Bidan Kita

Home Blog Page 39

MINDFULNESS di butuhkan untuk BERSALIN NYAMAN

Ketika saya menyusun program Gentle Birth Balance di Bidan Kita , saya menyadari bahwa persiapan pikiran, hati, psikologis, dan mental dalam menjalani proses melahirkan sangatlah penting.

Banyak dari para ibu yang inginnya serba instan. Dan tidak mau berproses dalam serangkaian peristiwa yang terjadi.

Banyak ibu yang saking inginnya jadi terobsesi sehingga ketika ada sesuatu yang kurang, ada sesuatu yang berjalan tidak seperti yang dia harapkan, maka langsung mencari cari siapa yang pantas disalahkan atas kekurangan tersebut.

Sebagai contoh:

a. Seorang ibu rajin ber Yoga sejak 32 w kehamilannya, karena dia ingin melahirkan dengan lancar dan nyaman, namun setiap kali beryoga sang ibu ini hanya menghafalkan gerakan demi gerakan, asal tubuh bisa di tekuk tekuk itu udah cukup. Dia tidak berusaha untuk selaras dengan nafas dan tubuh di dalam setiap gerakannya, dia hanya asal bergerak saja, tanpa “Nyawiji/Menyatu”. Sehingga ketika proses persalinan dan ternyata proses persalinannya berlangsung lama, ibu ini langsung menyalahkan YOGA nya. Dan menyalahkan dirinya sendiri karena gagal.

b. Seorang ibu rajin relaksasi hypnobirthing, expectasinya adalah agar tidak merasakan sakit saat melahirkan nanti, namun ibu ini jarang berlatih, berlatih jika ingat saja. Nah saat proses persalinan ibu ini tetap merasakan sakit terutama di pembukaan 5cm , nah lalu sang ibu ini marah dan menyalahkan hypnobirthingnya. Ternyata dia tidak belajar tentang filosofi dalam hypnobirthing tersebut namun terobsesi untuk tidak merasakan sakit dengan hypnobirthing.

Dan masih banyak lagi contoh contoh yang ada di lapangan.

Ya. Ternyata masih banyak yang melupakan dan tidak mengetahui filosofi dalam persiapan persalinan itu sendiri dimana seorang ibu harus mempunyai :

1. Greget(semangat/spirit)

2. Sengguh (keteguhan hati),

3. Ora Mingkuh (fokus),

4. Nyawiji (menyatu antara body, mind and soul)

Dan ke empat hal tersebut sebenarnya ada pada praktek Mindfulness yang saya ajarkan di program Gentle Birth Balance (GBB).

Mindfulness merupakan cara untuk menjadi sadar setiap saat secara utuh, disini dan saat ini. Mindfulness artinya menyatu antara tubuh, jiwa, dan roh sekarang dan saat ini.

Singkatnya, mindfulness adalah tentang bagaimana melatih diri kita supaya:

1. Lebih menyadari tubuh, pikiran, emosi kita sendiri, dan apa yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Bukan menjadi zombie atau hidup dengan autopilot mode.

2. Lebih hadir secara utuh di saat ini, di sini, sekarang. Bukan galau karena masa lalu atau gelisah akan masa depan. Masa lalu adalah sejarah, masa depan adalah misteri dan masa depan belum terjadi. Yang kita punya hanya masa kini. Sekarang. Karena masa kini adalah anugrah.

3. Lebih fokus, lebih mampu membuat pilihan mengenai di mana kita meletakkan perhatian kita. Tidak mudah terganggu meskipun banyak gangguan yang menggoda untuk memindahkan perhatian kita.

4. Lebih menerima dengan ikhlas diri kita sendiri dan sesama. Apa adanya, bukan ada apanya. Bukan menolak dan memberontak dengan penuh kebencian tapi sebaliknya. Menerima dengan penuh cinta, kasih dan pastinya sayang.

5. Lebih bersatu antara pikiran dan tubuh. Pikiran dan perkataan. Perkataan dan perbuatan. Selaras.

Untuk itu mari belajar untuk lebih Mindfulness lagi. Sata menjalani kehamilan, mempersiapkan persalinan, menjalani persalinan Anda. Simaklah artikel di bawah ini untuk melengkapi tulisan ini: – https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=631%3Apersiapan-batin-untuk-proses-persalinan&catid=44%3Anatural-childbirth&Itemid=56https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=632%3Ahypnobirthing-dan-gentle-birth&catid=44%3Anatural-childbirth&Itemid=56

banyak sekali persiapan terutama mental dan psikologis yang harus di jalani selama hamil selain fisik bunda… dimana musti bebas dari rasa takut. musti tenang, pasrah, tidak menghakimi, tidak membandingkan antara Anda dengan orang lain karena pasti beda… dan berdamai, termasuk berdamai dengan segala perubahan dan rasa yang dialami. ketika proses persalina berjalan begitu lama dan kurang nyaman, seringkali kita langsung menghakimi, menyalahkan tubuh, menyalahkan oranglain, menyalahkan diri sendiri, bahkan menyalahkan bayi Anda. seringkali kita tidak menyadari bahkan kurang menghargai upaya yang bayi kita lakukan untuk membantu ibunya dan untuk menurunkan badannya, melahirkan dirinya … contoh..:

  • sebenarnya sang bayi udah berusaha turun ke panggul dan jalan lahir, berusaha membuka jalan lahir ibunya, namun desakan dan kontraksi yang ditimbulkan, baru dikit aja, sang ibu sudah mengaduh kesakitan dan seolah “menolak/melawan/berlari” dari rasa yang di timbulkan. sehingga justru ligamen di panggl dan jalan lahir malah semakin tegang dan ketat.
  • sebenarnya bayi sudah berusaha melepaskan tali pusat yang membelit tubuhnya namun sang ibu tidurrr terus gak mau bergerak sekedar membantu sang bayi memberikan sedikit ruang agar dia bisa melakukan tugasnya dengan baik.
  • sebenarnya sang bayi sudah ingin segera lahir..namun karena sang ibu cemas…gelisah…tidak menguasai nafas dan panik, otomatis rahim justru kekurangan oksigen dan itu membuat janin tidak terbantu dan harus melakukan semua tugas itu sendirian…

nah..Ayo berdamai dulu bunda:

  • Berdamai dengan diri sendiri
  • Berdamai dengan bayi Anda
  • Berdamai dengan orang lain
  • Berdamai dengan tubuh

Lalu bagaimana kita berlatih mindfulness?

Sebenarnya caranya sederhana kok, karena yang Anda butuhkan adalah menarik dan memanggil pikiran Anda kembali, lagi dan lagi, supaya tetap sini kini. Cobalah perhatian hanya pada obyek tertentu misalnya:

a. NAFAS, mulai perhatikan nafas yang keluar dan masuk ke dalam tubuh Anda, perhatikan saat dada dan perut Anda mengembang maupun mengempis.

b. TUBUH, coba perhatikan tubuh Anda, saat Anda diam, hening, atau saat Anda bergerak

c. INDERA, seperti pendengaran, peglihatan maupun pengecapan, bahkan jika Anda hamil dan bersalin coba hayati dan fokus pada tiap sensasi yang Anda rasakan melaliu gerakan janin di rahim Anda, juga kontraksi yang terjadi

d. PIKIRAN termasuk emosi, yang sedang kita pikirkan dan rasakan saat ini

e. PENGALAMAN, segala peristiwa yang kita alami dan kita sadari saat ini

Andapun bisa melakukan latihan ini kapanpun dimanapun dalam posisi apapun. Intinya bagaimana Anda tetap NYAWIJI SAIKI (menyatu body , mind and soul saat ini dan disini)

Semoga bermanfaat

Salam hangat

Yesie Aprillia

 

SAAT Hari Perkiraan Lahir itu Telah Lewat

 

Ingatkah Anda dulu ketika Anda masih Jomblo? Padahal umur sudah dianggap cukup untuk menikah? Apa yang teman, saudara dan orang tua katakan saat mereka bertemu dengan Anda? Bisa dipastikan pertanyaan pertanyaan pembuka yang seringkali mereka lontarkan adalah “kapan menikah?”…..”kok belum menikah sich, nunggu apa lho?”…..dan berbagai pertanyaan dengan berbagai gaya bahasa yang intinya hampir sama, padahal mungkin saat itu dalam hati Anda juga menjerit. Karena sebenarnya Anda pengen tapi apa daya pacar aja belum punya? Atau kalaupun punya, hati belum sreg?!. Sehingga seringkali Anda menjadi sangat malas dan merasa ogah ogahan untuk ikut bergabung dalam acara acara yang melibatkan banyak orang seperti reuni, arisan keluarga bahkan acara berkunjung ke rumah saudara saja rasanya menjadi ogah karena pasti pertanyaan yang sama akan Anda dengar. Dan itu membuat kuping Anda terasa “gatal”.

Begitu pula kejadiannya akan berulang sama ketika Anda akhirnya sudah menikah dan setelah beberapa bulan bahkan beberapa tahun ternyata Anda belum di karuniai momongan. Pertanyaan “kapan hamil?”…..”kok belum hamil-hamil? Nungguin apa? Kok belum isi juga??”…dan lain sebagainya selalu Anda dengar juga manakala Anda berkumpul dan bertemu dengan mereka. Nah ungkapan bunda Shinta berikut ini mungkin mewakili sebagian besar ungkapan dan perasaan hati Anda:

“Saya paling sebel ketika datang ke arisan keluarga. Tiap bertemu dengan orang, pertanyaannya adalah “Kapan hamil?” “kapan punya anak?” “gimana kok belum hamil sich?” dan itu membuat hati saya terasa panas dan kuping terasa gatal. Saya sudah menikah selama 2 tahun dan belum di karuniai momongan. Berbagai upaya sudah kami lakukan. Terkadang rasanya putus Asa. Ada rasa iri dan sedih ketika melihat teman atau saudara yang baru saja menikah tapi langsung berhasil hamil. Tapi apa daya? Dan pertanyaan pertanyaan itu sering sekali membuat saya ogah ogahan untuk pergi keluar rumah dan bertemu dengan mereka. Untung suami saya mendukung selalu.”

Dian Kiky Wardhana Jaman dulu belum hamil-hamil juga, eh terus adek begitu nikah terus hamil ada tetangga yg blg gini “ini mbak-nya kok kalah pinter mainnya, gak jadi-jadi juga, belajar sama adeknya donk mba” pas wkt itu mangkeeell banget, mangkel sak mangkel-mangkelnya, lu kate hamil tu perkara pinter ato kagak yak, pasang senyum “sok” manis, diem, tinggal masuk kamar daahh, dalam hati pengen juga nanya “bu,nanya-nanya saya hamilnya kapan,kalau saya tanya matinya kapan, situ tau jawabnya?” tapi karena tetangga uda agak berumur, jadilah tinggal caww ajah

Nah ketika Akhirnya Anda berhasil hamil, pasti setiap orang baik teman, sahabat, saudara apalagi orang tua sangat penasaran untuk mengetahui kapan sang jabang bayi ini lahir, setelah mereka mengetahui bulan atau tanggal hari perkiraan lahirnya, dan ternyata tanggal HPL tersebut telah terlampaui maka kejadian semasa jomblo dan belum hamilpun terlang kembali, yaitu Anda akan mendengar pertanyaan pertanyaan tentang kapan bayi itu akan lahir?

Inilah beberapa pertanyaan yang sering terungkap dan sering di dengar para ibu yang mendekati hari HPL apalagi yang HPL nya sudah terlewatkan:

– Kapan melahirkan?

– Belum ada tanda tanda melahirkan ya? Kok lama sekali?

– Eh itu perutnya udah kelihatan turun sekali, kok belum lahir juga?

– Kalau aku dulu 2 minggu sebelum HPL bayiku sudah lahir, nah ini udah HPL kok belum lahir juga mbak?

– Kapan ke dokter? Minta di induksi aja.

– Kapan di induksi mbak?

– Si A udah melahirkan lho, kok Anda belum? Bukankah HPL nya sama?

– Hati hati lho…nanti ketubannya kering…

– Masih krasan po adek bayinya? Wah bahaya lho kalau tidak segera di keluarkan nanti bisa bla…bla…bla…

Dan masih banyak lagi pertanyaan dan pernyataan yang “serupa tapi tak sama”

Nah apa yang Anda rasakan? Mungkin Anda sebel, Be Te, Sedih, Takut, Khawatir, tapi tak berdaya. Mungkin juga rasanya sampai Anda tak ingin keluar dari rumah atau dari kamar. Berasa ingin masuk “GOA” saja. Bahkan seringkali ada rasa enggan untuk membuka sms, BBM atau Wasap dll karena isinya paling paling menanyakan hal yang sama. Dan hati Anda akan semakin galau ketika mendengar kabar bahwa teman teman yang usia kehamilannya hampir sama dengan usia kehamilan Anda ternyata sudah melahirkan.

Inilah salah satu ungkapan bunda yang mungkin mewakili perasaan Anda saat ini:

Kristina, “dulu HPL kurang seminggu saja pertanyaan pertanyaan itu sudah muncul dan sering saya dengar, pertama tama saya tenang dan berharap semoga segera lahir segingga saya hanya menjawab = kemungkinan besar seminggu lagi, mohon doanya ya mbah, bu, tante…(sambil tersenyum manis mengamini) tapi ketika HPL sudah lewat dan belum ada tanda tanda juga, dan pertanyaan itu semakin sering saya dengar. Di awal-awal saat telatnya masih 1 atau 2 hari dari HPL sich saya masih senyum senyum menanggapinya. Tapi begitu usia kandungan menginjak 41 minggu dan belum ada juga tanda persalinan, rasa galau semakin menjadi jadi karena pertanyaan dan pernyataan tentang kapan melahirkan semakin sering saya dengar. Bahkan saya jadi takut dan enggan untuk sekedar keluar kamar. Takut di tanyain! Membuka SMS dan BBM saja rasanya ogah dan malas sekali karena semua isinya sama yaitu menanyakan kapan melahirkan. Tiap hari hati semakin galau dan tak berdaya, rasanya pengen nangis saja.”

Astri Maulikha pernah ngerasain semua mbk… blm nikah dtnyain kok ga nikah2 blm hamil dtnya kok ga hamil2 keguguran ditnya kpn isi lg kok lama keguguran kedua kali dtnya dan dipojokkan hamil ketiga…lewat hpl..ditnya di sms di telp..kok ga lahir2..huaaa hehee

Agnes Dwi Alamsari Debby Tipikal kekerabatan di masyarakat Indonesia..hihihi..kebetulan saya mengalami krn menikah di usia 28, pertanyaan setiap menghadiri undangan pernikahan,”Kapan nyusul ?”. setelah menikah kebetulan gak langsung hamil, ada 4 bulan “kosong”, udah banyak pertanyaan sesepuh,”Belum isi ? belum telat ?” Hahaha..giliran udah punya anak 1, ganti lagi pertanyaannya,”Kapaaan niiih dikasih adik ? ” wkwkwkwkwk..

Nah tips pertama yang sering saya berikan kepada para ibu yang hamil adalah:

1. Tidak perlu menyebarkan dan membeberkan tanggal hari perkiraan lahir kepada orang orang, bahkan kadang kepada mertua atau orang tua (dengan catatan jika Anda tahu bahwa orang tua Anda tipenya gampang panik) karena nanti justru ketika ternyata tanggal HPL sudah lewat, tanpa disadari Anda akan merasa terintimidasi dengan pertanyaan pertanyaan seputar kapan lahir. Cukup ceritakan tentang bulannya saja atau di kasih rentang waktu. Misalnya:

– Gak tau ini bu, kata dokter kemungkinan besar di bulan januari

– Menurut dokter/bidan sich antara minggu pertama dan kedua bulan maret bu.

Dan lain sebagainya.

Ini sebenarnya semata mata untuk menghindari stres yang kemungkinan besar akan anda rasajan jika ternyata HPL telah lewat.

