka Anda harus benar benar terbebas dari rasa takut.

Menurut Dokter

Seorang dokter ObsGyn ahli Gentle Birth dunia, bernama Michel Odent (81) telah membuktikan secara ilmiah bahwa protokol, teknik dan instrumen yang digunakan di hampir semua klinik bersalin menghasilkan kondisi yang memperlambat aliran hormon oksitosin yang diperlukan untuk membantu proses persalinan.

“Ratu” hormon ini adalah oksitosin, yang membantu tubuh ibu bersalin untuk kontraksi dan menyebabkan proses persalinan. Hormon ini ada pada semua betina dari setiap jenis mamalia, dan dalam dunia hewan hormon ini disekresikan dan bekerja secara sempurna.

ihat saja semua hewan mamalia yang melahirkan, mulai dari kucing, kuda, anjing bahkan lumba-lumba, semua prosesnya berjalan sangat lancar dan bahkan tanpa bantuan sedikitpun dari manusia.

Apa Yang Terjadi Pada Manusia?

Namun apa yang terjadi pada proses persalinan manusia yang notabenenya juga mamalia? Dengan begitu banyak dokter dan teknologi yang terlibat, maka hal yang dianggap “kemajuan” ternyata justru sebaliknya.

Pada saat proses persalinan, sering kali mereka (dokter, bidan & tehnologi) merangsang wilayah otak neokorteks dimana area tersebut adalah area yang bertanggung jawab untuk berpikir rasional, dan yang membuat mensekresi adrenalin, hormon yang diproduksi oleh stres, sehingga pada akhirnya justru menghambat sekresi oksitosin alami, sebuah hormon cinta yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menimbulkan kontraksi yang diperlukan untuk proses melahirkan.

Penulis lebih dari 50 makalah ilmiah dan 12 buku yang diterjemahkan ke dalam 22 bahasa, ini sangatlah luarbiasa. Dan saya sangat berharap kelak suatu hari saya bisa bertemu dengannya. Pengalaman yang diperoleh antara tahun 1962 dan 1985, sebagai manajer dari Bangsal Bersalin dari Pithiviers, Prancis, di mana sekitar seribu kelahiran yang dibantu per tahun, sudah lebih dari cukup untuk membuatnya menjadi salah satu motivator untuk menciptakan proses persalinan dengan intervensi eksternal yang minimal.

Mengapa tampaknya mengubah persalinan menjadi alami dan minim intervensi seolah-olah menjadi hal yang sangat mendesak?

Ya karena Ini ada hubungannya dengan pengalaman saya sendiri. Ini dimulai ketika saya berbincang-bincang dengan seorang bidan (Brenda) saat saya belajar di yayasan Bumi sehat. Ada beberapa hal yang Dia tanyakan saat itu kepada saya seperti, “Mengapa terburu-buru untuk memotong tali pusat setelah bayi lahir”, “Mengapa memecahkan selaput ketuban?” “mengapa ibu harus mengejan dalam posisi terlentang?”Dan saya selalu menjawab bahwa ini adalah apa yang telah kami pelajari selama sekolah.

Dan akhirnya setelah kami berdiskusi cukup intens dan lama saya pun mulai berusaha untuk mengubah semua paradigma lama dan akhirnya Klinik Bidan Kita yang saya buat benar-benar saya design seperti rumah dengan segala perabotan rumah tangga dan sangat akrab bagi para ibu. Dan ternyata efeknya luarbiasa, klien-klien di Bidan Kita merasa happy ketika bersalin, mereka begitu akrab dan nyaman. Sehingga semua proses persalinan berlangsung nyaman dan lancar.

Lalu sebenarnya apa kebutuhan dasar seorang wanita ketika sedang melahirkan?

Yang pertama adalah memahami bahwa kelahiran adalah proses yang disengaja. Bagian aktif dari otak seorang wanita ketika berada dalam proses persalinan adalah bagian primitif yaitu hipotalamus, kelenjar pituitari.

Mereka adalah struktur otak kuno bahwa manusia berbagi dengan semua mamalia, dan fungsinya adalah untuk membebaskan aliran hormon yang diperlukan untuk memproduksi proses kontraksi dan persalinan.

Jadi itu adalah proses tak sadar, terjadi pada saat rileks, namun ini dapat dihambat oleh faktor yang meningkatkan adrenalin, merangsang neokorteks dan intelek.

Ada antagonisme antara adrenalin dan oksitosin. Adrenalin adalah hormon yang disekresikan oleh mamalia, termasuk manusia, dalam situasi darurat, saat kita takut, cemas, merasa terancam, saat kita mengamati sesuatu bahkan saat Anda merasa dingin.

Ketika hormon ini dilepaskan, maka hormon oksitosin tidak mungkin di produksi dan dilepaskan. Jadi ketika kita berharap kontraksi persalinan timbul dengan baik dan efektif, maka

Seorang wanita harus bebas stres pada saat proses persalinan.

Apa saja situasi yang dapat meningkatkan adrenalin dalam proses persalinan?

Beberapa situasi yang mampu meningkatkan adrenalin adalah ketika seorang ibu merasa berada di tempat yang asing baginya, merasa cemas, terintimidasi juga khawatir dan takut.

Mengapa penting untuk menonaktifkan neokorteks selama persalinan?