2. Ketika HPL telah lewat, lakukan tips tips berikut : https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=600:tips-untuk-tetap-survive-di-kehamilan-lewat-waktu&catid=40:monthly-guide&Itemid=34

3. Dan mulailah sering membaca artikel yang mampu menguatkan Anda seperti :

a. https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=553:bayi-mempunyai-qwaktuq-sendiri-tuk-di-lahirkan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56

b. https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=624:post-term&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56

Nah semoga bermanfaat

Ayo Semangat!

TRUST Your BABY, TRUST Your BODY

Salam Hangat

Yesie Aprillia S.Si.T, M.Kes

Owner Bidan Kita

Jl. Piere Tendean no 20 Rt I Rw VII, Sikenong, Kel. Kabupaten, Kec. Klaten Selatan, Klaten

Hotline: 0272 3111884

Facebook:

– Bidan Kita =https://www.facebook.com/bidan.kita?ref=tn_tnmn

– Yesie =https://www.facebook.com/yesie.aprillia

– Fanpages = https://www.facebook.com/pages/Bidan-Kita/215563711787505

Twitter : @bidankitahttps://twitter.com/bidankita https://www.bidankita.com

GENTLE BIRTH “Tak Kenal Maka Tak Sayang”

IMG-20141016-WA0001“Cethar Membahana di seluruh Khatulistiwa” inilah ungkapan si penyanyi solo Syahrini yang sepertinya pas dan pantas saya sematkan pada GENTLE BIRTH. Sebuah fenomena dalam dunia persalinan dan kelahiran.

Nah sebelum saya lanjutkan tulisan saya, saya akan bercerita tentang kisah perkenalan saya dengan Gentle Birth, Sejak perkenalan saya dengan Hypnotherapy dan hypnobirthing sekitar tahun 2004-2005 yang lalu, ketertarikan saya akan complementary therapy semakin menjadi. Dan akhirnya Tuhan membawa saya mengenal Gentle Birth di tahun 2006-2007. Berawal dari perkenalan saya dengan bu Robin Lim lalu dilanjutkan dengan “ketemuan” dengan pakar pakar Gentle Birth di dunia serta “kebetulan –kebetulan” yang menuntun saya untuk bertemu dengan sahabat, teman dan juga guru guru spiritual saya yang semuanya mengarah ke satu muara yaitu GENTLE BIRTH

Tak Kenal, maka tak sayang…ya itulah yang akan terjadi dalam lingkup gentle birth. Dahulu saat saya belajar tentang gentle birth dan juga tentang waterbirth di Yayasan Bumi Sehat, saat itu saya bersama dengan teman teman bidan yang kebetulan juga pengurus & “pentolan IBI (Ikatan Bidan Indonesia)” Cabang Klaten dan Surakarta. Kebetulan beliau adalah trainer APN (Asuhan Persalinan Norma) juga. ** Silahkan Klik di sini:

a. tentang 60 langkah APN: http://viona-bidangaul.blogspot.com/2013/05/60-langkah-asuhan-persalinan-normal-apn.html

b. tentang 58 langkah APN : http://rabiatulrizky.blogspot.com/2011/12/58-langah-apn.html

Dan di tahun itu APN sedang baru barunya dan sedang di gaungkan di Indonesia, dengan 60 langkahnya. Dan sedang hangat hangatnya. Dimana itu adalah program pemerintah secara nasional. Dan saat itu saya bersama dengan dua “pentolan”-nya APN sedang belajar tentang hal baru di yayasan bumi sehat.

Kami sangat beruntung karena di yayasan bumi sehat, kami disambut dengan sangat baik bahkan di jamu luar biasa dan diberikan tempat tinggal gratis, yaitu Ashraam yang letaknya tepat di depan klinik yayasan Bumi Sehat, sehingga kami bisa terlibat dan melihat secara langsung layanan yang mereka lakukan.

Hari pertama datang dan melihat semua kegiatan di yayasan bumi sehat yang ada hanyalah ekspresi “melongo” dan “Mengernyitkan dahi”. Saat itu “Gelas” kami sudah terlalu penuh untuk diisi dengan “air” yang baru. Sehingga gelas ini tidak muat untuk menampungnya. Bagaimana tidak? Kami yang mana notabenenya berlatarbelakang trainer APN (2 orang teman saya), dan saya yang adalah seorang Dosen Akbid saat itu. Dengan segala ilmu yang sudah kami dapatkan dan kami ajarkan bertahun tahun tiba-tiba musti di hadapkan dengan berbagai praktek dan ilmu yang sangat jauh berbeda dengan apa yang telah kami pelajari dan kami ajarkan selama ini.

Inilah beberapa hal yang membuat kami tak bisa tidur selama kami di Ashraam (terutama saya) karena otak dan hati ini seolah-olah “perang” di sana. Seolah olah ilmu ini seperti puzzle yang tercerai berai dan harus disusun satu persatu dengan teliti dan tekun serta berhati hati agar bisa terbaca dengan jelas.

1. Melahirkan di dalam air

Sungguh sesuatu yang sangat menarik dan membikin penasaran serta terheran heran saat itu. Bagaimana tidak selama ini kami diajarkan bahwa kalau melahirkan bayi ya di atas kasur, di atas tempat persalinan. Dengan sang ibu tidur terlentang atau setengah duduk dengan kaki ngangkang. Nah ketika di yayasan bumi sehat kami melihat proses persalinan di air dengan posisi duduk. Heran dan aneh…bahkan cenderung agak skeptic saat itu. Kami lupa bahwa konsep sederhana dari waterbirth adalah menyadari bahwa bayi di dalam kandungan adalah “makhluk air” karena dia hidup di dalam air ketuban jadi ketika lahir melalui media air itu tak masalah dan justru jauh lebih baik.

Kami melongo dan kami heran namun saya sangat terkesan dan terkagum kagum….”Kok bisa ya?”….”nanti kalau ada apa-apa bagaimana?”…..”jangan jangan….”…pertanyaan pertanyaan itu menghantui pikiran saya. Namun saya sangat beruntung karena teman saya Brenda Ritchmond membimbing saya pelan pelan dan memberikan pemahaman demi pemahaman kepada saya saay itu. Dan justru berawal dari diskusi diskusi sederhana yang kami lakukan, membuat saya mau terbuka hati, pikirannya sehingga mau belajar, belajar dan belajar lagi….hingga akhirnya saat ini justru saya yang membuat buku tentang waterbirth di Indonesia 😉 :

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=623:waterbirth&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56

Silahkan buka tentang penelitian waterbirth disini:

http://www.waterbirth.org/

http://www.oneworldbirth.net/blog/why-is-water-birth-so-controversial/

http://www.healtheast.org/maternity/waterbirth.html

http://www.rcog.org.uk/womens-health/clinical-guidance/immersion-water-during-labour-and-birth

http://www.waterbirth.org/assets/documents/RCOG_Waterbirth_Guidelines.pdf

dan masih banyak lagi info baik itu artikel, maupun penelitian tentang waterbirth.

2. Delayed Umbilicall Cord

Adalah penundaan pemotongan tali pusat setelah bayi lahir dengan seutuhnya. WOW adalah kalimat pertama yang saya ucapkan saat itu. Tentu ini tidak sesuai dengan apa yang saya pelajari bahkan apa yang di ajarkan APN saat itu. Lagi lagi mengernyitkan dahi. Namun beruntungnya saya adalah orang yang mau belajar sehingga berawal dari WOW sambil mengernyitkan dahi dan memincingkan mata, akhirnya berubah dengan WOW sambil tersenyum lega.

Nah beberapa artikel dan penelitian yang saya baca tentang delayed umbilical cord ada disini salah satunya:

http://www.nytimes.com/2013/07/11/health/study-endorses-later-severing-of-umbilical-cord.html?_r=0

http://www.acog.org/Resources_And_Publications/Committee_Opinions/Committee_on_Obstetric_Practice/Timing_of_Umbilical_Cord_Clamping_After_Birth

http://www.midwiferytoday.com/articles/neonatalresus.asp

http://www.medscape.com/viewarticle/708616_3

dan masih buanyak lagi penelitian tentang delayed umbilical cord ini.

3. Lotus Birth

Ini apalagi!!! Aneh aneh aja!! Heheh kalimat itu yang muncul di benak saya saat pertama kali melihat lotusbirth berbagai pertanyaan seolah olah “perang” di otak saya. Delayed umbilical cord saja tidak di ajarkan, apalagi lotusbirth?WOW lagi dech!

Dan lagi lagi saya beruntung karena saya mau belajar dan belajar saat itu . nah tentang lotus birth inilah beberapa artikel yang saya baca :

http://www.pregnancy.com.au/resources/topics-of-interest/labour-and-birth/lotus-birth.shtml

http://www.sacredbirthing.com/lotus-birth/

http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm

dan masih banyak lagi lho 😉

4. Burning Cord

Burning cord = memotong talipusat dengan dibakar…lagi lagi WOW! Namun saat itu saya mengalami hal yang luar biasa dengan burning cord. Pertama kali saya melihat persalinan di yayasan bumi sehat dan waterbirth, saat itu sang bayi mengalami asfiksia, seluruh tubuhnya kebiruan dan sang bayi tidak bisa bernafas dengan lancar . Alhasil segera setelah plasenta lahir sang bayi yang masih “intact” dengan plasentanya di bawa ke bed. Dan dilakukan burning cord dan yang terjadi dalam hitungan detik, wajah dan tubuh bayi langsung kemerahan dan sang bayi langsung stabil kondisinya. Dari peristiwa itu akhirnya saya belajar tentang energi, tentang chi…tentang yin dan yang…wow…luar biasa,

5. IMD

Saat itu di APN belum ada IMD seperti langkah yang sekarang menjadi 58 langkah APN. Jadi IMD merupakan hal yang baru bagi kami saat itu. Tapi tidak bagi yayasan bumi sehat. Karena jauh sebelum IMD di gaungkan di Indonesia, mereka sudah melakukan dan selalu melakukannya. Hanya saja karena dulu praktek itu “tidak sesuai” dengan apa yang diajarkan di APN, maka saat itu kamipun menganggap itu adalah praktek yang “nyleneh” heheh. Baru setelah IMD menjadi pedoman dan praktek yang harus dilakukan …barulah kami berkomentar..oh ternyata dulu itu….oh ternyata boleh ya…oh ternyata bla bla bla. Jadi judulnya adalah “OH TERNYATA”

6. Homeophaty, naturophaty

7. Accupresure

8. Accupunktur

9. Chiropracty

10. Craniosakral

11. Yoga, thai chi

12. Herbal

Dan masih banyak lagi ilmu ilmu yang membuat saya berdecak kagum saat itu dan merasa malu karena ternyata saya masih begitu bodoh dan begitu dangkal pengetahuannya dalam dunia kebidanan.

Namun saya sangat beruntung, walaupun bermodalkan bahasa inggris yang masih acak adul tapi paling tidak di antara kami bertiga, sayalah yang paling lancar bicara pake bahasa ingris saat itu.

Dan beruntungnya saya, karena hampir setiap hari teman yang akhirnya jadi sahabat saya seorang bidan bule muslim “tangan kanannya” bu Robin Lim setiap hari menyambangi asrhaam dan berdiskusi dengan kami dan memberiku setumpuk artikel, jurnal ilmiah dan buku yang tentunya berbahasa inggris yang akhirnya membuka pikiran saya dan hati saya hingga dalam hati spontan berkata “INILAH YANG AKU CARI SELAMA INI!….Trimakasih Tuhan!!”

Dan beruntungnya saya, karena dari tiga orang ini, sayalah yang paling “Free”, yang tidak terikat dengan embel-embel seperti Pegawai PNS atau pengurus IBI, sehingga saya bisa dengan bebas berekplorasi pada apa yang saya pelajari dan saya dapatkan.

Dan beruntungnya saya adalah, saya juga mengenal hypnobirthing, mendalami, menekuni, mempraktekkan dan menjadi bagian dari Hypnobirthing Indonesia sehingga dengan bimbingan dan cinta dari Bu Lanny Kuswandi dan Eyang Erwin Kusuma, akhirnya saya belajar banyak hal sehingga saya bisa mengumpulkan dan menyusun puzzle tersebut, menjadi sebuah kesatuan yaitu GENTLE BIRTH.

Saya akui, saya sempat mengalami efouria tentang GENTLE BIRTH…namun lagi lagi saya beruntung karena alam semesta mempertemukan saya dengan teman-teman, sahabat dan guru-guru spiritual saya yang membuat saya tetap “seimbang” dan tidak terlena dengan euforia tersebut.

Karena saya pernah mengalami efouria tersebut maka saya bisa sangat memaklumi jika saat ini eforia itupun di alami oleh para ibu dan bahkan para teman sejawat. Namun yang saya sayangkan adalah banyak sekali yang hanyut dalam eforia tersebut sehingga memunculkan kontroversi, skeptis dan paham-paham keras yang anti-antian bahkan banyak yang “keblinger” dengan GENTLE BIRTH ini dan juga banyak yang akhirnya “memanfaatkan” eforia ini demi kepentingan pribadi menyangkut bisnis juga politik. Sungguh di sayangkan

Inilah yang membuat saya menangis dan prihatin.rasanya Gentle Birth kok terlalu Agung untuk diperlakukan demikian.

Walaupun saya tidak tahu harus mengurai dari mana permasalahannya karena ini serasa seperti benang kusut yang semakin lama semakin kusut saja dan semakin sulit di urai, namun saya akan mencoba menjelaskan satu persatu tentang Gentle Birth ini.

1. Gentle Birth adalah sebuah FILOSOFI

Gentle artinya Lembut. Birth artinya Kelahiran. Jika di gabungkan bisa berarti, Lahir dengan penuh kemembutan. Siapa yang Lahir? Yang lahir bukan hanya bayi saja tetapi ibu , ayah bahkan keluarga yang “dilahirkan” kembali dan mengalami transformasi yang luar biasa, dan proses ini terjadi sangat lembut dan minim akan trauma.

Jadi kalau boleh saya mengartikan istilah gentle birth, maka gentle birth adalah sebuah filosofi dalam proses kelahiran dan persalinan yang begitu tenang, penuh kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia, sebuah pendekatan dalam proses kelahiran alami yang menggabungkan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh wanita itu sendiri.

Sebuah proses dimana kita di tuntut untuk kembali “merunduk” untuk menyadari kembali, memahami, dan menghormati kehendak alam terhadap sebuah proses yang sangat alamiah ini.

Gentle birth mengajarkan tentang mindfulness, dan tentang keseimbangan. Gentle birth TIDAK mengajarkan tentang kefanatikan atau Anti Antian karena semua adalah tentang keseimbangan, keselarasan dan harmonisasi.

2. Elemen Kunci Gentle Birth

Gentle birth adalah tentang pemberdayaan , dimana dalam pemberdayaan diri. ada 4 hal yang harus Anda lakukan untuk mencapai Gentle Birth:

a. Greget (Semangat)

b. Sengguh (Bersungguh-Sungguh dan berkomitmen)

c. Ora Mingkuh (Tidak mudah terpengaruh/Fokus)

d. Nyawiji (Menyatu Antara Body, Mind & Soul)

Yang mana beberapa elemen kunci dalam Gentle birth antara lain adalah:

a. Perlunya Persiapan

b. Perlunya dukungan untuk melahirkan secara normal dan alami

c. Lingkungan yang Meyakinkan dan Menenangkan

d. Dukungan yang Terus-menerus Selama Persalinan

e. Suasana yang Tenang

f. Cahaya yang Remang-remang

g. Kebebasan Bergerak dan selaran dengan alam serta memahami tubuh

h. Percayai Kekuatan Alam

i. Mengurangi & mencegah intervensi yang tidak perlu dalam persalinan

j. Pentingnya Napas Pertama

k. Belaian atau Sentuhan Pertama

l. Penundaan Pemotongan Tali Pusat

m. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) & Rooming In

n. Hindari Birth Trauma dan kekerasan dalam persalinan dan kelahiran

3. Praktek dalam Gentle Birth

Lalu bagaimana Praktek pelaksanaannya?

Inilah saatnya kita di tuntut untuk menggunakan bahasa hati, bukan bahasa otot lagi.

Selama ini diakui ataupun tidak, SOP seolah olah menjadi “dewa” dalam praktek pelayanan kita terhadap manusia. Sehingga jika ada praktek yang tidak sesuai atau tidak tertera/tidak ada dalam SOP, maka hal itu akan di anggap sebagai penyimpangan ataupun pelanggaran.

Padahal seharusnya kita menyadari bahwa Manusia itu Unik, dan bahwa dalam pelayanan, seorang tenaga kesehatan haruslah mempunyai 3 kaki agar bisa menopang kuat dan lebih kokoh dalam pelayanannya, kaki kaki tersebut adalah: Spiritual, Medical Science, dan Art

Yah…Spiritual: inilah yang tanpa kita sadar, seringkali kita tinggalkan. Saat melayani bahkan membantu kelahiran seorang bayi, seringkali kita hanya melakukan sesuai prosedur tanpa menyadari bahwa saat inilah kita menyambut manusia baru, spirit yang suci yang datang ke bumi ini. Baik nakes maupun klien hanya menyadari sampai titik dimana; yang penting sang bayi segera lahir, sehat, selamat. Dimana definisi sehat saat itu hanyalah: yang penting APGAR SCORE bagus/normal, Nangin kuat, Reflek sehat/normal, tidak ada kelainan maupun cacat fisik Itu saja.

Medical Science….inlah yang kita agungkan selama ini, dimana SOP yang sesuai dengan Evidance Based yang harus kita lakukan. Yang mana tanpa disadari justru inilah yang seringkali mengkotak, kotak kan ilmu, sehingga pincang akhirnya. Seringkali kita tidak menyadari bahwa ilmu itu berkembang, sebuah ilmu bisa saja di dapat dari sebuah penelitian, namun seringkali berawal dari sebuah kecelakaan. Yang setelah di teliti ternyata benar.

Contoh mudahnya lah, tentang waterbirth…Waterbirth sudah ada sejak jaman musa, dan bahkan sudah mulai berkembang sejak 150 tahun yang lalu. Dimana berawal juga dari “kecelakaan” yang mana ada seorang ibu melahirkan dengan sangat lama sekitar 48 jam dan hampir kehilangan energinya, namun setelah ibu ini masuk ke dalam air proses persalinanya menjadi lancar dan nyaman. Setelah kejadian itu ilmu tentang waterbirth mulai berkembang dan berkembang, penelitian dilakukan disana sini, bahkan di negara maju waterbith merupakan sebuah pilihan dalam proses persalinan, namun ketika ilmu waterbirth masuk ke Indonesia sejak 2006 lalu, karena masih minimnya penelitian yang ada di Indonesia, maka bahkan hingga detik ini waterbirth tidak di rekomendasikan oleh sebuah organisasi profesi. Dengan berbagai alasan mulai dari belum adanya SOP tentang waterbirth, hingga penelitian ilmiahnya dan akhirnya terkesan skeptic dengan waterbirth dan menganggap waterbirth itu JELEK, BAHAYA dan berbagai label yang melekat (dan itu intinya adalah buruk) hingga waterbirth selalu dijadikan “Kambing Hitam” ketika ada kelainan, komplikasi, maupun kematian yang kebetulan menggunakan metode waterbirth. Menyalahkan dan menyama ratakan bahwa waterbirth adalah bahaya tanpa melihat kasus demi kasus dan faktor yang menunjang atau menyebabkan sebuah komplikasi tersebut, apakah faktor manusia, faktor alat/lingkungan atau ada faktor lain? Sehingga kasus tersebut terjadi. Hingga akhirnya walaupun kami mengajukan hasil penelitian tentang waterbirth, tetap saja organisasi profesi tersebut tetap “resistant”

Art….inilah yang sangat sangat kurang. Kerena terbelenggu dengan SOP, seringkali tanpa kita sadari kita memperlakukan klien yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi baru lahir seperti ROBOT. Contoh yang paling gampang saja dech. Tentang POSISI persalinan, Karena SOP dalam APN , mulai dari langkah ke 12 hingga bayi lahir ## langkah APN bisa dilihat disini. Karena SOP yang digunakan ditentukan bahwa posisi ibu adalah setengah duduk dan segala perasat yang ditetapkan hanya memungkinkan untuk dilakukan jika klien dalam posisi terlentang dan setengah duduk, maka ketika sang ibu ingin melakukan persalinan dengan posisi jongkok, nungging, duduk, berlutut, atau bahkan berdiri, dan sehingga tentunya perasat yang dilakukan tidak sama persis dengan yang diajarkan ketika pelatihan APN, maka itu sudah merupakan diskualifikasi atau dianggap tidak sesuai dengan prosedur.

Dan itu sangatlah lucu menurut saya.

Belum ada keseimbangan dalam ketiga kaki tersebut, inilah yang menyebabkan kepincangan disana sini dalam pelaksanaan prakteknya.

Menjabarkan dengan detail praktek pelaksanaan gentle birth adalah suatu hal yang sangat sulit sebenarnya, karena gentle birth itu sendiri adalah sebuah filosofi dalam kehidupan. Namun suatu hari  saya akan mencoba pelan pelan untuk menjabarkannya, mungkin tidak seratus persen benar tetapi paling tidak ini dapat memberikan gambaran kepada Anda tentang contoh aplikasi dalam gentle birth.

a. Gentle Birth in Conscious Conseption

b. Gentle Birth in Coscious Pregnancy

c. Gentle Birth in Childbirth

d. Gentle birth in Breasfteeding

e. Gentle Birth in Parenting

Dimana semuanya haruslah dilakukan dengan mindfulness, dengan consciousness dan dengan seimbang dan selaras.

4. Penyimpangan dalam GENTLE BIRTH

Menjadi Admin di salah satu group Facebook membuat saya “semakin kaya” kaya akan kasus terutama. Baik kasus keberhasilan maupun kasus yang dianggal sebagai “kegagalan” bahkan kasus penyimpangan.

Dan semakin kesini penyimpangan demi penyimpangan dalam proses persalinan dengan “membawa” label GENTLE BIRTH semakin banyak saja. Dan ini menjadi tantangan bagi kami untuk MELURUSKAN yang “bengkok” tersebut.

inilah beberapa pemahaman & opini tentang GENTLE BIRTH yang keliru :

a. Gentle Birth Adalah Anti Intervensi.

b. Gentle Birth Adalah HARUS MELAHIRKAN NORMAL

c. Gentle Birth Adalah HARUS MELAHIRKAN NORMAL DIRUMAH (Homebirth)

d. Gentle Birth Adalah HARUS WATERBIRTH

e. Gentle Birth Adalah Harus LOTUS BIRTH

Inilah yang sangat menggelitik bagi saya. Semenjak ada group Gentle Birth Untuk Semua di Facebook ternyata ini membawa “gelombang” yang sangat besar di Indonesia. Nah efeknya hampir seperti dua sisi mata uang.

Ada efek positif namun ada juga efek negatifnya.

Efek positif: akhirnya melalui group tersebut banyak ibu yang mau belajar dan memberdayakan diri dengan luar biasa sehingga bisa mencapai proses transformasi positif dalam diri mereka dan dalam hidup mereka saat melahirkan. Banyak bidan dan nakes yang mulai menyadari “kesalahan-kesalahan” yang selama ini mereka lakukan dan memperbaikinya, semakin banyak juga bayi bayi yang lahir dengan cara yang sangat lembut dan damai.

Namun beberapa efek negatif adalah: beberapa ibu bahkan nakes justru mengalami euforia dan fanatisme dengan gentlebirth ini sehingga melenceng. Menganggap bahwa gentle birth itu berarti harus super duper alami. Menganggap bahwa jika di lakukan intervensi berarti bukan gentle birth dan masih banyak lagi sampai pernah ada kasus seperti ini:

– Seorang ibu yang melahirkan dirumah tanpa bantuan nakes, hanya di bantu sang suami, akhirnya di rujuk ke RS dalam kondisi sangat lemah dan syok karena perdarahan hebat paska salin. Uji test HB menunjukkan 7 gr/dl. Dan sang ibu sangat lemah sehingga akhirnya sang ibu meninggal. Ketika sang suami ditanyai oleh dokter, mengapa tidak dirujuk sejak awal apa jawaban sang suami? Suami menjawab: kalau dirujuk lalu dilakukan intervensi nanti tidak gentle birth bu dokter! Istri saya mati sahid jadi saya ikhlas kok bu dokter. GLERRR!!!!! Kira kira apa tanggapan sang dokter?! Dan apa pemikiran si dokter tersebut akan gentle birth yang “dibawa=bawa” sebagai alasan sang suami tidak mau merujuk istrinya selagi masih memungkinkan untuk mendapatkan pertolngan lebih awal?

– Ada teman bidan yang merujuk kliennya yang sudah perdarahan berat dan hampir syok. Saat ditanyai sang dokter mengapa bisa seperti itu dan mengapa tidak dilakukan intervensi seperti KBI (Kompresi Bimanual Interna) maupun di pasang infus? Apa jawaban sang bisan yang sedang mengalami euforia tentang gentle birth ini? Jawabannya adalah = nanti kalau saya lakukan KBI berarti tidak gentle birth bu dokter !

Sehingga akhirnya banyak sekali dokter yang semula skeptis menjadi semakin skeptis dengan istilah GENTLE BIRTH sehingga ketika ada ibu yang bercerita dan mencoba bernegosiasi tentang birth plannya, langsung di skak math oleh sang dokter dengan kalimat, PASTI MAU GENTLE BIRTH Ya?? Apa itu GENTLE BIRTH?! Bikin banyak orang mati aja!neko neko…bla..bla…bla…

bahkan ada juga teman Nakes yang setelah mengenal Gentle Birth langsung berubah menjadi ANTI A…ANTI B…misalnya yang dulunya adalah pengurus bahkan pengelola program imunisasi, karena mengenal GENTLE BIRTH menjadi ANTI Imunisasi. lalu bahkan seolah “Memerangi” program itu dengan frontal.sehingga tanpa disadari akhirnya muncul opini publik bahwa Ohh Gentle Birth berarti Anti vaksin ya…. Oh kalau di imunisasi berarti bukan Gentle Birth….dan lain sebagainya…

Oh My God!!!

Ingatlah kembali akan 3 kaki. (Spiritual, Art & Medical Science)

Konsep dari filosofi gentle birth memandang bahwa persalinan pada dasarnya merupakan peristiwa alamiah, namun bukan berarti bebas dari resiko.konsep gentle birth mengajarkan tentang keselarasan dimana ini merupakan perpaduan harmonis dari penghormatan terhadap mekanisme alam, perkembangan ilmu pengetahuan, dan kecanggihan teknologi dimana semuanya saling melengkapi.bukan berarti terus Anti A, atau Anti B. ketika kita belajar tentang Gentle Birth kita harus belajar juga tentang KESELARASAN dan HARMONISASI juga belajar tentang DAMAI. ketika kita tidak berdamai bahkan Anti-Antian…ya jelas bukan GENTLE BIRTH namanya. 😉

Nah lucunya lagi…semakin berkembangnya pendapat tentang Gentle Birth yang “Keblinger” akhirnya muncul berbagai model persalinan yang mengusung konsep gentle birth “aliran keras”. Ada persalinan Ala A…ada persalinan ala B…yang mana mengajarkan tentang persalinan alami yang cenderung anti intervensi medis yang dikemas apik dengan menyertakan unsur keyakinan atau agama, sehingga banyak penganut dan pengikutnya.

Sebuah tantangan bagi saya dan teman teman Admin GBUS. Untuk tidak bosan bosannya mencoba meluruskan tentang pengertian GENTLE BIRTH hingga saya pun membuat video tentang Gentle Birth yang dilakukan pada Operasi SC

Bisa Anda lihat disini:

http://www.youtube.com/watch?v=Ho7FUw1YdIQ

dan Anda bisa menambahkan ini sebagai referensi:

http://www.youtube.com/watch?v=m5RIcaK98Yg

http://www.youtube.com/watch?v=m5ivEYQQ380

Nah mati mengenal lagi tentang Gentle Birth. Gunakan hati yang tulus untuk mempelajarinya 😉

Banyak hal yang harus dipelajari dan di perbaiki .

Mari Berdayakan diri dengan BENAR dan BALANCE

Salam Hangat

Yesie Aprillia S.Si.T, M.Kes

Owner Bidan Kita Jl. Piere Tendean no 20 Rt I Rw VII, Sikenong, Kel. Kabupaten, Kec. Klaten Selatan, Klaten Hotline: 0272 3111884 Facebook: – Bidan Kita = https://www.facebook.com/bidan.kita?ref=tn_tnmn – Yesie = https://www.facebook.com/yesie.aprillia – Fanpages = https://www.facebook.com/pages/Bidan-Kita/215563711787505 Twitter : @bidankita https://twitter.com/bidankita https://www.bidankita.com

 

Asuhan Sayang Ibu & Sayang Bayi

Masih berkaitan dengan Gentle Birth, sebuah filosofi dalam persalinan yang mana dalam proses persalinan hendaknya penuh dengan cinta dan minim trauma, yang mungkin dalam bahasa yang lebih mudah di cerna adalah proses persalinan yang sayang ibu dan sayang bayi. Dimana kebetulan di Indonesia sebenarnya sudah ada programnya. Namun saat ini saya ingin Mencoba sedikit mengkoreksi tentang Penerapan Asuhan Sayang Ibu dan sayang Bayi di Indonesia.

Terus terang saya agak kaget ketika mendengar bahwa sesuai dengan hasil KONAS IBI kemaren di Jakarta menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu diIndonesia meningkat tahun ini. Kok Bisa Ya?

Padahal tehnologi semakin maju, Dokter banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia, bahkan bidan saja terutama di pulau Jawa, hampir setiap desa sudah ada bidan desa-nya bahkan di beberapa daerah, satu desa mempunyai dua bidan desa. Artinya fasilitas kesehatan sudah sangat mencukupi di lapangan. Walaupun mungkin saja di daerah-daerah marginal belum banyak, namun saya rasa 80% lebih sudah tersedia nakes di daerah mereka.

Selain itu selama 5 tahun terakhir ini, keberadaan sekolah- sekolah yang mencetak tenaga bidan sudah sangat banyak sekali. Di DIY Yogyakarta saja ada lebih dari 10 stikes dan akbid. Begitu pula di daerah lain, bahkan di Makasar saja hampir setiap kabupaten mempunyai akbid atau stikes, dimana setiap tahunnya mereka meluluskan lebih dari 80 bidan. Artinya tenaga bidan sudah banyak sekali tercetak di negeri ini. Namun mengapa masalah kematian ibu tidak bisa teratasi?

Seolah-olah semakin maju tingkat ekonomi, sosial dan tehnologi, justru kemampuan seorang wanita untuk melahirkan secara normal alami justru semakin menurun.

Seperti kita ketahui bersama bahwa angka kejadian Operasi SC semakin tahun semakin tinggi saja. Angka kejadian Induksi dan persalinan dengan tindakan pun semakin banyak dan lazim terjadi.

Dan angka kematian ibu semakin hari bukannya menurun tetapi menanjak naik.padahal

Program yang pemerintah canangkan pun sangat bagus sekali, mulai dari program :

Program Safe Motherhood pada tahun 1988 Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996, Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Saver (PMS). Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal

Yang mana semuanya adalah demi tercapainya penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Namun mengapa semua program tersebut tidak membawa hasil yang signifikan? Bahkan hingga persalinan gratis dicanangkan pun , Angka kematian ibu justru malah cenderung meningkat. Apa yang salah?