Noe kortek pada Otak Manusia bekerja ketika Anda mulai berfikir logis analitik. Nah Hal ini membuat proses persalinan menjadi sulit, karena hambatan datang dari aktivitas otak ketika berpikir. Melahirkan bukanlah masalah logis analitik juga bukah hal yang intelektual, jadi ketika seorang wanita melahirkan neokorteks-nya harus berhenti bekerja, dan itulah yang terjadi.

Seorang wanita yang sedang dalam proses persalinan bisa saja tiba-tiba acuh tak acuh terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitar, lupa dengan apa yang telah dipelajari dan dapat berperilaku dengan cara yang dianggap tidak dapat diterima bagi pada wanita yang beradab.

Ketika Anda berada dalam proses persalinan, Anda dapat berteriak, mengatakan kalimat-kalimat yang kasar atau tidak patut, Anda bisa berada dalam postur yang aneh, atau berbicara omong kosong.

Semua ini berarti bahwa neokorteks berhenti bekerja dan merupakan pertanda baik. Dan dalam proses persalinan, seorang wanita harus dilindungi dari rangsangan neokorteks.

Bagaimana Anda menghindari merangsang neokorteks?

Stimulan utama neokorteks adalah bahasa/suara, dan merupakan gangguan negatif yang paling umum saat melahirkan. Hindari berbicara, dan apa yang dikatakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati kalau perlu Anda harus berbisik ketika hendak menyampaikan sesuatu hal kepada ibu bersalin. hindari menggunakan bahasa/suara tertentu yang lebih rasional dan numerik. Hindari menanyakan pertanyaan kepada wanita ketika berada dalam proses persalinan.

Untuk memahami ini Anda dapat membuat analogi dengan tindakan seksual. Jika seorang pasangan sedang bercinta dan berada dalam pra orgasme, dan tiba-tiba wanita itu meminta suaminya apa yang harus makan untuk makan malam, maka pertanyaan tersebut akan merangsang neokorteksnya dan dapat mengganggu proses hubungan seksual. Sehingga bisa saja batal orgasme.

Apa faktor-faktor lain yang harus diperhatikan? Agar neokortek tidak bekerja saat proses persalinan?

Efek cahaya, karena hal ini juga merangsang neokorteks. Hari ini kita mengetahui keberadaan dari “hormon kegelapan,” yaitu melatonin.

Untuk mempersiapkan seseorang untuk tidur maka dia mematikan lampu kamarnya dan berada dalam kegelapan atau keremangan, sehingga ini mendukung sekresi melatonin, dan mengurangi aktivitas neokorteks.

Ini membantu orang untuk tidur, untuk “tidur” dengan cara yang sama dapat membantu seorang wanita untuk “masuk dalam proses persalinan.”

Situasi lain yang merangsang neokorteks adalah perasaan sedang diawasi. Dalam kondisi normal, apa yang Anda rasakan ketika Anda merasa di awasi? Bayangkan ketika Anda berada dalam proses persalinan ada bidan yang berdiri di depan Anda, menonton, mengamati bahkan kadang mengamati gerak gerik Anda sambil duduk di sudut ruangan tanpa Anda sadari.

Dan Anda juga harus hati-hati juga dengan instrumen pemantauan seperti kamera, monitor, peralatan medis, dll Kebutuhan dasar ini tidak dipahami secara umum oleh dunia medis bahkan di antara pendukung melahirkan normal.

Semua Aspek ini adalah hal yang cukup sederhana sebenarnya.

Apa saja kondisi budaya yang mempengaruhi kita?

Setelah ribuan tahun proses kelahiran dan persalinan terjadi, kondisi budaya dominan menyatakan bahwa seorang wanita memiliki kekuatan untuk melahirkan sendiri, dan tidak perlu campur tangan dari luar.

Namun budaya di jaman sekarang mengatakan hal yang sebaliknya dimana proses melahirkan dan persalinan adalah proses yan penuh resiko dan saat inbi Hasil dari pengaruh budaya tersebut adalah bahwa sebagian besar wanita membutuhkan pengobatan farmakologis dan intervensi lain, saat melakukan persalinan.

Ini sangat melemahkan perempuan dan bertentangan dengan apa yang kita pahami dari perspektif fisiologis, dimana kuncinya adalah perlindungan dari proses disengaja.

Mengapa melahirkan harus berfokus pada ibu dan lebih memperlakukan dia secara manusiawi?

Semua mamalia perlu merasa aman ketika melahirkan. Mari kita lihat apa yang terjadi Jika betina dari spesies manapun siap untuk melahirkan di hutan, dan merasakan adanya kehadiran predator, secara otomatis, ia akan melepaskan adrenalin dan memiliki energi untuk melawan atau melarikan diri.

Contoh kecil saja di kehidupan kita sehari-hari, ketika seekor kucing yang hendak melahirkan dan dia mengetahui bahwa Anda atau predator lain mengamati, mengawasi maka kucing betina itu “menunda” proses persalinannya dan mencari tempat lain yang lebih aman dan nyaman lalu barulah dia melahirkan.

Nah bagi Anda yang sedang mempersiapkan persalinan maupun sedang dalam persalinan, mari rilekskan hati, tubh dan pikiran Anda, hilangkan kecemasan dan kekhawatiran agar proses persalinan berjalan dnegna lancar dan nyaman

Salam hangat

Yesie Aprillia

 

Referensi:

  • The Farmer and the Obstetrician Published by (Free Association Books www.fabooks.com)
  • Scientification of Love (Free Association Books www.fabooks.com)
  • The Functions of the Orgasms: The Highways to Transcendence (2009, Pinter & Martin Ltd.)
  • Childbirth in the Age of Plastics (2011, Pinter & Martin Ltd.)

Cara Menghindari Fetal Distress (Operasi Caesar)

Awal Cerita

Suatu pagi dalam perbincangan di Whats Up:

Bunda Lili : “pagi bu bidan Yesie. Bu saya akhirnya SC. karena detak jantung bayi tidak bagus kata dokternya. jadi mau gak mau harus SC.”

Bidan Yesie : “oya? okay selamat ya bun, cepat pulih dan semoga ASI nya berlimpah.”


Perbincangan di atas bukanlah satu atau dua kali terjadi. kejadian yang serupa seringkali terjadi. dimana proses operasi SC “terpaksa” harus dilakukan dalam rangka upaya “penyelamatan” bayi.

hhmmm,….., menarik! tapi apa yang bisa dilakukan untuk menghindari dan mencegah gawat janin ini, karena rupayan “gawat janin” akhir akhir ini merupakan penyebab utama dilakukannya operasi sesar.

Cara Menghindari Gawat Janin

Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk Menghindari gawat janin (foetal distress):

  • Menolak untuk tiduran terus di atas tempat tidur. SATU POSISI YANG HARUS ANDA HINDARI selama kehamilan dan proses persalinan adalah posisi tidur TERLENTANG! karena ada vena utama (inferior vena cava) yang membawa darah ke jantung yang terjepit saat Anda terbaring telentang.
  • Berjalan atau berganti posisi selama proses persalinan (baik kala I maupun kala 2). .
  • Makan & Minum selama proses persalinan. Bayi itu mengandalkan ibunya sepanjang waktu di rahim, bahkan setelah lahir sampai tali pusatnya dipotong. Jika Anda mengalami dehidrasi atau lapar, mungkin bayi juga demikian. Ini juga dapat mempengaruhi denyut jantung. Jika Anda tidak mendapatkan makanan yang Anda butuhkan untuk melalui proses persalinan dan kelahiran, bayi pun juga lemah. Pastikan diet protein tinggi yang sehat (setidaknya 75g protein setiap hari).
  • Hindari induksi (Pitocin atau Obat-obatan lainnya). karena ini menyebabkan tubuh bereaksi dengan cara yang tidak wajar. obat ini yang menyebabkan kontraksi yang tidak wajar, kuat, menyakitkan dan panjang. Kontraksi semacam ini mendorong bayi lebih kuat, lebih keras dan lebih lama daripada kontraksi alami.
  • Hindari membran swab. Meski membran swab bukanlah obat, namun, lagi lagi Penyapuan membran adalah saat praktisi perawatan kesehatan memasukkan tangan mereka,  ke vagina dan menggunakan jari untuk memisahkan serviks dari kantung amnion sehingga menyebabkan tubuh melepaskan hormon prostaglandin. biasanya para provider bilang itu tidak menyakitkan, hanya tidak nyaman dan menyebabkan banyak keluardarah. namun pada dasarnya;

– Setiap jenis pemeriksaan vagina mengenalkan bakteri. Jika kantong air ketuban masih utuh, bakteri tidak akan sampai ke bayi. Jika sudah rusak, bakteri akan sampai ke bayi dan provider harus memantau kesejahteraan janin  dengan seksama.

– Memisahkan membran serviks dari kantong amnion dapat menyebabkan bayi turun, terlepas dari posisi bayi dan kesibukannya ke panggul. Hal ini dapat menyebabkan posisi bayi yang tidak menguntungkan dan kemudian mulai mengalami kontraksi. Meskipun kontraksi itu alami, mereka mungkin menekan bayi dengan bayinya dalam posisi yang tidak optimal (mungkin asynclintic, dan lain-lain).

– “Tinjauan sistematis Cochrane menunjukkan bahwa penyapuan membran tampaknya mempercepat timbulnya persalinan namun tidak memberikan manfaat penting secara klinis . Selain itu, penyapuan membran mengakibatkan peningkatan kemungkinan nyeri, perdarahan, dan kontraksi tidak teratur “(Boulvain, Stan, & Irion, 2005)

jadi pada intinya, sangatlah penting bagi bayi untuk memiliki kesempatan untuk bergerak di dalam kantong ketuban sehingga sang bayi bisa mengupayakan  posisi yang optimal untuk proses persalinan sebelum onset kontraksi terjadi. Setiap proses persalinan terjadi terburu-buru, diburu buru  atau artifisial dapat menyebabkan posisi yang tidak menguntungkan dan detakjantung janinpun menjadi tidak normal saat kontraksi. Cara terbaik agar posisi janin optimal adalah adalah memiliki kesabaran dan menunggu kontraksi dimulai secara alami

  •  Hindari “Domino effect” akibat  Intervensi. penggunaan obat-obatan yang mempercepat persalinan dan kemudian obat-obatan yang menghilangkan rasa sakit (yang akhirnya memperlambat persalinan), semuanya berdampak negatif pada bayi.

  • IKUTI KELAS PERSIAPAN PERSALINAN di Bidan Kita. karena disini Anda akan belajar bagaimana mempersiapkan kehamilan dan kelahiran yang sehat. Anda akan belajar lebih banyak tentang pro dan kontra dari intervensi, sehingga anda bisa mengambil  keputusan yang tepat, dan memiliki kesempatan terbaik untuk menghindari bagian-c!