Saya akan mencoba untuk mengkaji sedikit demi sedikit kenyataan di lapangan. Bukan berarti menjelek-njelekkan, namun mencoba untuk mengajak kita semua untuk saling mengkoreksi diri.

Karena pada dasarnya semua program pemerintah tersebut jika di laksanakan secara baik, benar dan bekelanjutan, maka sudah di pastikan Angka kematian ibu di indonesia bakalan menurun drastis. Nah saya akan mencoba mengkaji PENERAPAN ASUHAN SAYANG IBU DALAM PERSALINAN yang ada di lapangan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?” dan sebenarnya Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang paling ideal karena berpusat pada ibu yang mana disini ibu adalah klien (Client oriented) Kala I Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan dukungan emosional.

Dukungan secara emosional ini adalah mutlak harus diberikan kepada ibu karena kita tahu bahwa proses persalinan adalah sebuah proses panjang yang dimana seringkali membuat kepanikan, kecemasan dan rasa ketidaknyamanan muncul. Padahal kita tahu sendiri bahwa ketika seorang ibu berada dalam proses persalinan, seharusnya kecemasan, kepanikan tersebut tidaklah muncul.

Namun kenyataan yang sering dilihat di masyarakat adalah, dukungan inilah yang justru kurang,

– Di awali dari kurangnya pengetahuan sang ibu dan keluarga akan proses persalinan, sehingga mengakibatkan mereka panik.

– Kemudian ditambah dengan hubungan antara nakes dan ibu yang sebatas hanya hubungan antara pasien dan nakes bukan hubungan antara klien dan nakes.

Beda antara klien dan pasien sangatlah banyak. Klien = pengguna jasa, partner, sedangkan pasien lebih berarti seorang yang sakit dan secara emosional pasien berada di “bawah” nakes. Namun beda dengan klien. Klien stratanya setara dengan nakes. Artinya klien berhak untuk berdiskusi, bahkan bernegosiasi dengan nakes tentang asuhan apa yang hendak di terapkan.

– Masih banyaknya nakes yang menganggap bahwa proses persalinan adalah proses medis mekanis yang mana ketika pross persalinan tersebut tidak sesuai dengan standart maka dianggaap gagal dan harus dilakukan tindakan dan intervensi. Misalnya seorang ibu mengalami kala I tak maju dimana pembukaan berlangsung lama, maka segera saja nakes langsung melakukan intervensi, padahal mungkin akar masalah dari hal itu adalah stres dan ketegangan yang dialami sang ibu. Sehingga bukannya akar masalahnya yang di atasi namun tanda gejalanya saja yang diatasi sehingga alhasil banyak sekali tercipta “cascade intervensi” disini.

– Masih banyaknya perilaku nakes yang belum mampu memberikan dukungan emosional kepada sang ibu, dimana nakes masih lebih sering berkutat pada lembar dan kertas Asuhan Kebidanan dan administrasi di bandingkan dengan berada di samping ibu dan memberikan dukungan berupa support, melakukan relaksasi, memberikan massage, memberikan elusan, belaian kepada ibu. Yang saya lihat adalah sebagian besar nakes hanya mendatangi ibu hanya jika ada keperluan misalnya hendak memeriksa detak jantung bayi, hendak melakukan pemeriksaan dalam saja setelah itu para bidan hanya berkutat pada pekerjaanya tentang administrasi (sibuk dengan lembar asuhan kebidanan) yang harus diisi dan di dokumentasikan. sedangkan support atau dukungan lain yang sebenarnya dibutuhkan oleh ibu diserahkan begitu saja kepada pendamping persalinan dalam hal ini adalah suami, padahal suami dan keluarga tidak dibekali cara-cara dan tips dalam melakukan pendampingan. Bisa di bayangkan, suaminya yang panik dan kebingungan harus mendampingi istri yang panik, kebingungan dan kesakitan.

Disini saya seringkali tergelitik, karena saya merasa bidan masih kalah dengan dukun beranak. Dan seharusnya bidan belajar banyak kepada dukun beranak yang mana seorang dukun beranak pasti melakukan dukungan yang terus menerus, berada di samping sang ibu, memberikan massage, menghibur dan memberikan rasa aman dan nyaman yang mutlak di butuhkan seorang ibu yang sedang bersalin.

– Masih banyak nakes yang berkata seperti ini : “ibu ini buatnya saja sambil tertawa, masak pas giliran mau melahirkan malah menangis?” di saat ibu sedang panik dan kesakitan menahan ketidaknyamanan yang dia rasakan.

Nah untuk itulah sebenarnya dukungan emosional ini harus di jabarkan secara lebih mendetail dalam program asuhan sayang ibu sehingga, nakes dan keluarga dapat menjadi tim yang solid dalam memberikan dukungan kepada seorang ibu bersalin.

Misalnya, seorang pendamping persalinan di berikan semacam pelatihan pendampingan, semacam pelatiahan “Birth partner” sehingga di hari H sangat birth partner inilah yang dapat membantu nakes untuk memberikan support kepada ibu bersalin. Karena pada dasarnya pengetahuan adalah kekuatan. Disinilah letak fungsinya pemberdayaan diri.

2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.

Ya pendampingan keluarga ini sangatlah penting, karena rasa aman sang ibu bisa didapatkan ketika dia berada di antara keluarga yang mendukungnya, namun sanyang sekali masih banyak fasilitas kesehatan yang tidak mengijinkan adanya pendampingan persalinan sampai proses kelahiran bayi. Sebagian besar keluarga terutama suami hanya diperbolehkan untuk mendampingi saat kala I persalinan saja, giliran ibu memasuki kala dua, pendamping dipersilahkan untuk keluar. Padahal justru disinilah moment puncak tertinggi seorang ibu membutuhkan support dari seseorang yang dia percayai.

3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.

Beberapa ibu menginginkan pendampingan oleh orang yang dia percayai dan mungkin saja bukan suaminya, tetapi teman, ibu, saudar atau bahkan doula yang sengaja dia “hire” untuk pendampingan. Namun tidak sedikit fasilitas kesehatan yang tidak menghormati keinginan ibu tersebut. Nah mari kita koreksi dan perbaiki bersama.

4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara :

(a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.

(b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.

(c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.

(d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.

(e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

Semua poin dari a s.d e adalah benar dan sangat bagus, namun sayangnya tidak jarang pendamping persalinan justru panik dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan bagaimana perubahan emosional serta kebutuhan sang ibu pada setiap fase dalam persalinannya.sebenarnya di poin inilah kita tahu bahwa sebagai tenaga kesehatan kita harus mempersiapkan pendamping persalinan ini supaya mereka dapat melakukan fungsi dan perannya dengan baik saat persalinan nanti. Sekali lagi pemberdayaan masyarakat ini penting. Intuk itulah mengapa disetiap kelas ataupun workshop persiapan persalinan, pendamping baik itu suami, ibu atau keluarga wajib mengikuti juga, tidak lain dan tidak bukan supaya mereka siap melakukan tugasnya dengan baik, menjadi team yang solid.

5. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.

Sebenarnya idealnya bukan mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman, namun membantu dan memfasilitasi serta memotivasi ibu untuk memilih mana posisi yang terasa nyaman bagi dia selama fase kala I persalinan.

membantu dan memfasilitasi serta memotivasi artinya bahwa tuga nakes disini adalah bagaimana kita bisa membantu dan memotivasi sang ibu untuk mencoba, memilih dan mengatur posisinya senyaman mungkin, karena tidak jarang seorang ibu karena dia merasa sudah “Pe We” atau Posisi Wuenak, maka dia hanya mau tiduran saja selama proses kala I persalinan sambil mengaduh kesakitan. Padahal ada banyak posisi yang bisa dia lakukan untuk membantu proses persalinan supaya kala I berlangsung cepat dan lebih lancar. Karena ketidaktahuan klien, sehingga mereka andalannya hanya berbaring atau miring kekiri. Padahal bisa saja mereka di ajak duduk di atas bola, melakukan pelvic rocking atau nungging atau posisi posisi yang sebenarnya mampu meringankan “ketidaknyamanan” yang mereka alami. Nah disinilah peran serta aktif bidan/nakes dan juga klien.

Dari sisi bidan/nakes, disinilah saatnya seorang bidan mampu memotivasi ibu untuk tetap “mobile” atau berganti posisi saat proses persalinan

Dari sisi ibu, disinilah peran dan fungsi serta kegunakan pemberdayaan diri yang Anda lakukan selama masa kehamilan dulu. Dinama Anda bisa mengerti dan mengetahui fungsi dan kegunaan tiap posisi sehingga dengan kesadaran diri yang besar Anda bisa bekerjasama dengan tubuh untuk mencari posisi yang nyaman dan bermanfaat bagi kemajuan proses persalinan. Bukan hanya nyaman bagi sang ibu tetapi juga bagi sang bayi.

6. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi  Memberikan kecukupan energi dan mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.

Nah ini yang masih sering terlupakan di fasilitas kesehatan, ketika seorang ibu masuk ke dalam ruang persalinan, seringkali dia kesulitan untuk mendapatkan minuman.

Jarang fasilitas kesehatan yang mau memfasilitasi minuman, entah itu cairan elektrolit, teh manis, madu atau minuman dan makanan ringan yang bisa membantu memulihkan energi sang ibu, bisanya yang sering saya lihat adalah mereka hanya memfasilitasi airputih, itupun sedikit, terkadang hanya air mineral kemasan gelas dengan sedotan yang kecil.

Sebenarnya mungkin menyediakan minuman dan makanan bukanlah tugas utama nakes, namun sebenarnya bisa saja nakes dan fasilitas kesehatan memberikan ijin atau menganjurkan klien dan keluarganya untuk membawa beberapa minuman dan makanan yang sekiranya bisa dibutuhkan dan digunakan untuk meningkatkan dan memulihkan energi sang ibu saat proses persalinan. Inilah mengapa saya menyebutkan berulangkali bahawa antara nakes, klien dan pendamping persalinan adalah TEAM.

7. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.

Selain memberi keleluasaan, tugas dan fungsi nakes adalah memotivasi sang ibu sering berkemih paling tidak 1-2 jam sekali. Dengan menggunakan kalimat dan sugesti yang positif sehingga klien merasa nyaman.

8. Pencegahan infeksi ; Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir. Pencegahan infeksi adalah mutlak, sehingga sangat penting diperhatikan baik oleh nakes maupun ibu dan keluarga.

Kala II Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.

Seperti yang sudah saya ungkapkan di atas bahwa pendampingan persalinan adalah sangat penting dan sangat dibutuhkan seorang ibu bersalin. Dan asuhan sayang ibu ini harusnyantidak hanya berlaku pada persalinan normal saja tetapi juga berlaku pada persalinan dengan tidandakan termasuk persalinan pada operassi SC. Nah pada kenyataannya hanya sedikit RS yang mengijinkan pendamping persalinan masuk dan mendampingi ibu yang notabenenya itu adalah istrinya di ruang operasi. Ada berbagai alasan yang dikemukanan, dan rata rata alasannya adalah takut suami tidak siap sehingga justru pingsan di ruang operasi dan menambah pekerjaan petugas. Padahal sebenarnya alasan tersebut sangatlah tidak masuk akal, karena bisa saja sang suami atau pendamping diberikan motivasi atau pengertian atau bahkan mungkin seleksi awal, sehingga hal hal tersebut minimal kejadiannya, atau kalaupun tetap tidak bisa, paling tidak ada bidan atau perawat yang sudah mempunyai hubungan yang cukup baik dengan ibu yang bertugas untuk mendampingi dan memberikan support kepada sang ibu sehingga ibu tidak merasakan “berjuang” sendiri di ruang operasi.

2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a) Membantu ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c) Memberikan makanan dan minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik. (e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.

Poin yang ini saya rasa sangat penting sekali.

3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran dengan cara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.

Nah ini yang mutlak harus dilakukan oleh nakes, walaupun kenyataan dilapangan seringkali tanpa sadar nakes justru memberikan sugesti sugesti yang negatif disini, untuk itulah sebenarnya mengapa para nakes itu harus belajar hypnobirthing adalah supaya di fase ini para nakes mampu memberikan sugesti positif kepada ibu, karena ini yang sangat ibu butuhkan dan karena pada fase inilah kondisi emosi ibu sangatlah intens dan mudah sekali di sugesti.

4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.

5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran  dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.

Poin ini yang sering menjadi salahkaprah di lapangan, dan poin ini yang membuat ruang persalinan serasa lapangan sepakbola karena suara nakes yang seperti supporter sepak bola saat memimpin ibu meneran. Padahal sebenarnya tanpa perlu nakes teriak teriak memimpin ibu meneran, tubuh ibu sebenarnya tahu kapan dia harus mengejan/meneran.

Nah cilakanya, adalah seringkali pada fase ini sang bidan/dokter memberikan aba-aba berupa sugesti yang salah sehingga secara otomatis terekam di bawah sadarnya sang ibu. Contohnya

Bidan/dokter: “Ayo ibu, ngejannya yang kuat!”

Klien akhirnya mengejan kuat

Bidan/dokyter: “Ayo mengejannya jangan dileher!”

Klien justru mengejan di leher karena pada dasarnya pikiran bawah sadar tidak bisa menerima kata “jangan” sehingga ketika nakes mengatakan hal itu justru secara otomatis sang ibu malah mengejan di leher.

Bidan/dokter : ” Ayo bu mengejannya kayak orang mau poop”

Klien justru kebingungan karena selama ini sepanjang hidupnya, jika poop posisinya adalah jongkok atau duduk. Tidak pernah dia poop dengan posisi tidur terlentang (kecuali saat masih bayi), padahal saat itu posisi ibu di kondisikan terlentang dengan kedua paha ngangkang. Dan ibupun semakin bingung karena selama hidupnya kalau poop adalah sendiri tidak di lihatin orang banyak. Padahal di ruang berasalin tersebut minimal ada 4 pasang mata yang memandangnya. Hehehe….nah bingunglah dia akhirnya.

Semakin bingung semakin lama dan semakin bidan/dokternya tidak sabar sehingga mimicu intervensi demi intervensi dilakukan.

– Nah mari koreksi kembali, di bagian mana yang harusnya di perbaiki baik dari sisi nakes maupun klien –

6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.

7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan tegang. (b) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. (d) Menjawab pertanyaan ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f) Memberitahu hasil pemeriksaan.

Disinilah saatnya seorang nakes bisa memberikan informasi yang jelas tentang apa yang terjadi hingga rencana tindakan apa yang akan dilakukan, juga memberikan informasi tentang untuk ruginya setiap tindakan. Tentunya harus dengan bahasa yang informatif, ramah dan sopan.

8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.

9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.

## di asuhan sayang ibu di kala II ini masih ada poin yang saya rasa kurang yaitu membimbing, memfasilitasi dan mendukung ibu untuk memilih posisi yang terbaik dan ternyaman bagi ibu saat melahirkan bayinya.

Inilah yang masih sangat kurang. Karena hampir semua ibu yang bersalin di faskes “dipaksa” untuk melakukan posisi litotomi dengan alasan supaya bidan/dokter yang menolong merasa nyaman. Jadi bukannya nyaman untuk ibu namun nyaman untuk nakesnya.

Nahkan di Asuhan Persalinan Normal yang digunakan sebagai strandart pertolongan persalinan secara nasionalpun para bidan dan dokter dilatih “Hanya” dengan posisi litotomi atau maksimal setengah duduk saja. Padahal tidak menutup kemungkinan sang ibu lebih merasa nyaman berada dalam posisi jongkok, nungging, merangkak, duduk atau bahkan berdiri saat melahirkan bayinya. Dan ekstrimnya adalah jika ibu meminta untuk posisi selain posisi terlentang/litotomi/setengah duduk, maka dianggap tidak sesuai dengan prosedur karena tidak sesuai dengan APN. Padahal seharusnyatidak tidak boleh terlalu kaku dalam menerapkan standart tersebut. Ada ART (Seni) yang harus dilakukan karena manusia itu unik.