Resource:

  • https://www.momsrising.org/page/moms/content/new-high-rates-cesarean-section-and-electronic-fetal-monitoring-efm
  • http://www.drbrewerpregnancydiet.com
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2582414/#citeref2
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17400872/

 

Apa Saja Yang Membuat Persalinanmu Tidak Maju?

Apa Saja Penyebabnya?

Persalinan Tak Maju atau dalam istilah bahasa inggris, sering disebut Failure to Progress (FTP).

Apa sih sebenarnya? faktor apa saja yang menyebabkan? dan apa yang harus kita lakukan untuk menghindarinya?

Apa Itu Failure to Progress (FTP) ?

Failure to Progress (FTP) atau Partus (Persalinan) Tak Maju di tegakkan ketika proses persalinan berlangsung sekitar  20 jam atau lebih setelah kontraksi teratur dimulai (pada ibu yang baru pertama kali melahikan), dan sekitar 14 jam atau lebih (pada ibu yang pernah  melahirkan sebelumnya).

Ini juga digunakan saat ibu penambahan pembukaannya kurang dari 1-2 cm per jam (selama persalinan fase aktif, yaitu pembukaan di atas 4cm). Dari mana asal frase waktu ini? Waktu persalinan ‘rata-rata’ ini berasal dari kurva Friedman. Dr Friedman lah yang menemukan n kurva ini setelah mempelajari 500 ibu yang baru pertama kali melahirkan, pada tahun 1954.

Dr Friedman menemukan bahwa waktu rata-rata untuk ibu Primi (Primi= pertamakali melahirkan) saat pembukan 0-4 cm adalah 8,6 jam. Dia menemukan bahwa setelah seorang ibu bersalin memasuki fase aktif, maka proses pembukaan menjadi lebih cepat yaitu rata rata 1-3 cm per jam.  Dari para ibu yang diteliti ini, setelah pembukaan lengkap, fase mengejan (kala kedua persalinan) rata-rata adalah 1 jam.

Studi Friedman penting pada saat itu karena menggambarkan proses persalinan dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. dan atas dasar penelitian dari Friedman inilah disusun Partograf, yang menjadi dasar dari asuhan persalinan normal saat ini.

Namun karena metode friedman sangatlah rumit, maka dilakukan beberapa modifikasi partoraf oleh WHO. dan para penelitian modern telah sampai pada kesimpulan definitif bahwa kita tidak dapat lagi menerapkan Kurva Friedman untuk para ibu bersalin di jaman ini.

Karena  sudah Terlalu banyak hal yang telah berubah sejak tahun 1955. dimana Epidural telah menggantikan sedasi dalam persalinan; Pitocin digunakan lebih sering untuk induksi persalinan ; ibu bersalin sekarang lebih tua d; Dan metode forseps-with-episiotomy bukan lagi prosedur rutin. Semua faktor ini dapat mempengaruhi lamanya persalinan (Laughon et al 2012).

Faktor yang bisa mempengaruhi panjang dan pendeknya proses persalinan 

Tidak mudah menerapkan “kurva” spesifik ini untuk semua proses persalinan, karena setiap orang mungkin memiliki faktor yang berbeda yang dapat memperpanjang atau memperpendek proses persalinan mereka.

Berikut ini beberapa faktor yang bisa memperpanjang proses persalinan: 

  • Penggunaan epidural  (Alexander et al. 2002, Frigo et al. 2011)  dan (Anim-Somuah et al. 2011). karena otomatis sang ibu tidak bisa bergerak dengan bebas.
  • Obesitas  (Kominiarek et al. 2011; Carlhall 2013; Kawakita et al. 2016)
  • Usia ibu lanjut  (Sheiner et al 2002a; Timofeev 2013)
  • Pemberian diinduksi secara medis (Sheiner et al. 2002a) (Vahratian et al., 2005)

Induksi persalinan adalah dimana Anda diberi obat untuk memulai persalinan. biasanya ini dilakukan saat proses persalinan tidak kunjung datang padahal HPL (Hari Perkiraan Lahir) sudah dekat.  Oleh karena itu, oksitosin versi sintetis  (pitocin atau syntocinon) diberikan kepada ibu; Namun, versi sintetis ini sedingkali tetap tidak menyebabkan persalinan terjadi seperti biasanya. Terkadang, persalinan tetap saja tidak terjadi;  Terkadang, kontraksi menjadi terasa sangat menyakitkan, lama, dan dalam beberapa kasus justru inilah yang menyebabkan janinmengalami distress dan akhirnya membahayakan janin.

  • Melahirkan untuk pertama kalinya (Zhang, Landy et al., 2010), (Sheiner et al 2002a)
  • Posisi bayi yang posterior  (Gardberg & Tuppurainen 1994, Senecal et al., 2005)
  • posisi Kepala bayi yang miring (yaitu asynclitic) (Malvasi 2015)
  • Terkungkung di tempat tidur (Lawrence et al 2013) dan berbaring terlentang

Pertama-tama, posisi ibu ini berbahaya bagi ibu dan bayinya dari sekitar 25 minggu kehamilan dan seterusnya! Bobot bayi di dalam rahim menekan pembuluh darah besar di dalam ibu yang menghambat aliran darah ke ibu, dan akibatnya, pada bayi itu. Yang kedua, posisi untuk mendorong tahap kedua ini adalah ide terburuk yang pernah ada. Dokter menemukan posisi melahirkan ini untuk tujuan tunggal yaitu CONVENIENCE. Jika tidak, mereka harus berjongkok atau menggunakan senter untuk melihat apa yang terjadi saat menolong persalinan. Seperti yang dapat Anda lihat di video ini, kanal persalinan terbuka paling sedikit 10% agar kepala bayi menyesuaikan diri :