Nah mungiin kurasa inilah yang musti di koreksi kembali.

Kala III Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.

2. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

3. Pencegahan infeksi pada kala III.

4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).

5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

7. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

Ke-7 poin ini semuanya bagus sekali, manun poin 1 yang pelaksanaannya masih sangat jarang dilakukan. Masih banyak ibu yang akhirnya harus menelan “pil Pahit” karena tidak bisa melakukan IMD padahal kondisi bayinya stabil, hanya karena alasan prosedur. Nah inilah mengapa poin IMD harus benar benar Anda tekankan dan tanyakan saat masa kehamilan saat melakukan ANC bahkan tidak ada salahnya saat masa kehamilan Anda sudah bertemu dengan dokter anak yang akan anda percayai untuk membantu merawat bayi baru lahir Anda. Jangan sampai Anda merasa “terjebak” dan tidak bisa berbuat apa apa saat bayi lahir hanya karena prosedur tetap yang berlaku di RS tersebut. Kala IV Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.

2. Membantu ibu untuk berkemih.

3. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus.

4. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.

5. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.

6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

7. Pendampingan pada ibu selama kala IV.

8. Nutrisi dan dukungan emosional.

Semua poin di atas adalah bagus sekali hanya mungkin perlu di tambahi poisn pemberdayaan keluarga baru dan penyadaran akan pentingnya ASI Eksklusif. Disinilah justru persan nakes untuk memberikan edukasi kepada klien dan keluarganya tentang pentingnya ASI Eksklusif.

Nah…tentang asuhan sayang ibu dan apakah provider Anda melakukan dan menerapkannya dalam praktek pelayanannya, haruslah Anda observasi, dan amati serta tanyakan.

Posisikan Anda sebagai klien dan pengguna jasa. Jadi jangan takut atau ragu untuk berpindah provider (mencari nakes lain) jika dirasa Anda tidak sreg dan tidak mendapatkan hak-hak Anda sebagai seorang klien.

Ingat proses persalinan dan kelahiran adalah Fondasi awal dalam kehidupan ini, jadi ciptakan pengalaman persalinan dan kelahirnan sepositif mungkin. Karena ini layak diperjuangkan.

Nah untuk itulah pentingnya pemberdayaan diri, mari kita bersama menyadari bahwa proses persalinan dan kelahiran itu adalah diperlukan kerjasama TEAM. jangan hanya memasrahkan diri Anda total begitu saja (pasrah bongkokkan) dengan nakes, tapi justru ayo berdayakan diri, karena ini tubuhmu, ini hidupmu, ini bayimu, ya berupayalah.

Gentle birth akan terwujud jika ada kerjasama antara Anda dan provider. Anda: ya ayo berdayakan diri dulu, kita dikasih waktu 40 minggu sama Tuhan YME itu sebenarnya untuk mempersiapkan diri, untuk siapkan body, mind, soul demi menyambut manusia suci yang hadir di bumi. lha kalau calon ortunya saja gak siap, bagaimana dengan pengasuhannya nanti? bagaimana dengan bumi ini kelak? makanya mengapa kok Tuhan kasih waktu yang cukup longgar bagi kita yaitu 40 minggu. jadi gak ada alasan jika ada seorang ibu yang menyatakan : “aduh aku gak sempat bu bidan, relaksasi, aku gak sempat olahraga, aku gak sempat makan sehat…waktunya tak cukup…bla..bla..bla…” nah pertanyaannya adalah…”kemana aja dan ngapain aja semakan 40 minggu x 24 jam? masak iya sich gak sempat ngapa-ngapain karena waktu yang tidak cukup? masak iya sich Anda mau di perbudak waktu? sehingga mengabakan hal yang justru sangat penting? …hayo….makanya ayo belajar…di group ini adalah sarat akan pembelajaran kok, asal niat dan komitmen saja dech… Nakes: Ya nakes musti harus menghormati hak klien, menyadari bahwa kita adalah “pelayan” masyarakat, nbahwa posisi kita adalah sebagai pemberi jasa atau penjual jasa, jadi hormatilah klienmu…apapun itu masalahnya bisa kok di diskusikan, bikinlah hubungan yang harmonis kepada klien…tanggalkan senioritas = “merasa paling tahu, merasa paling pinter dll karena sebenarnya kita tu gak tau apa-apa. karena yang tahu bagaimana rasa tubuh seorang ibu ya ibu sendiri, bukan kita, makanya ayo rubah cara pandang dan paradigmanya. karena kita melayani manusia, otomatis ya perlakukan klien selayaknya manusia. bukan mesin. nah jadi….Gentle Birth akan tercipta jika masing masing pihak saling memberdayakan, saling bekerjasama dalam mewujudkannya. Gentle Birth itu sebuah filosofi kok…filosofi yang sangat mendasar tentang CINTA dan KASIH. nah penerapannya di lapangan akan sangat bervariasi, dan tidaklah kaku. makanya ayo sama-sama bahu membahu menyebarkan virus ini, untuk mewujudkan Indonesia yang DAMAI

Salam hangat

YESIE APRILLIA

 

www.bidankita.com

Alasan Untuk Tetap ber-Olahraga selama Hamil

0

Menjadi bugar itu penting, tidak hanya untuk Anda dan saya namun juga untuk para ibu hamil.karena ketika seorang ibu hamil bugar dan sehat, maka proses persalinannyapun akan berjalan dengan lancar dan nyaman. Dan manfaat untuk ibu tidak berhenti di situ. Sebuah studi pada tahun 1992 oleh Lois Jovanovic-Peterson menemukan bahwa ibu yang mengalami diabetes kehamilan bisa menurunkan kadar gula darah mereka ke titik normal dimana mereka tidak lagi membutuhkan suntikan insulin dengan melakukan olahraga aerobik selama 20-30 menit tiga kali seminggu.

Dr Tanya K. Sorensen melaporkan pada pertemuan tahunan 2002 Society for Maternal-Fetal Medicine di Amerika bahwa olahraga selama kehamilan tampaknya mengurangi resiko terkena pre-eklampsia.

Adapun dalam proses persalinan, studi yang dilaporkan dalam Jurnal Penelitian pada tahun 1991 kembali menunjukkan bahwa ibu yang berolahraga 20 menit tiga kali seminggu selama paling sedikit 20 minggu kehamilan mereka akan memiliki proses persalinan yang lebih pendek pada kala kedua-nya (kala pengeluaran bayi) dan lebih sedikit komplikasi selama persalinan dibandingkan dengan ibu yang jarang atau bahkan tidak pernah melakukan olahraga.

 

James Clapp, MD pada tahun 1996 melaporkan bahwa wanita yang berolahraga selama kehamilan melahirkan bayi mereka rata-rata 5 hari lebih awal dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah berolahraga dan mereka jarang memerlukan intervensi medis. Dalam makalahnya The American Journal of Sport Medicine ia menyatakan, “Fase aktif dalam persalinan mereka adalah sekitar 2 jam lebih pendek, bukti klinis dan laboratorium terhadap kondisi stres janin juga menurun, dan timbulnya persalinan operatif (forceps atau operasi caesar) berkurang dari 48% menjadi 14%. ”

Tetap bugar dan sehat juga dangat bermanfaat untuk bayi Anda. Dalam sebuah penelitian di tahun 1997 dari Case Western Reserve University di Cleveland James Clopp, MD menemukan bahwa di usia 5 bulan, bayi dari ibu yang berolahraga minimal 30 menit tiga kali seminggu memiliki tingkat lemak tubuh yang lebih rendah dan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, serta lebih mampu berbahasa lisan.

Jika manfaat fisik tidak cukup untuk Anda, pada tahun 2003 Dacosta dan rekan menerbitkan sebuah studi dalam Journal of Psychosomatic Obstetri dan Ginekologi menunjukkan bahwa ibu yang berolahraga selama kehamilan maka, kejadian depresi post partum/paska melahirkan lebih sedikit, kecemasan dan stres selama kehamilan juga lebih sedikit.

Jadi olahraga selama kehamilan bagus untuk Anda secara fisik dan emosional. Hal ini dapat membuat Anda lebih nyaman selama kehamilan dan membantu Anda selama persalinan. Ia bahkan bisa membantu bayi Anda semakin sehat. Dengan alasan yang baik begitu banyak, bagaimana bisa Anda tetap tidak mau berolahraga selama masa kehamilan??

Manfaat berolahraga selama kehamilan dimulai segera dan akan berlangsung seumur hidup.

Berikut daftar alasan untuk mulai berolahraga hari ini:

1. Berat badan bayi Anda akan sesuai dengan tumbuh dan kembangnya

2. Persalinan akan terasa lebih mudah dan lancar, tentu saja, karena sistem kardiovaskular yang sehat membuat Anda lebih semangat dan stamina kuat terutama pada tahap kala dua (melahirkan bayi). Satu studi menemukan bahwa ibu yang rajin olehraga maka , permintaan obat nyeri selama persalinan lebih rendah sekitar 58 persen daripada ibu yang tidak olahraga

3. Anda menurunkan risiko diabetes kehamilan Anda dengan sebanyak 27 persen

4. Suasana hati Anda akan lebih baik selama masa kehamilan

5. Sekitar dua pertiga dari wanita hamil mengalami sakit punggung, tetapi jika Anda sering olahraga apalagi Yoga, maka semua keluhan tersebut dapat di atasi.

6. Sistem pencernaan Anda lebih sehat

7. Anda memiliki lebih banyak energi selama masa kehamilan dan persalinan

8. Anda cenderung menjadi bugar walaupun hamil di usia pertengahan

9. Proses persalinan menjadi lebih lancar

10. Anda dapat belajar untuk bersantai Dengan penekanan pada gerakan pernapasan, meditasi dan menyenangkan, yoga prenatal membantu ibu yang stres menjadi tenang.

11. Olahraga dapat mengurangi pembengkakan pada kaki selama masa kehamilan

12. Olahraga juga mengurangi kemungkinan kejadian morning sickness di awal kehamilan Anda

13. Setelah melahirkan, pemulihan tubuh Anda akan lebih cepat dan lebih lancar

14. Anda akan lebih mudah untuk menghindari depresi prenatal ini terutama berlaku jika Anda berolahraga di luar ruangan karena cahaya terang memiliki efek antidepresan. Beberapa wanita hamil sekitar persen 12 sampai 20 persen mengalami depresi, yang terkait dengan tidur yang buruk dan masalah pernikahan setelah melahirkan.

15. Anda merasa lebih memegang kendali Ketika tubuh Anda berubah

16. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari ibu yang rajin berolahraga selama kehamilan memiliki ingatan yang lebih baik, selain skor yang lebih tinggi pada tes kecerdasan dan bahasa.

 

Nah lalu olahraga apa ya yang cocok untuk ibu hamil?

Berikut ini beberapa jenis olahraga yang sangat cocok untuk ibu hamil”

1. Yoga, manfaatnya begitu luar biasa dan gerakannya begitu beragam dan dapat disesuaikans esuai umur kehamilan Anda

2. Berjalan dapat Memperkuat jantung / paru-paru, meningkatkan stamina.

3. Berenang Menguatkan jantung / paru-paru, mengurangi ketegangan pada sendi.

4. Pilates dapatMemperkuat seluruh tubuh, terutama otot inti

5. Latihan Beban Meningkatkan otot dan kekuatan.

6. Belly dance mampu membuat posisi janin lebih optimal, Meningkatkan kekuatan, stamina dan relaksasi.

Meskipun dianggap aman bagi wanita hamil untuk terus olahraga berat selama kehamilan, namun ada beberapa rekomendasi yang akan memastikan Anda agar berolahraga dengan aman.

  •  Seorang wanita hamil harus sadar hal yang akan menyebabkan suhu tubuhnya meningkat. Kapan saja selama kehamilan, menjadi terlalu panas dan tidak nyaman haruslah dihindari. Untuk mencegah terlalu panas, pastikan untuk minum banyak air, kenakan pakaian yang sesuai dan dalam lingkungan
  • seorang wanita hamil dapat lebih cepat kelelahan selama berolahraga. Perhatikan tubuh Anda dan berhenti berolahraga ketika Anda lelah, pusing atau sesak napas. Ingat, Anda ingin menjaga tingkat kebugaran bukan hendak berlomba.
  • Pastikan untuk makan protein dan karbohidrat kompleks (keju dan biskuit gandum, selai kacang pada roti gandum) 2 jam sebelum berolahraga untuk mencegah kadar gula darah turun.
  • Hindari menahan nafas saat berolahraga. Usahakan pernafasan Anda senormal mungkin
  • Hindari posisi dan latihan yang membuat tekanan dan regangan yang berlebihan pada otot perut. Selain itu, hindari gerakan yang memberikan tekanan ekstra pada jaringan ikat Anda sendi Anda. Sendi Anda akan longgar selama kehamilan karena hormon relaksin, dan perawatan ekstra perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada kerusakan. Lebih berhati-hatilah saat menambahkan bobot pada rutinitas Anda.
  • Jika Anda mengalami masalah dengan kehamilan Anda, bicara dengan dokter tentang bagaimana memodifikasi gerakan pada olahraga Anda.

Nah Mari Berolahraga

Salam Hangat, Salam Sehat

Yesie Aprillia

 

Referensi:

1. Exercise Builds Big Babies American Journal of Epidemiology, May 1993; cited in AAP News, Sept 1993, p. 2)Science News, 7/17/93, Vol. 144 Issue 3, p36, 1p

2. Bean, Adam 1997 Running Mom = smart kid. Runner’s World 32:6 p28

3. Clapp, James F. 1996 The effect of continuing regular endurace exercise on the physiologic adaptations to pregnancy and pregnancy outcome. (Third IOC World Congress on Sports Sciences) The American Journal of Sports Medicine 24:6 p 28(2)

4. Physical activity during pregnancy improves psychological well-being Obesity, Fitness & Wellness Week, Sept 6, 2003 p6

5. Walsh, Nancy 2002 Prenatal Exercise Cuts Peeclampsia Risk by 34%. Family Practice News 32:12 p 33

6. Diabetes in Pregnancy? Pump Iron not Insulin Health, Oct92, Vol. 6 Issue 6, p17, 2p

7. ACOG Committee 2002 Opinion no. 267: exercise during pregnancy and the postpartum period. Obstet Gynecol 99:171-3

8. The American College of Sports Medicine. Current Comments: August 2000

9. Kropp, Tori 2000 Prenatal Training. American Fitness 19:5 p45(1)

10. Rote, Bonnie 1995 The Pregnant Exerciser. American Fitness 13:1 p24(6)

11. Exercise During Pregnancy. Clinical Reference Systems, Annual 2001 p751

 

 

Persiapan batin untuk proses persalinan

Proses persalinan merupakan pengalaman mental yang luar biasa dan tidak mungkin dilupakan atau terlupakan. Ini terbukti ketika Anda coba bertanya kepada ibu Anda bahkan Nenek Anda tentang sejarah atau kisah persalinan mereka. Mereka akan dengan detail mampu menceritakan dan menggambarkan tentang pengalaman melahirkannya. Apalagi ketika mereka mengalami trauma atau mengalami sesuatu yang sangat berkesan baik dalam konteks positif maupun negatif. Sehingg seringkali saat Anda bertanya tentang kisah persalinan mereka justru Anda akan mendapatkan wejangan-wejangan khusus dari mereka berkaitan dengan proses tersebut.

Untuk itulah maka sangat penting bagi anda untuk mempersiapkan mental dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan nanti. Ada beberapa sikap dasar yang harus Anda miliki sebagai calon ibu.

1. Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind)

Dari semua aspek dalam proses persalinan yang terjadi pada setiap orang, pengalaman persalinan Anda adalah milik Anda sendiri yang mana pengalaman persalinan Anda tentu saja berbeda dengan pengalaman persalinan ibu yang lain. Bahkan pengalaman persalinan Anda yang pertama tidak akan sama dengan pengalaman persalinan Anda yang kedua atau seterusnya. Dan pengalaman persalinan tersebut bisa saja berbeda dengan apa yang Anda baca, Anda lihat di TV maupun video. Persalinan Anda adalah unik. Jadi pemikiran inilah yang harus mengawali dan menjadi dasar dalam pikiran dan hati Anda. Sehingga jangan sampai anda mengandalkan rumus “KATANYA”, yaitu katanya si A begini……, lalu katanya si B begitu…. dan seterusnya. Ingat Anda harus mengingat bahwa persalinan setiap manusia itu berbeda karena manusia itu unik.

Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind) hampir sama dengan pikiran tidak tahu atau “don”t know mind”. Kita tahu bahwa selama proses kehamilan terkadang kita menemui beberapa kejadian yang tidak di harapkan. Contohnya ketika Anda melakukan test laboratorium ditemukan bahwa Anda menderita anemia atau sesuatu yang lebih serius misalnya mengidap virus CMV (Cytomegalovirus). Atau mungkin tiba-tiba di umur kehamilan 32 minggu posisi janin Anda menjadi sungsang, dimana hal ini memungkinkan sebuah jawaban yang tidak diharapkan ketika muncul pertanyaan bagaimana cara bayi Anda dilahirkan nanti. Seringkali kejutan demi kejutan terjadi pada saat proses persalinan dan kejutan tersebut terkadang tidak dapat Anda hindari, contohnya jika tiba-tiba selaput ketuban Anda pecah dan Anda mengalami Ketuban Pecah Dini, atau kejutan yang Anda alami saat tiba-tiba Anda merasa ingin mengejan padahal belum pembukaan lengkap

Pikiran awal atau beginner mind membuat kita lebih siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam persalinan nanti, dimana dalam pikiran ini kita dapat menyadari harapan dan harapan kita akan proses persalinan tanpa harus terpaku kaku dengan harapan-harapan tersebut, apalagi terobsesi. Dalam arti bahwa ketika Anda sudah mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya maka saat persalinan adalah waktunya untuk pasrah, ikhlas dan tenang.

2. Tidak menghakimi (Non-Judging)

“Pasti bakalan terasa sakit sekali!”

“Sepertinya aku tidak bakalan kuat menahan rasa sakit yang katanya orang benar-benar luarbiasa!”

“Aku terlalu gemuk, pasti aku kesulitan saat melahirkan nanti”

Apa yang kita pikirkan seringkali merupakan reaksi dari pengalaman hidup kita yang lalu. Kita bisa saja dengan mudah dan cepat menghakimi atau menilai sesuatu apakah itu sebagai hal yang baik atau buruk ketika kita menemukan bahwa itu menyenangkan atau menyakitkan. Dan beberapa kalimat di atas adalah kalimat-kalimat penilaian dan penghakiman terhadap diri sendiri yang seringkali ada di dalam pikiran dan hari Anda.

Ketika pemikiran tentang penghakiman atau penilaian tersebut terus ada dalam hati dan pikiran Anda, maka hal ini akan sangat berdampak hingga proses post partum (paska melahirkan) nanti, dimana ini justru membuat Anda berpotensial menderita depresi post partum. Karena dengan adanya pemikian tersebut bisa saja Anda selalu menyalahkan diri Anda atas beberapa kejadian yang mungkin saja tidak mengenakkan dan menyakitnyan yang Anda alami.

Bunda Fathya adalah seorang ibu yang mempunyai masalah berat badan berlebihan sejak sebelum dia hamil. Ketika dia melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan Kita, sejak awal dia sangat khawatir dengan kondisinya karena menyadari bahwa badannya besar dia menilai bahwa dia tidak bakalan bisa melahirkan secara normal alami, karena tubuhnya yang besar tersebut bisa saja membuat kesulitan demi kesulitan terjadi saat proses persalinan. Saat itu saya sangat maklum dengan apa yang dirasakan bunda Fathya. Karena memang berat badannya hampir mencapai 95 kg di usia kehamilan 20 minggu. Namun saat itu bunda Fathya saya ajak untuk mengikuti kelas persiapan persalinan dengan program balance gentle birth di klinik Bidan Kita. Selain belajar untuk lebih tenang dan optimis, bunda Fathya juga saya motivasi untuk rajin melakukan prenatal yoga. Sehingga tulang belakang dan kakinya kuat serta pinggulnya lebih lebar. Ketika berada di kelas prenatal yoga untuk pertama kalinya, memang bunda Fathya lumayan minder karena tubuhnya yang paling besar diantara ibu yang lain dan gerakannya paling kaku dan sulit di banding ibu yang lain. Namun saat itu semua ibu-ibu dan saya menyemangati bunda Fathya sehingga muncul dalam pikirannya bahwa dia lebih percaya diri, dan menganggap bahwa kondisi tubuhnya ini adalah sebuah kesempatan dan peluang serta tantangan untuk berlatih lagi dan lagi. Hingga akhirnya bunda Fathya bisa melahirkan dengan normal dan lancar padahal berat badan bayinya cukup besar.

Nah untuk itu, ketika Anda hamil, jangan pernah menghakimi diri sendiri dan seolah-olah memberikan sugesti negatif kepada diri sendiri dengan menilai dan menghakimi.

3. Sabar (Patience)

Sabar adalah modal utama dalam proses kehamilan dan dan persalinan. Dan melalui proses ini jugalah saya belajar banyak tentang arti kesabaran.

Sabar adalah ketika Anda harus menunggu tanda-tanda persalinan datang padahal hari perkiraan lahir sudah terlewati dan semua orang sudah menayakan kepada Anda tentang kapan Anda melahirkan.

Sabar adalah ketika Anda harus menunggu selama 40 minggu bahkan lebih untuk bertemu dengan buah hati Anda

Sabar adalah ketika pembukaan berjalan begitu lambat dan terasa tidak nyaman

Sabar adalah ketika Anda merasakan kontraksi demi kontraksi yang tak kunjung usai.

Ya sabar, sabar dan sabar adalah hal pokok yang harus dimiliki seorang calon ibu, calon bapak juga oleh bidan maupun dokter. Saya seringkali menggambarkan bahwa sabar adalah ketika saya harus mengawasi, mengobservasi dan menunggu. Dimana saya harus bersabar untuk tidak melakukan intervensi yang tidak perlu ketika pembukaan klien tidak sesuai dengan teori yang ada. Dimana saya harus bersabar untuk tidak memberikan induksi ketika hari perkiraan lahir sudah terlampaui.

Dan saya selalu mengatakan kepada klien saya bahwa sabar adalah pelajaran yang di dapat dalam proses persalinan, karena jika Anda tidak sabar, bagaimana dengan pola pengasuhan kelak, karena ketika Anda sudah memasuki fase pengasuhan anak, sabar adalah modal utama untuk menjadi orangtua yang baik.

Kesabaran memang sederhana tetapi tidak mudah. di budaya Jawa, nenek kami selalu mengatakan bahwa “kabeh bayi bakalan metu nek uwis sangate” artinya adalah bayi akan lahir ketika sudah tiba saatnya. Saatnya siapa? Ya saatnya dia sudah diap untuk di lahirkan dan Tuhan sudah menghendaki bayi itu untuk dilahirkan. Bukan kehendak manusia tetapi kehendak Sang Kuasa. bagi saya filosofi dalam budaya Jawa ini sangat dalam artinya. Seringkali dalam kenyataan hidup ini calon orangtua bahkan para provider tidak sabar untuk menanti “sangate/saat-nya” tersebut. Sehingga seringkali akibat rasa tidak sabaran inilah maka muncul rasa takut, muncul rasa khawatir, muncul rasa tidak percaya kepada tubuh dan bayi, dan akibatnya berbagai intervensi yang sebenarnya tidak perlu di lakukan. Dimana satu intervensi akan menimbulkan munculnya intervensi berikutnya dan berikutnya lagi.

4. Tidak Kejar Target

Proses kelahiran, kematian adalah rahasia Sang Pencipta. Dan ini akan terjadi ketika Dia menghendakinya. Artinya bahwa seharusnya tidak ada kata-kata death line di dalam proses persalinan. Kita tahu bahwa ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang untuk membantu Anda dan saya, untuk memudahkan Anda dan saya dalam menjalani dan mendampingi proses persalinan. Sebagai contoh penggunaan rumus Neagle dalam penentuan hari perkiraan lahir, atau USG untuk menentukan umur kehamilan dan hari perkiraan lahir. Semua tehnologi dan ilmu tersebut bertujuan untuk mempersiapkan Anda dan saya supaya lebih “aware” atau lebih waspada kapan sekiranya bayi Anda akan dilahirkan. Namun kenyataannya seringkali justru Hari Perkiraan Lahir dianggap sebagai harga mati dalam persalinan dimana jika hari perkiraan lahir tersebut terlampaui maka berbagai intervensi dilakukan agar sang bayi segera lahir, tidak perduli apakah tubuh ibu sudah siap atau belum, atau apakah bayi memang sudah siap untuk dilahirkan atau belum. Tanpa melihat pola menstruasi sang ibu yang lalu atau pola konsepsi yang terjadi HPL jadi harga mati. Sehingga seringkali intervensi yang tidak perlu terjadi karena mental “kejar target/kejar death line ” ini.

Tidak hanya itu saja, ketika masuk dalam proses persalinanpun seringkali provider menetapkan tentang target pembukaan. Dimana pembukaan haruslah berjalan sekian jam. Namun ketika pembukaan berjalan dengan sedikit lebih lambat, dan tidak sesuai dengan tabel grafik atau pedoman yang mereka pakai, maka tanpa melihat akar masalah dari pembukaan yang melambat tersebut, provider langsung melakukan berbagai intervensi untuk mengejar target pembukaan.

Nah pertanyaan yang perlu di renungkan adalah:

Di dalam teori dan penelitian dikatakan bahwa setelah pembukaan 5 cm, maka pembukaan akan meningkat satu sentimeter tiap jam-nya. Jadi misalnya pembukaan lima terjadi di pukul 18;00 maka pukul 23;00 pembukaan harusnya sudah lengkap.

Nah dari teori dan penelitian tersebut, apakah bisa diterapkan kepada semua wanita bersalin di muka bumi ini? Tentu saja tidak! Karena proses kelahiran tidak bisa di atur jam nya. Namun yang terjadi adalah seringkali teori dan hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai standart operating procedur (SPO) yang membuat provider seolah-olah memperlakukan seorang ibu bersalin seperti “robot yang melahirkan”.

Nah apa yang terjadi jika perilaku kejar target ini Anda miliki saat proses persalinan?

Dimana setiap saat Anda melihat jam dinding untuk menghitung sekiranya berapa lama Anda akan menjalani proses persalinan ini, yang barangkali terasa tidak nyaman bagi Anda? Lalu perasaan apa yang akan Alami jika ternyata target waktu yang sudah ditentukan tersebut terlampaui, misalnya didalam teori dikatakan bahwa proses persalinan untuk ibu yang pertama kali bersalin adalah sekitar 18 sampai 24 jam. Namun apa yang terjadi atau yang Anda rasakan jika ternyata 24 jam tersebut sudah terlewati dan ternyata proses pembukaan masih berlangsung lama? Bukankah itu justru akan menghambat proses karena justru Anda menjadi stres dan semakin cemas dan khawatir?

5. Percaya diri (Trust)

Belajar untuk “mendengarkan” tubuh belajar untuk memercayai tubuh adalah elemen kunci dalam keberhasilan sebuah persalinan alami. Ketika mind set Anda menyatakan bahwa tubuh seorang wanita di ciptakan untuk melahirkan alami, maka Anda akan mampu menjalani proses persalinan tersebut walaupun mungkin proses tersebut begitu tidak nyaman atau bahkan menyakitkan. Namun sebaliknya jika di dalam diri Anda tidak percaya diri, maka Andapun tidak akan mampu melewati masa-masa itu dengan baik.

Percaya kepada kekuatan tubuh, percaya pada kekuatan bayi Anda dan tentunya percaya kepada Nya bahwa Anda diciptakan untuk melahirkan alami dijaman ini memang bukan sesuatu yang mudah namun harus Anda lakukan untuk mencapai Gentle Birth.

6. Pengakuan dan penerimaan (Acknowledgment)

Beberapa tahun yang lalu sebelum hamil, Bunda Sari mengalami kecelakaan mobil yang serius yang menyebabkan tulang panggulnya sedikit mengalami cidera atau retak sedangkan sendi atau engsel yang menghubungkan panggul dengan tulang pahanya bergeser bahkan terlepas. Pemulihan yang dia lakukan cukup lama. Setelah kondisinya pulis, satu tahun kemudian bunda Sari hamil. Dan dia ingin sekali melahirkan normal alami tanpa intervensi medis.

Berbagai upaya dia lakukan, mulai dari mencari dokter kandungan yang “pro normal” kemudian menceritakan apa yang dia alami. Namun sang dokter sangat fokus dengan kondisi tulang panggul dan paha pada bunda Sari. Lalu di usia 32 minggu, ternyata posisi janinnya sungsang. Dan itu membuat sang dokter tidak mengijinkan bunda Sari untuk melahirkan secara normal alami.

Mengerti bahwa dia kecewa dan marah dengan kondisi dirinya sendiri, maka bunda Sari mencoba melakukan action. Dia menjelajahi internet, dia bertanya kepada suami dan teman-temannya. Dia mencoba untuk melakukan Yoga, tai chi, Hypnobirthing dan visualisasi supaya posisi bayinya kembali ke posisi kepala. Saat itu bunda Sari sangat tidak ingin melahirkan secara sesar. Dan akhirnya bunda Sari semakin rajin untuk mencoba membangun koneksi atau hubungan dengan tubuhnya dan bayinya. Di usia kehamilannya yang menginjak 35 minggu saat itu, ternyata sang bayi tetap saja berada dalam posisi sungsang, namun saat itu setelah melakukan relaksasi dan komunikasi dengan janin bunda Sari tiba-tiba menyadari bahwa melahirkan itu tidak hanya tentang dia pribadi, namun juga tentang dirinya dan anaknya. Apa yang terbaik bagi bayinya itu yang seharusnya dia fikirkan. Setelah selesai melakukan relaksasi dan komuniksai dengan janin akhirnya bunda sari justru menginginkan Operasi Sesar. Namun yang dia inginkan adalah operasi sesar yang lebut yang benar-benar dia persiapkan secara mental dan spiritual. Karena memang secara fisik bunda Sari tidak memungkinkan untuk dapat melahirkan secara normal alami. Kemarahan dan kekecewaan terhadap diri sendiri akhirnya hilang dan berganti dengan rasa percaya diri yang luar biasa. Dan alhasil di usia 40 minggu budan Sari melakukan operasi sesar yang terencana. Dan dia mendapatkan pengalaman operasi yang menyenangkan karena kebetulan dokter yang menanganinya adalah dokter yang sudah mengenal dan mengerti tentang penerapan gentle birth pada operasi sesar bahkan dokter tersebut mau dan mengijinkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini di ruang operasi. Hari ketiga setelah operasi jahitan luka operasi bunda Sari sudah sembuh dan Asinya pun lancar memancar.

Kisah bunda Sari diatas membuat kita sadar bahwa terkadang ada suatu kondisi dimana memang tidak memungkinkan untuk Anda melahirkan dengan normal alami. Mencoba untuk berdamai dengan kondisi Anda adalah hal yang terbaik. Sikap pengakuan dan penerimaan itu penting. Untuk menghindari kekecewaan dan trauma yang berkepanjangan.

7. Pasrah dengan apa yang terjadi (Letting Be)

Dalam proses persalinan terkadang kita tidak dapat mengontrol segala sesuatunya. Sebuah kisah yang mungkin dapat menjelaskan arti kata Letting Be di atas adalah kasus bunda Risky.