  • Dehidrasi (Dawood et al 2013) dan pembatasan minum dan makan. dalam proses persalinan normal, sebenarnya Anda tidak memerlukan cairan infus. Sebenarnya, minum saat Anda haus adalah cara rehidrasi yang palingefektif dan akurat daripada diberi infus (di mana intake dan output cairan justru bisa saja tidak seimbang). Makan akan membantu memberi energi dan mampu makan akan mengurangi stres. Beberapa rumah sakit tidak mengizinkan ibu untuk makan atau minum karena risiko tersedak makanan jika ternyata dilakukan operasi darurat. apalagi ketika Anda mengalami Ketuban Pecah Dini. yang seharusnya Anda banyak minum ketika ketuban pecah dini, justru malah tidak boleh minum dan hanya di batasi gerak, dan di pasang infus untuk di Induksi. bahkan seringkali sudah disuruh puasa.
  • korban kekerasan seksual (Nerum et al., 2010)
  • melahirkan bayi kembar (Leftwich et al 2013).
  • Ketuban pecah dini (PROM, kantung pelepasan air sebelum persalinan dimulai) (Sheiner dkk, 2002a)
  • hamil dengan bayi besar (Sheiner et al 2002b)

Bayi sangat besar dan tidak bisa bergerak melalui jalan lahir. (Disproporsi Cephalopelvic)
pada kasusn ini jalan lahir menjadi terlalu kecil agar bayi bisa melewatinya. (Pelvis Android, pelvis sempit)
Kontraksi Anda sangat lemah. (Kontraksi yang tidak efisien)

  • Masalah kesehatan ibu seperti diabetes gestasional, hipertensi atau preeklampsia, cairan amniotik rendah atau tingkat cairan amnion tinggi, memiliki bayi sebelumnya meninggal selama atau sesaat setelah persalinan, dan pengobatan infertilitas (Sheiner, Levy et al 2002. 2002a; Sheiner et al., 2002b; )
  • Nutrisi yang kurang bagus. walaupun  sulit dipercaya, tapi gizi buruk selama kehamilan bisa berpengaruh langsung pada berapa lama persalinan. Salah satu cara yang jelas adalah jika seorang ibu yang didiagnosis dengan Gestational Diabetes, suatu bentuk diabetes yang hanya terjadi selama kehamilan. Efek lain gizi buruk terhadap tenaga kerja adalah kurangnya energi. proses persalinan itu ibarat orang yang lari marathon, ibupasti memerlukan persiapan selama berbulan-bulan, mengatur pola makan (diet) dan berolahraga. Ketika seorang wanita, terutama ibu yang baru pertama kali, menyadari kontraksinya telah dimulai dan sangat bersemangat untuk pergi ke rumah sakit , dia sering lupa makan. Pada awal persalinan, makan makanan bergizi, protein dan lemak tinggi, akan membantu memberi energi slow-burning dan steady yang kontras dengan karbohidrat cepat terbakar.
  • Intervensi medis yang tidak perlu. Ini datang dalam banyak bentuk seperti ; pemberian dan pemasangan infus, epidural, pitocin dan syntocinon, prosedur rumah sakit, pemantauan janin elektronik yang menetap sehingga ibu tidak bebas bergerak, pemeriksaan vagina yang serng. dimana saat bidan atau dokter ingin memeriksakan Anda dan bayi, mereka cenderung melakukannya dengan berbagai intervensi seperti  membatasi gerakan, menempatkan ibu ke posisi yang buruk (terbaring terlentang), membatasi akses terhadap makanan dan air, dan lebih banyak lagi . Interupsi ini biasanya tidak terjadi secara singkat, namun seringkali berlangsung berjam-jam!
  • pembatasan gerak. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa peberian cairan infus, penggunaan epidural, Pemantauan Janin secara Elektronik, dan prosedur rumah sakit lainnya dapat mencegah Anda bergerak bebas. Di bioskop atau di TV dan sinetron sinetron , Anda akan sering melihat ibu terbaring di ranjang rumah sakit, menjerit saat merasakan kontraksi, dan hanya ‘berharap’ agar bayinya keluar. sebagian besar ibu yang dilakukan  epidural tidak bisa merasakan kaki mereka, apalagi berjalan dan bergerak! padahal Untuk membantu dalam proses persalinan, pastikan Anda bisa berjalan, bergoyang, jongkok, naiki tangan , dan dengarkan tubuh Anda. karena semua posisi ini adalah posisi yang sangat baik untuk membantu bayi menyelaraskan diri di dalam jalan lahir. Apalagi jika Anda berada dalam posisi tegak, Anda juga akan memiliki gravitasi yang membantu bayinya keluar secara alami! namun dengan pembatasan gerak, dimana Anda hanya boleh tidur miring kekiri sepanjang proses persalinan, tentu tidak akan membantu proses persalinan itu sendiri.
  • Stres. Kebanyakan ibu yang melahirkan secara alami  antara pukul 1:00 pagi dan 6:00 pagi!  Ibu yang mulai melahirkan di siang hari sering mengalami stres atau tidak nyaman. Hal ini dapat menyebabkan tubuh tidak ingin terbuka, pelvis menjadi kaku karena stres mencegah tubuh melepaskan hormon yang akan melemaskan ligamen, yang akan menyebabkan persalinan yang panjang. Terkadang, epidural dapat membantu dalam situasi ini untuk menenangkan ibu, mengurangi sedikit rasa sakit, dan kemudian stres akan berkurang, sehingga memungkinkan proses persalinan menjadi maju. silahkan lihat video lucu ini untuk ilustrasi

  • Kurangnya Pengetahuan. Pernahkah Anda mendengar tentang Natural Alignment Plateau (N.A.P)? Ini adalah periode waktu di mana proses pembukan  ‘terhenti’ sementara kontraksi terus berlanjut. Terkadang kontraksi berhenti sama sekali. Yang perlu Anda ketahui adalah bahwa ini adalah proses alami di mana bayi dan ibu bekerja sama selama persalinan dan kelahiran. Kadang serviks berhenti melebar dan membuka karena bayi perlu berganti posisi dan kontraksi membantu bayi menyesuaikan diri di rahim. Di lain waktu, ini karena ibu lelah dan hanya perlu beristirahat sebelum melanjutkan turunnya bayi dan / atau mendorong bayi keluar. Periode waktu ini biasanya adalah kesempatan yang diberikan bidan dan dokter untuk memberi label kepada seorang ibu dengan label FTP atau persalinan tak maju, atau persalinan Lama, dan ini sering terjadi ketika Syntocinon mulai di berikan. Terkadang, ibu bergerak maju dengan obat-obatan, atau menyetujui bagian c hanya karena mereka TIDAK TAHU tentang N.A.P!
  • Lingkungan persalinan yang Tidak nyaman. proses  Kelahiran adalah proses fisiologis yang kompleks sehingga Anda harus benar-benar mengerti bahwa terdapat Banyak hormon yang terlibat dan hampir semuanya bisa berdampak pada lamanya persalinan. Oksitosin, melatonin, adrenalin dan endorfin adalah beberapa hormon yang terlibat dalam persalinan. Saat seorang ibu merasa diawasi atau tidak nyaman, tubuhnya melepaskan adrenalin, yang bisa mengurangi aliran oksitosin. Aliran oxytocin yang melambat atau berhenti dapat menyebabkan “chaos” selama persalinan. terika ada lampu yang terang beberang dan suara keras, bisa menyebabkan pelepasan melatonin kurang. Melatonin mendorong pelepasan oksitosin. Kurang melatonin, sama dengan kurang oksitosin yang bisa proses persalinan menjadi menjadi lebih lama. Endorfin adalah penghilang rasa sakit alami tubuh kita. Mereka membantu ibu mengatasi rasa sakit saat kontraksi persalinan. Endorfin dilepaskan sebagai respons terhadap oksitosin. Saat  aliran hormon alami terganggu, maka kemampuan ibu intuk mengatasi  kontraksinya pun terganggu. dan persalinan menjadi semakin lama

berikut ini gambaran data tentang penyebab FTP:

Fase laten yang berkepanjangan terjadi selama persalinan tahap pertama dimana ibu bisa kelelahan dan dikeringkan secara emosional, dan persalinan yang berkepanjangan selama tahap kedua dapat menjadi “penyebab kekhawatiran”.

nah Kesimpulannya adalah, Kegagalan Kemajuan bukanlah diagnosis, kondisi, atau penyebab operasi SC. CPD dan kelelahan mungkin merupakan alasan untuk akhirnya memutuskan memilih operasi sesar, terutama jika bayi sudah mengalami distres. sebenarnya Jika Anda kelelahan dan diberi pilihan untuk memiliki induksi persalinan, Anda dapat menolaknya dan tidur siang, makan sesuatu, minum air, dan kemudian meneruskan persalinan pervaginam. Jika Anda sudah sampai pada titik di mana Anda terlalu lelah dan tidak dapat beristirahat atau reenergise, Anda mungkin akhirnyamemilih SC (terutama ketika detak jantung janin mulai tidak bagus, maka SC adalah pilihan terbaik.), walaupun sebenarnya bisa di cegah sejak awal asal Anda punya cukup pengetahuan. semoga bermanfaat ya.

 

sumber:

Alexander, J. M., S. K. Sharma, D. D. McIntire et al (2002). “Epidural analgesia lengthens the Friedman active phase of labor.” Obstet Gynecol 100(1): 46-50.

Allen, V. M., T. F. Baskett, C. M. O’Connell, et al (2009). “Maternal and perinatal outcomes with increasing duration of the second stage of labor.” Obstet Gynecol 113(6): 1248-1258.

Altman, M. R. and M. T. Lydon-Rochelle (2006). “Prolonged second stage of labor and risk of adverse maternal and perinatal outcomes: a systematic review.” Birth 33(4): 315-322.

ACOG Committee on Practice (2003). “ACOG Practice Bulletin Number 49, December 2003: Dystocia and augmentation of labor.” Obstet Gynecol 102(6): 1445-1454.

ACOG Committee on Practice (2009). “ACOG Practice Bulletin No. 107: Induction of labor.” Obstet Gynecol 114(2 Pt 1): 386-397.

ACOG Committee Opinion (2017). No. 687: Approaches to Limit Intervention During Labor and Birth. Obstet Gynecol, 129(2), e20-e28. (Free full text).

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM), Caughey, A. B., et al. (2014). “Safe prevention of the primary cesarean delivery.” Am J Obstet Gynecol 210:179-193. (Free full text).