Bunda Risky (Jogja) adalah klien saya yang sangat positif. Setiap selasa pagi jam 09;00 hampir dia tidak pernah absen mengikuti kelas prenatal yoga yang saya adakan di Studio Yoga Balance di hotel Puri Artha Jogja. Selain rajin beryoga, bunda Risky juga mengikuti kelas Gentle Birth Balance dimana saya mengajarkan tentang Hypnobirthing dan tentang gentle birth. Segala upaya yang dilakukan selama kehamilan adalah upaya untuk bisa bersalin dengan normal alami. Bahkan ketika bunda Risky sudah mengalami pembukaan satu sentimeter-pun bunda Risky masih mengikuti prenatal yoga. Ceritanya pembukaan yang dialami bunda Risky sangatlah lambat, pembukaan satu hingga lengkap terjadi selama tiga hari. Dan selama tiga hari tersebut kondisi janin sangat baik, detak jantung normal, gerakan normal, ketuban utuh dan bunda Risky merasa nyaman karena rasa sakit yang dia alami sangatlah minim. Ketika pembukaan lengkap, dan bunda Risky mulai mengejan ternyata penurunan kepala bayi tidaklah signifikan. Hampir dua jam mengejan dengan berbagai posisi (duduk, jongkok bahkan berdiri) dilakukan namun ternyata kepala janin hanya bisa turun hingga tengah panggul saja (Hodge 1+) saja dan tidak bisa lebih jauh lagi. Kemudian saat itu akhirnya saya merujuk bunda Risky ke rumah sakit dengan diagnosa “kala dua tidak maju” sesampai di rumah sakit memang benar bahwa kepala janin tidak bisa turun lebih jauh lagi, dan akhirnya operasi sesarpun dilakukan. Dan setelah selesai operasi sesar ternyata baru diketahui bahwa penyebab kenapa kepala bayi tidak mau turun adalah tali pusat sang bayi yang terlalu pendek hanya sekitar 20 sentimeter (normalnya 60-70 cm).

Nah kejadian kasus seperti bunda Risky walaupun tidak banyak terjadi namun bisa saja terjadi pada Anda, pasrah dengan apa yang terjadi saat proses persalinan adalah mental yang penting sekali di bangun sejak awal. Sehingga yang terpenting adalah Anda mau mengupayakan sejak awal segala persiapan yang dibutuhkan dalam persalinan, kemudian saat proses persalinan tiba cobalah untuk pasrah dan menjalani proses dengan hati yang ikhlas.

Karena yang paling penting adalah bagaimana Anda mempersiapkan dan berjalan bersama proses tersebut.

8. Kebaikan (Kindness)

Kebaikan adalah mutlak diperlukan bagi Anda sebagai calon orangtua. Karena energi ini sangatlah berdampak positif dalam pola pengasuhan baik di dalam rahim maupun jika janin Anda sudah lahir. Ketika Anda memancarkan kebaikan dan mengarahkan energi kebaikan kepada semua orang termasuk suami, janin dalam kandungan dan keluarga maka Andapun akan merasa nyaman dan tenang.

Berikut ini latihan meditasi yang bisa Anda lakukan untuk membangun energi kebaikan tersebut:

Meditasi untuk Kebaikan

Mengarah kepada sendiri

Semoga saya senang

Semoga aku menjadi berseri-seri sehat

Semoga saya terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Saya merasa dicintai dan didukung

Kemudian mengarah ke pasangan Anda (Anda mungkin mengatakan nama mereka di depan kalimat jika Anda inginkan)

Semoga Anda senang

Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat

Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Semoga Anda merasakan cintaku

Kemudian mengarahkan kepada bayi, (Anda mungkin mengucapkan nama bayi Anda jika sudah ada dan jika Anda inginkan)

Semoga Anda senang

Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat

Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Semoga Anda merasakan cintaku

Kemudian mengarah kepada keluarga (termasuk anggota lain)

Semoga Anda senang

Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat

Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Semoga Anda merasakan cintaku

Lakukan ini sesering mungkin

Contoh kasus dalam persiapan bathin dalam menghadapi persalinan ini adalah seperti kasus yang pernah saya temui berikut ini:

Suatu sore, bunda Mitha datang ke Klinik Bidan Kita, dan mengambil kelas healing birth trauma serta persiapan untuk rencana VBAC-nya (Vaginal Birth After Caesarean/ melahirkan normal setelah sebelumnya opreasi sesar). Bunda Mitha adalah seornag bidan, dan ibunyapun seorang bidan senior di daerah Surakarta. Di pertemuan pertama kelas healing birth trauma, beliau bercerita tentang semua trauma yang dia alami saat melahirkan di rumah sakit, mulai dari proses induksi, perlakuan para bidan dan suster yang menurutnya kurang manusiawi, operasi sesar yang tidak dia duga sama sekali, pemisahan antara dia dan bayinya selama beberapa hari. Dan masih banyak sekali trauma yang dia alami, hingga bunda Mitha tidak mau lagi mengajar mata kuliah Asuhan persalinan Normal di Stikes (sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) karena dia merasa gagal untuk melahirkan normal. Ketika ikut kelas, hal pertama yang saya ajarkan adalah tentang persiapan bathin dalam proses persalinan. Nah suatu hari bunda Mitha datang untuk melahirkan di Bidan Kita, kontraksi demi kontraksi dilalui dengan sabar dan tenang. Saat itu ketubannya sudah pecah duluan (Ketuban Pecah Dini), berbagai treatment saya lakukan untuk merangsang munculnya kontraksi dan berharap pembukaan segera bertambah. Namun yang terjadi penambahan pembukaan berjalan sangat lambat. Dan kepala janin tidak mau turun ke dasar panggul. Ketika kontraksi datang kepala janin mau turun namun sesaat kemudian setelah kontraksi hilang kepala janin naik kembali, begitu seterusnya. Hingga akhirnya di pembukaan 8cm, detak jantung janin menunjukkan reaksi distres dimana detak jantungnya sekitar 170 x per menit (angka normal= 120 – 160 x/menit).

Akhirnya bunda Mitha saya rujuk mengingat kondisi janinnya tidak memungkinkan untuk tetap saya rawat di Bidan Kita. Sesampai di Rumah Sakit, setelah beberapa treatment yang mereka lakukan maka detak jantung janin kembali normal. Sekitar 5 jam, menunggu ternyata pembukaan hanya tambah ½ cm saja. Dan kepala janinpun tidak mau turun ke dasar panggul. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan sang dokter memutuskan untuk melakukan operasi sesar. Dan ternyata ketika di lakukan operasi, sang bayi mengalami lilitan tali pusat sebanyak 3 kali lilitan dan ketat. Hal inilah yang ternyata menyebabkan kepalanya tidak mau turun dan pembukaannya berjalan begitu lambat. Karena Bunda Mitha sudah dipersiapkan mentalnya untuk menghadapi segala kemungkinan dalam persalinan, dima adia belajar tentang kesabaran, pasrah, kebaikan, maka justru di proses operasi sesar yang kedua ini dia tidak mengalami trauma. Dan mampu melihat semua peristiwa dari kacamata yang positif. Dan saya sangat bersyukur untuk hal ini.

Kita tahu dan kita tidak bisa memungkiri bahwa terkadang ada sesuatu yang terjadi diluar harapan kita ketika dalam proses persalinan dan kelahiran. Nah belajar untuk mempersiapkan mental dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan adalah mutlak diperlukan untuk Anda calon orang tua.

Selamat memberdayakan diri

Salam Hangat

Yesie Aprillia

Resource:

– Aprillia, Yesie. Hipnostetri. Jakarta; Gagas Media, 2010

– Aprillia, Yesie. Siapa Bilang Melahirkan Itu Sakit, Yogyakarta; Andi Offset, 2011

– Aprillia, Yesie. Gentle Birth, Jakarta; Grasindo, 2012

– Aprillia, Yesie. Art Of Waterbirth, Jakarta; Grasindo 2013

– Balaskas, Janet. Active Birth. Boston: Harvard Common Press, 1992

– Boston Womens”s Health Book Collective. Our Bodies, Ourselves: Pregnancy and Birth, Newyork: Touchstone, 2008

– Bardacke, Nancy. Mindful Birthing; Training The Mind, Body, and Heart For Childbirth and Beyond. New York; HarperCollins Publisher, 2012

– Biyth, Jenny. Birthwork; a compassionate guide to being with birth. Queensland, 2007

– Chopra, Deepak. A Holistic Guide to Pregnancy And Childbirth; Magical Beginnings Enchanted Lives. USA: Three Rivers Press, 2005

– Chamberlain, David. The Mind of Your Newborn baby, 3d edition. Berkeley, Calif.: Nort Atlantic Books, 1998

– Dick- Read, Grantly. Childbirth Without Fear: The prinsciples and Practise of Natural Childbirth, London: Pinter & Martin, Ltd., 2004

– England, Pam. Birthing From Within. USA, Partera Press, 1998

– Gaskin, Ina May. Ina May”s Guide to Childbirth. New York; Bantam Books, 2003

– Gaskin, Ina May. Spiritual Midwifery, 4th edition, Summerville, Tenn: book publishing Company, 2002.

– Germain, Blandine Calais. Preparing for a Gentle Birth, Healing Arts Press. 2009

– Goer, Henci. The Thinking Woman’s Guide to a Better Birth (Paperback). Penguin Putnam Inc , 1999

– Gurmukh Kaur Khalsa. Bountiful, Beautitul, Blissful: Experience the natural Power of Pregnancy and Birth with Kundalini Yoga and Meditation. New York: St. Martin”s Press. 2003

– Harper, Barbara. Gentle Birth Choices, Healing Art Press, 2005

– Klaus, Marshall H., John H. Kennell, and Phyllis H. Klaus. The Doula Books; How a trained Labor Companion Can Help You Have a Shorter, Easier and Healthier Birth. USA: Perseus Publishing, 2012.

– Kitzinger, Sheila. The Complete Book of Pregnancy and Childbirth; New Edition. New York; Alferd A. Knipf, 1997

– Kitzinger, Sheila. Rediscovering Birth. New York; Pocket Books, 2000.

– Lothian, Judith and Charlotte DeVries. The Official lamaze Guide; Giving Birth with Confidance. New York; Meadowbrook Press, 2010

– Laboyer, Frederick. The Art of Giving Birth; With chanting, Breathing and Movement. German, Healing arts Press, 2006

– Northrup, Christine. Women”s Bodies, Women”s Wisdom. New York; Bantam, 1994

– Newman, Robert Bruce. Calm Birth; New Method for Conscious Childbirth. North Atlantic Books, Berkeley, California. 2005

– Odent, Michel. Birth Reborn. New York; Birth Works, 1994

– Odent, Michel, The Scientification of Love. London, Free Association Books, 1999

– Sears, William, and Martha Sears. The Baby Book; Everthing You Need to Know Help a Woman Through Childbirth. Boston; Harvard Common Press, 1989

– Simkin, Penny. The Birth Partner: A complete Guide to Childbirth for Dads, Doulas, and All Other Labor Companions. Massachusetts: Havard Common Press, 2008

– Susan Mc Cutcheon, Natural Childbirth the Bradley Way, a Plumm book, 1996

 

Kehamilan yang sehat dan sadar -Healthy and conscious pregnancy-

 

perjalanan hidup Anda saat kehamilan akan mampu mengubah hidup Anda selamanya mulai dari status yang semula seorang gadis atau seorang istri, menjadi seorang ibu, dapat mengubah kenyataan hidup dan masa depan Anda juga.

Banyak sekali perubahan-perubahan yang akan Anda alami, dan sadarilah bahwa Tuhan sedang menyulam karyaNya di dalam tubuh Anda. Selama empat puluh minggu masa kehamilan, bahkan lebih, fondasi dari spirit janin dan karakternya di bangun di dalam rahim Anda. Semua pengalaman Anda, segala hal yang Anda lihat, Anda dengar, Anda ucapkan dan bahkan Anda pikirkan, menjadi bagian dalam tumbuh kembang janin Anda.

Conscious berarti sadar sepenuhnya secara hati dan pikiran. Conscious pregnancy artinya bahwa anda sadar sepenuhnya bahwa Anda sedang hamil, bahwa ada janin yang tumbuh dan berkembang di dalam tubuh Anda, bahwa Ada tanggung jawab yang mengiringi perjalanan ini. Bahwa Anda bersyukur dan bertanggungjawab akan kehamilan ini, Bahwa sebentar lagi Anda akan menjadi orang tua yang mempunyai tanggung jawab pengasuhan anak. Ada conscious pregnancy (kehamilan yang sadar) berarti seharusnya ada pula conscious conception (konsepsi yang sadar). Inilah yang seringkali terlupa oleh Anda bahwa sebelum terjadi kehamilan, pasti terjadi sebuah konsepsi yaitu sebuah pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Lalu mengapa harus conscious (sadar)? Ya karena dengan conscious consception maka akan tercipta conscious pregnancy. Dan dasar dari konsepsi yang sadar adalah kasih, sayang dan pelayanan. Karena conscious pregnancy berarti bukanlah suatu kehamilan yang tak disengaja, kehamilan akibat “kecelakaan”,  namun kehamilan yang memang sudah direncanakan, disadari dan di niatkan.

Sahabat saya Reza Gunawan pernah bertutur kepada saya ketika kami bersama-sama mengikuti pelatihan healing birth trauma bersala Elena Tonetti (bidan asal Rusia), Reza menyatakan bahwa apapun yang di tanam di dalam rahim akan tumbuh subur. Karena rahim adalah miniatur dari Alam semesta, miniatur dari bumi bertiwi. Jadi ketika kasih sayang dan cinta yang ditanamkan di dalam rahim sejak konsepsi, maka rasa itulah yang akan tumbuh dan berkembang dengan subur. Namun jika amarah, kebencian, kekecewaan dan penyesalan yang ditanamkan di dalam rahim ketika konsepsi, maka rasa dan emosi negatif itulah yang tumbuh dan berkembang secara subur di rahim.

Ketika saya mendengar penuturannya tentang hal ini saya membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk memahami dengan jelas dan benar apa yang dikatakannya. Hingga akhirnya saya bertemu dengan Giuditta Torneta seorang doula dan juga penulis buku painless childbirth yang bercerita bahwa rahim adalah otot terbesar, terkuat dan sangat istimewa di dalam tubuh manusia yaitu wanita. Rahim adalah miniatur dari bumi pertiwi (mother earth). Rahim adalah tempat kehidupan bermula, dan rahimlah yang menjaga kehidupan itu sama dengan bumi menjaga kita manusia. Namun disisi lain rahim adalah organ yang paling rapuh di antara organ tubuh yang lain. Karena di dalam rahimlah trauma seringkali bermula dan mudah sekali di dapatkan dan ini yang akan menjadi fondari dalam kehidupan. Mengapa saya berkata rapuh? Ya contohnya ketika seorang wanita di landa masalah yang luarbiasa pelik dan berkepanjangan, seringkali kita dapati siklus menstruasinya menjadi kacau. Bahkan ketika Anda stres maupun kaget bahkan marah, rahim mudah sekali terpengaruh.

Sebuah rangkaian kalimat dari Yogi Bhajan, Women”s Camp, New Mexico, pada tahun 1989 mengatakan:

“man never learns anything outside. Any pregnant woman who wants to give birth to a child must understand that she can teach only when the child is in her total womb. It is the vibratory effect of the mental self and the circulative effect and impuls of the woman and feelings and what she goes throught and combination of the neuron patterns in the brain and the combination of the self and the beat of the hearth. When the impuls of the breath combines together, thats is the productive outcome of imprint of the brain”s child and the child”s brain. If you any other idea, you don”t deserve to be a woman and don”t ever get pregnant.”