Anim-Somuah, M., R. M. Smyth and L. Jones (2011). “Epidural versus non-epidural or no analgesia in labour.” Cochrane Database Syst Rev (12): CD000331.

Basu, A., Flatley, C., Kumar, S. (2016). “Intrapartum intervention rates and perinatal outcomes following successful external cephalic version.” J Perinatol 36: 439-42. Click here.

Blix, E., Kumle, M., Kjaergaard, H., et a. (2014). “Transfer to hospital in planned home births: a systematic review.” BMC Preg Childbirth 14:179.

Boyle, A., U. M. Reddy, H. J. Landy, et al (2013). “Primary cesarean delivery in the United States.” Obstet Gynecol 122(1): 33-40.

Bugg, G. J., F. Siddiqui and J. G. Thornton (2013). “Oxytocin versus no treatment or delayed treatment for slow progress in the first stage of spontaneous labour.” Cochrane Database Syst Rev (6): CD007123.

Carlhall, S., Kallen, K., Blomberg, M. (2013). “Maternal body mass index and duration of labor.” Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 171:49-53.

Chaemsaithong, P., Madan, I., Romero, R., et al. (2013). “Characterization of the myometrial transcriptome in women with an arrest of dilatation during labor.” J Perint Med 41: 665-681.

Cheng, Y. W., L. M. Hopkins, R. K. Laros, Jr. et al (2007). “Duration of the second stage of labor in multiparous women: maternal and neonatal outcomes.” Am J Obstet Gynecol 196(6): 585 e581-586.

Cheng, Y. W., B. L. Shaffer, A. S. Bryant et al (2010). “Length of the first stage of labor and associated perinatal outcomes in nulliparous women.” Obstet Gynecol 116(5): 1127-1135.

Cheyney, M., Bovberg, M., Everson, C., et al. (2014). “Outcomes of care for 16,924 planned home births in the United States: The Midwives Alliance of North America statistics project, 2004 to 2009.” J Midwifery Womens Health 59:17-27.

Cohen, W. R., Friedman, E. A. (2015). “Misguided guidelines for managing labor.” Am J Obstet Gynecol 212: 753.e1-3.

Dawood, F., Dowswell, T., Quenby, S. (2013). “Intravenous fluids for reducing the duration of labour in low risk nulliparous women.” Coch Data Sys Rev, 6, CD007715.

Dolea, C., and AbouZahr, C. (2003). “Global burden of obstructed labour in the year 2000.” Global Burden for Disease 2000, Evidence and Information for Policy, World Health Organization, Geneva. (Free full text).

Friedman, E. A. (1955). “Primigravid labor; a graphicostatistical analysis.” Obstet Gynecol 6(6): 567-589.

Frigo, M. G., G. Larciprete, F. Rossi, et al (2011). “Rebuilding the labor curve during neuraxial analgesia.” J Obstet Gynaecol Res 37(11): 1532-1539. Click here.

Gabbe, S. G., J. R. Niebyl, H. Galan, et al (2012). Obstetrics: Normal and problem pregnancies, Elsevier. Click here.

Gardberg, M. and M. Tuppurainen (1994). “Persistent occiput posterior presentation–a clinical problem.” Acta Obstet Gynecol Scand 73(1): 45-47.

Gimovsky, A. C., & Berghella, V. (2016). Randomized controlled trial of prolonged second stage: extending the time limit vs usual guidelines. Am J Obstet Gynecol, 214(3), 361 e361-366.

Goer, H. and A. M. Romano (2012). Optimal care in childbirth: the case for a physiologic approach. Seattle, Washington, Classic Day Publishing.

Gupta, J. K., G. J. Hofmeyr, M. Shehmar (2012). “Position for women in the second stage of labor for women without epidural anesthesia.” Cochrane Database Syst Rev(5): CD002006.

Hamilton, E. F., Warrick, P. A., Collins, K., et al. (2016). “Assessing first-stage labor progression and its relationship to complications.” Am J Obstet Gynecol 214: 358.e1-8.

Harper, L. M., A. B. Caughey, A. O. Odibo, et al (2012). “Normal progress of induced labor.” Obstet Gynecol 119(6): 1113-1118.

Harrison, M. S., Mabeya, H., Goldenberg, R. L., et al. (2015). “Urogenital fistula reviewed: a marker of severe maternal morbidity and an indicator of the quality of maternal healthcare delivery.” Matern Health Neonatol Perinatol 1:20. (Free full text).

Kavitha, A., K. P. Chacko, E. Thomas, et al (2012). “A randomized controlled trial to study the effect of IV hydration on the duration of labor in nulliparous women.” Arch Gynecol Obstet 285(2): 343-346.

Kawakita, T., Reddy, U. M., Landy, H. J., et al. (2016). “Indications for primary cesarean delivery relative to body mass index.” Am J Obstet Gynecol 215: 515.e1-9.

Klasko, S. K., R. V. Cummings, J. Balducci, et al (1995). “The impact of mandated in-hospital coverage on primary cesarean delivery rates in a large nonuniversity teaching hospital.” Am J Obstet Gynecol 172(2 Pt 1): 637-642.

Kominiarek, M. A., J. Zhang, P. Vanveldhuisen, et al (2011). “Contemporary labor patterns: the impact of maternal body mass index.” Am J Obstet Gynecol 205(3): 244 e241-248.