Yang artinya bahwa :

Seorang manusia tidak pernah belajar apapun di luar. Setiap wanita hamil yang ingin melahirkan seorang anak harus memahami bahwa dia hanya bisa mengajarkan segala hal kepada anaknya ketika si anak masih berada di dalam rahimnya. Ini adalah efek getaran dari mental dan efek berantai dan impuls dari perasaan dan pikiran serta kombinasi neuron di otak dan kombinasi dari diri dan irama tubuh. Ketika impuls nafas menggabungkan semuanya, akan menghasilkan jejak produktif pada otak anak. Jika Anda tidak sepaham, Anda tidak pantas menjadi seorang wanita dan tidak pernah hamil .

Dari ungkapan yang di kemukakan oleh Yogi Bhajan, kita menjadi memahami bahwa berarti pengalaman apapun yang di dapat oleh seorang ibu hamil, apapun yang difikirkan dan dirasakan oleh ibu hamil, juga bisa dirasakan dan dipelajari bahkan di rekam oleh janin yang ada di dalam kandungan. Nah apa jadinya jika seorang wanita tidak siap dan tidak peduli akan kehamilannya? Dan apa jadinya jika hanya kemarahan, kekhawatiran, stres dan kebencian yang ibu rasakan selama kehamilan?

A Woman is not God, She is the Grace of God

A woman”s vibrations can create the whole universe

Heals birth, healing Mother Earth

 

Ketiga ungkapan ini saya kutip dari beberapa tulisan di buku karya Tarn Taran Kaur Khalsa yang berjudul Conscious pregnancy dan dari berbagai website yang membahas tentang gentle birth. Saat saya membaca kalimat atau quote tersebut, tiba-tiba saya terhenyak. Betapa agung dan beruntungnya menjadi seorang wanita. Karena di dalam tubuhnya ada rahim yang merupakan gambaran alam semesta dimana keajaiban dunia bermula.

Saya jadi teringat dengan kitab Kejadian di alkitab saya (kebetulan saya adalah nasrani) dimana dari dalam kitab tersebut Tuhan menciptakan manusia di hari terakhir setelah alam semesta dan segala isinya selesai di ciptakan. dan  kejadian penciptaan manusia inipun terulang kembali dan kembali di dalam rahim seorang ibu, dimana bahkan sebelum ovulasi (pertemuan sel telur dan sel sperma) terjadi rahim sudah di kondisikan sedemikian rupa sehingga bisa menjadi tempat yang cocok untuk hasil konsepsi tersebut tertanam, lalu tumbuh dan berkembang menjadi manusia.

Luar biasa karya Tuhan di tubuh seorang wanita. Lalu bisakah Anda bayangkan jika ketika proses penciptaan terjadi dan manusia tumbuh dan berkembang di dalam rahim seorang wanita dan ternyata selama proses tersebut hanyalah emosi negatif yang mengiringi tumbuh kembangnya? Manusia seperti apa yang terlahir jika selama di dalam rahim  dan ketika di lahirkan bukan damai dan kasih sayang yang diajarkan melainkan kekerasan, kecemasan, kemarahan, ketakutan?

Itulah kenapa Tuhan memberikan waktu kepada Anda dan saya selama 40 minggu. Supaya Anda bersiap diri, menjaga karunia dan amanah dari Nya. Sehingga Anda dapat melahirkan manusia manusia yang luar biasa dan manusia manusia yang terbaik yang mampu menjaga alam semesta ini.

Your child first learns from your state of consciousness while in the womb, you are also the primary teacher  from your child after birth. Mother is the first teacher _ Yogi Bhajan

Semoga kita semua semakin bisa menyadari, mempersiapkan dan memberdayakan diri dengan sadar selama masa kehamilan dan persalinan.

Salam Hangat

Yesie Aprillia

Dan Akhirnya Malaikat kecilku LAHIR! “Kisah persalinan dengan umur 42+2 w”

birth

Namanya bunda Putri, beliau domisilinya di Klaten. Dekat dengan Bidan Kita.

Semenjak hamil beliau rajin mengikuti kelas hypnobirthing for gentle birth di Bidan Kita.

Suatu hari 40 minggu sudah berlalu. Santai tapi was-was..beberapa kali melakukan induksi alami namun tidak ada hasil. Hingga setelah 41 minggu terlewati rasa cemas itu mulai mengganggu. Takut kenapa-kenapa. Hingga akhirnya memutuskan untuk periksa ke SPOG terdekat untuk mengetahui kondisi janin. Dan SPOG berkata bahwa harus segera induksi karena ketuban habis. Karena cemas akan kalimat dokter yang menyatakan bahwa ketuban sudah habis, maka Hari tu juga bunda putri datang ke Bidan Kita untuk cross ceck tapi ternyata di USG terlihat ketuban masih cukup banyak dan detak jantung serta kondisi janin sungguh masih sehat dan sejahtera. Alhasil, rencana induksi-pun batal, dan akhirnya mbak putri melakukan beberapa treatment di Bidan Kita. Alhasil pembukaan terjadi 3 cm namun kontraksi tak intens, dan selama 3 harian, pembukaan hanya mentok segitu saja.

1 minggu hampir berlalu tanggal 13 juni 2013,bisa Anda bayangkan betapa bingung dan cemsanya mereka. Maka saya anjurkan dia untuk pergi ke JIH ketemu dengan dr Nurhadi rahman SPOG yang mana beliau saya anggap paling Pro normal di JOGJA, KLATEN, SOLO,. Dan alhasil hasil NST bayinya sehat dan sejahtera jadi bisa nunggu 2 -3 hari lagi. tgl 14 juni 2013, itu adalah genap 42 minggu kehamilannya. Padahal hari itu saya sudah ada jadwal untuk pergi ke cirebon karena ada dua seminar disana, otomatis sepertinya saya tidak “berjodoh” dnegan sang adek. Karena lumayan galau dan bingung dengan kontraksi seperti apa, saya ajak mbak putri untuk melihat apa dan bagaimana kontraksi dengan memegang perut mbak Detty yang kebetulan saat itu sedang dalam persalinan. Memegang perut dan merasakan perbedaan kontraksi dan tidak membuat dia merasa lebih tenang ternyata karena dia semakin yakin bahwa sang bayi bisa di ajak kerjasama. Karena saya akan pergi, maka mbak Putri langsung minta surat pengantar kepada saya untuk ditujukan ke JIH.

Saat itu mbak putri masih ragu apakah dia harus jauh-jauh dari klaten ke jogja untuk persalinannya? Tapi saya benar-benar berusaha untuk meyakinkan beliau bahwa:

1. Proses persalinan dan kelahiran adalah kenangan seumur hidup jadi perlu di perjuangkan. Jogja klaten hanya 1 jam, dan 1 jam demi mendapatkan pengalaman yang indah saya rasa tidaklah susah. (itulah mengapa banyak ibu yang memilih melahirkan di BidanKita walaupun jarak dari rumah mereka berjam-jam, semua demi proses persalinan gentle birth)

2. Jarang sekali ada dokter SPOG yang mau bersabar, bahkan memberi semangat kepada kliennya ketika usia kehamilannya lebih dari 41 w, apalagi mendekati 42 w. Ketika dr Adi berkata dengan “jujur” kepada klien bahwa bayinya sejahtera dan masih bisa ditunggu barang 2-3 hari serta meyakinkan bahwa mbak putri bisa melahirkan normal, saat itu saya yakin bahwa dialah dokter yang baik dan doaku khusus untuknya dalam kasus ini.

Tanggal 15 Juni 2013 saat itu saya sudah di cirebon, dan mbak putri sms mengatakan bahwa dia sudah mondok di JIH dan hanya di observasi saja.

Tgl 16 Juni 2013, berarti saat itu 42+2 w. Dr Adi sms saya : “mbak yesie putri udah lahiran ya, spontan semalem jam 10 di JIH., oya affirmasinya apa sich, pembukaan 8-9-10, dia memang gak merasa nyeri tapi kegelian setiap kontraksi, jadi aku malah ngakak sendiri.”

Oh Tuhan..trimakasihhhh…

Rasanya sujud syukur.

Nah saat ini saya akan mencoba untuk menuliskan tentang kehamilan post date (lebih dari 40 minggu)

Kongres Dokter kandungan dan Ginekologi di Amerika, juga dikenal sebagai ACOG: “Didirikan pada 1951 di Chicago, Illinois, ACOG memiliki lebih dari 52.000 anggota dan kelompok terkemuka bangsa profesional memberikan pelayanan kesehatan bagi perempuan.” Dari situs web mereka: ACOG bekerja terutama di empat bidang:

1. Melayani sebagai advokat yang kuat untuk perawatan kesehatan yang berkualitas bagi perempuan.

2. Mempertahankan standar tertinggi praktek klinis dan pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.

3. Mempromosikan pendidikan pasien dan pemahaman pasien merangsang dan keterlibatan dalam perawatan medis.

4. Meningkatkan kesadaran di antara para anggotanya dan masyarakat tentang isu-isu perubahan yang dihadapi perawatan kesehatan wanita.

Apa yang ACOG katakan tentang wanita yang melewati 40 minggu perkiraan tanggal lahir? Saya ingin mencari tahu dan mereka memang memiliki rekomendasi, dan opini yang objektif . “Menunggu kelahiran anak adalah waktu yang menyenangkan dan sekaligus mencemaskan. Kebanyakan wanita melahirkan antara 38 dan 42 minggu kehamilan. Tapi sangat sedikit bayi yang lahir tepat pada hari HPL nya. Adalah normal untuk melahirkan 3 minggu sebelum atau 2 minggu setelah tanggal HPL “ Itu benar, kebanyakan wanita melahirkan antara 38 dan 42 minggu. Sangat sedikit bayi lahir PADA tanggal HPL mereka, karena itu tanggal HPL bukanlah harga mati karena itu hanyalah sebuah ESTIMASI! Melahirkan antara 37-42 minggu adalah NORMAL menurut ACOG.

“Rata-rata lama kehamilan 280 hari, atau 40 minggu dari hari pertama haid terakhir menstruasi wanita.

Tanggal HPL Anda digunakan sebagai panduan untuk memeriksa kemajuan kehamilan Anda dan pertumbuhan dan kesejahteraan bayi. Dokter sering menggunakan lebih dari satu metode untuk memeriksa usia janin dan menentukan tanggal HPL. Ukuran rahim dapat membantu menilai usia janin. USG juga dapat digunakan untuk membantu mengkonfirmasi usia janin. ”

Tanggal HPL adalah PETUNJUK untuk dokter obsgyn atau bidan untuk memeriksa kemajuan pertumbuhan bayi. ACOG menyatakan di sini, bahwa ada lebih dari satu cara untuk menentukan HPL. Berarti ada fluktuasi dan perbedaan dalam bagaimana tanggal HPL ditentukan. Sebuah tanggal HPL bukan hari yang selalu tepat bayi Anda harus dilahirkan oleh, itu hanya panduan untuk mengetahui kapan ketika bayi akan siap untuk dilahirkan. Bicara dengan dokter Anda tentang metode yang berbeda untuk memeriksa tanggal HPL termasuk mendasarkan dari siklus menstruasi terakhir Anda, tanggal ovulasi, USG dan mellaui perhitungan berdasar rumus Naegele.

“Sebuah kehamilan postterm adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih.”

nah jadi jika dilihat dari pernyataan ACOG, Sebuah kehamilan postterm adalah jika kehamilan tersebut melebihi atau melewati 42 minggu. Tidak 40 minggu, tidak 41 minggu 2 hari, tapi 42 minggu dari HPL.

“Risiko gangguan kesehatan bagi bayi dan ibu akan meningkatkan jika kehamilan terjadi berkepanjangan. Semakin lama kehamilan, semakin besar risiko. Namun masalah terjadi hanya sebagian kecil dari kehamilan postterm. Kebanyakan wanita yang melahirkan setelah tanggal HPL memiliki bayi yang sehat. Setelah 42 minggu, plasenta mungkin tidak bekerja dengan baik seperti yang terjadi di awal kehamilan. Selain itu, selagi bayi tumbuh, jumlah cairan ketuban mungkin mulai menurun. Kurangnya cairan ketuban dapat menyebabkan tali pusat menjadi lebih tegang sehingga seringkali terasa seperti “mencubit” ketika bayi bergerak atau ketika terjadi kontraksi rahim. Untuk alasan ini sebagian besar dokter merekomendasikan agar ibu melahirkan sebelum 42 minggu kehamilan. Jika kehamilan berjalan melewati 42 minggu, bayi memiliki peningkatan risiko masalah-masalah tertentu, seperti sindrom dysmaturity, makrosomia, atau aspirasi mekonium. Ada juga peluang peningkatan kelahiran sesar. “

dalam penelitian dan pernyataan ACOG menyatakan bahwa meskipun ada peningkatan resiko saat kehailan melewati 42 minggu, risiko tersebut sangat kecil dan sebagian besar wanita yang melahirkan setelah tanggal HPL pada kenyataannya memiliki bayi yang sehat.

Ya, plasenta akan fungsinya akan terus menurun, ibarat manusia yang menua, rambutpun semakin lama akan semakin banyak ubannya. Namun dari pengalaman saya ternyata plasenta tetap baik-baik saja di udia kehamilan 42 minggu.

Berbicara tentang ultrasound, ACOG menganjurkan untuk melakukan tes untuk janin kesejahteraan

test dapat membantu dokter memeriksa kesehatan bayi. Beberapa tes, seperti jumlah tendangan, bisa dilakukan sendiri di rumah. Uji lainnya dilakukan oleh dokter atau di rumah sakit. Ini disebut pemantauan janin elektronik dan termasuk uji nonstress, profil biofisik, dan uji stres kontraksi.

Sebuah hitungan tendangan adalah catatan tentang seberapa sering Anda merasakan gerakan bayi Anda. Bayi yang sehat cenderung bergerak jumlah yang sama setiap hari. Dokter Anda akan menjelaskan bagaimana melakukan hitungan tendangan. Pemantauan janin elektronik menggunakan dua sabuk ditempatkan di sekitar perut ibu untuk memegang instrumen yang mengukur denyut jantung janin. Metode ini digunakan untuk melakukan tes berikut untuk kesejahteraan janin: Nonstress Test-Ibu menekan tombol setiap kali dia merasa gerakan bayi. Dan ini akan terekam di kertas. Kadang-kadang, alatnya mungkin diletakkan pada perut ibu dan adat suara setiap beberapa detik. Ini disebut stimulasi akustik. Denyut jantung janin diperkirakan akan meningkat ketika janin bergerak. Profil-ini biofisik tes menggabungkan hasil pemantauan janin elektronik dan pemeriksaan USG. Ini terlihat pada denyut jantung bayi (menggunakan uji nonstress) dan perkiraan jumlah cairan ketuban. Bayi bernapas, gerakan, dan otot juga dapat diperiksa. Kontraksi Stress Test-Detak jantung bayi diukur ketika rahim ibu berkontraksi. Kontraksi diinduksi, dan perubahan denyut jantung janin dicatat. Anda dapat mendiskusikan semua pilihan ini dengan Obsgyn atau bidan. Anda dapat melakukan semua atau tidak sama sekali. Ya, saya akan mengatakan kepada Anda supaya Anda mendengarkan intuisi Anda. Jangan meremehkan hubungan Anda dengan bayi Anda.

Untuk lebih lanjut tentang apa yang ACOG katakan tentang kehamilan post date, Anda dapat membaca Pamflet Pendidikan mereka di http://www.acog.org.

Semoga bermanfaat

Salam hangat.

Sumber

http://www.acog.org

http://www.aafp.org/afp/2005/0515/p1935.html

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.” ~ Jane Weideman

0

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.” ~ Jane Weideman

 

Ketakutan hanya bisa di atasi dengan IMAN.Ingat melahirkan itu Nyaman, karena Tuhan sudah mendesain

0

Ketakutan hanya bisa di atasi dengan IMAN.Ingat melahirkan itu Nyaman, karena Tuhan sudah mendesain tubuh wanita sedemikian rupa untuk melahirkan normal alami.

Â