Laughon, S. K., J. Zhang, J. Grewal, et al (2012). “Induction of labor in a contemporary obstetric cohort.” Am J Obstet Gynecol 206(6): 486 e481-489. (Free full text).

Lawrence, A., L. Lewis, G. J. Hofmeyr, et al (2013). “Maternal positions and mobility during first stage labour.” Cochrane Database Syst Rev(8): CD003934.

Leftwich, H. K., M. N. Zaki, I. Wilkins et al (2013). “Labor patterns in twin gestations.” Am J Obstet Gynecol. .

Luthy, D. A., J. A. Malmgren and R. W. Zingheim (2004). “Cesarean delivery after elective induction in nulliparous women: the physician effect.” Am J Obstet Gynecol 191(5): 1511-1515.

Malvasi, A., Barbera, A., Di Vagno, G., et al. (2015). “Asyncliticism: a literature review of an often forgotten clinical condition.” Matern Fetal Neonatal Med 28: 1890-4.

Mulherin, K., Miller, Y. D., Barlow, F. K., et al (2013). “Weight stigma in maternity care: women’s experiences and care providers’ attitudes.” BMC Pregnancy Childbirth 13:19. (Free full text).

Neal, J. L., N. K. Lowe, K. L. Ahijevych, et al (2010). “‘Active labor’ duration and dilation rates among low-risk, nulliparous women with spontaneous labor onset: a systematic review.” J Midwifery Womens Health 55(4): 308-318. (Free full text).

Nerum, H., L. Halvorsen, P. Oian, et al (2010). “Birth outcomes in primiparous women who were raped as adults: a matched controlled study.” BJOG 117(3): 288-294.

Rouse, D. J., J. Owen and J. C. Hauth (2000). “Criteria for failed labor induction: prospective evaluation of a standardized protocol.” Obstet Gynecol 96(5 Pt 1): 671-677.

Rouse, D. J., S. J. Weiner, S. L. Bloom, et al. Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child and National Human Development Maternal-Fetal Medicine Units (2011). “Failed labor induction: toward an objective diagnosis.” Obstet Gynecol 117(2 Pt 1): 267-272.

Seaward, P. G., Hannah, M. E., Myhr, T. L., et al. (1997). International Multicentre Term Prelabor Rupture of Membranes Study: evaluation of predictors of clinical chorioamnionitis and postpartum fever in patients with prelabor rupture of membranes at term. Am J Obstet Gynecol, 177(5), 1024-1029.

Senecal, J., X. Xiong, W. D. Fraser (2005). “Effect of fetal position on second-stage duration and labor outcome.” Obstet Gynecol 105(4): 763-772.

Sheiner, E., A. Levy, U. Feinstein, et al (2002a). “Risk factors and outcome of failure to progress during the first stage of labor: a population-based study.” Acta Obstet Gynecol Scand 81(3): 222-226.

Sheiner, E., A. Levy, U. Feinstein, et al (2002b). “Obstetric risk factors for failure to progress in the first versus the second stage of labor.” J Matern Fetal Neonatal Med 11(6): 409-413.

Shield, S. G., S. D. Ratcliffe, P. Fontaine, et al (2007). “Dystocia in nulliparous women.” Am Fam Physician 75(11): 1671-1678. (Free full text).

Simon, C. E. and W. A. Grobman (2005). “When has an induction failed?” Obstet Gynecol 105(4): 705-709.

Smyth, R. M., S. K. Alldred and C. Markham (2013). “Amniotomy for shortening spontaneous labour.” Cochrane Database Syst Rev(1): CD006167.

Spetz, J., M. W. Smith and S. F. Ennis (2001). “Physician incentives and the timing of cesarean sections: evidence from California.” Med Care 39(6): 536-550.

Spong, C. Y., V. Berghella, K. D. Wenstrom, et al (2012). “Preventing the first cesarean delivery: summary of a joint Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development, Society for Maternal-Fetal Medicine, and American College of Obstetricians and Gynecologists Workshop.” Obstet Gynecol 120(5): 1181-1193.

Teixeira, C., S. Correia and H. Barros (2013). “Risk of caesarean section after induced labour: do hospitals make a difference?” BMC Res Notes 6: 214 . (Free full text)

Timofeev, J., Reddy, U. M., Huang, C. C., et al. (2013). “Obstetric complications, neonatal morbidity, and indications for cesarean delivery by maternal age.” Obstet Gynecol 122: 118-95.

Tobias, T., Sheiner, E., Friger, M., et al. (2015). “Does dystocia during labor pose a risk factor for another on-progressive labor during subsequent delivery?” J Matern Fetal Neonatal Med 28: 1099-103.

Vahratian, A., J. Zhang, J. F. Troendle, A. C. Sciscione and M. K. Hoffman (2005). “Labor progression and risk of cesarean delivery in electively induced nulliparas.” Obstet Gynecol 105(4): 698-704.

Zhang, J., H. J. Landy, D. W. Branch, et al and the Consortium on Safe Labor (2010). “Contemporary patterns of spontaneous labor with normal neonatal outcomes.” Obstet Gynecol 116(6): 1281-1287. (Free full text).

Zhang, J., J. Troendle, U. M. Reddy, et al (2010b). “Contemporary cesarean delivery practice in the United States.” Am J Obstet Gynecol 203(4): 326 e321-326 e310. (Free full text).

Zhu, B. P., Grigorescu, V., Le, T., et al. (2006). “Labor dystocia and its association with interpregnancy interval.” Am J Obstet Gynecol 196: 121-8.