Bidan Kita

Home Blog Page 62

Bidan Kita – Gentle Birth – SUARA MERDEKA

0

Trimakasih Tuhan untuk semuanya, akhirnya Harian Suara Merdeka mengulas tentang GENTLE BIRTH dan menjadi HeadLine selama 2 hari di akhir September 2011.

dan bagi Anda yang belum sempat membaca korannya, berikut ini saya copy paste artikelnya:

HARIAN SUARA MERDEKA – BERITA UTAMA

28 September 2011

Gentle Birth, Melahirkan Secara Alami (1)

Kelembutan Sedari Dini

Demi menghindari rasa sakit, banyak perempuan memilih melahirkan melalui operasi caesar. Padahal melahirkan secara alami pun bisa berlangsung dengan nyaman dan tenang asalkan dilakukan secara lembut sesuai ritme tubuh (gentlebirth).

Yesie bergegas turun begitu mobil yang dia tumpangi terparkir di halaman. Langkahnya tergesa, tapi wajahnya penuh tawa. Siang itu kami berjanji bertemu pukul 14.00 di sebuah rumah yang difungsikan sebagai klinik bersalin di Perumahan Cemara Hijau, Klaten. Kami datang sepuluh menit lebih awal.

“Maaf menunggu, tadi ketemu dulu sama Reza Gunawan di Yogya,” sapa bidan muda bernama lengkap Yesie Aprillia itu ramah. Suaranya renyah. Reza yang dimaksud adalah pakar holistik asal Jakarta yang juga suami Dewi Lestari, penulis dan penyanyi yang telah mempraktikkan gentlebirth. Keduanya bersama Lanny Kuswandi  (pakar holistik dari Pro V Clinic Jakarta) serta Robin Lim (pendiri Yayasan Bumi Sehat, Ubud, Bali) tergabung dalam komunitas Gentle Birth untuk Semua yang getol mengampanyekan persalinan lembut nirtrauma.

Yesie sendiri bersinggungan dengan gentlebirth sejak 2004. Bermula dari ketertarikannya mempelajari hypnobirh dan waterbirth, pemilik klinik bersalin Bidan Kita itu pun jatuh cinta pada gentlebirth. Hypnobirth adalah metode untuk menyiapkan ibu hamil supaya memiliki kepercayaan diri dan rileks dalam menjalankan proses persalinan, sementara waterbirth adalah proses persalinan di dalam air. Dua metode itu tercakup dalam konsep gentlebirth. “He he he gimana, mau langsung cerita tentang gentle birth?” tanyanya. Tampak benar wanita yang pernah berguru pada Elena Tonetti, pakar gentlebirth asal Rusia itu sangat bersemangat.

Gentlebirth, menurut Yesie, adalah konsep persalinan yang tenang dan santun dengan memanfaatkan semua unsur yang alami. Tenang, karena ibu dalam kondisi rileks dan tidak diburu dan santun karena ibu diminimalkan rasa sakitnya.

“Gentlebirth menghargai ibu dan bayi sebagai individu. Jika si ibu nyaman melahirkan dalam posisi berdiri, maka berdiri pun jadi. Tapi jika lebih nyaman dengan jongkok, itu pun tidak masalah. Semua posisi itu aman untuk melahirkan,” kata bidan  yang juga pakar hypnobirth itu. “Justru kebebasan si ibu bergerak selama persalinan adalah sesuatu yang rasional.”

 

Tanpa Trauma

Lulusan pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) itu menjelaskan, sama seperti ketika seseorang mendapat dorongan untuk makan atau tidur, saat akan melahirkan perempuan juga akan mendapatkan dorongan untuk mengambil posisi tertentu yang akan membuatnya merasa nyaman dan memungkinkan bayi yang dikandung mereposisi diri sehingga bergerak ke bawah dan keluar.

Sayangnya, posisi-posisi itu nyaris mustahil dilakukan jika melahirkan di rumah sakit yang cenderung prosedural. Di rumah sakit, ibu yang akan melahirkan biasanya ditempatkan dalam posisi tidur telentang (litotomi) atau setengah duduk sehingga dokter atau bidan lebih mudah membantu persalinan. Padahal, litotomi bertentangan dengan gravitasi bumi.

“Melahirkan itu kan seperti orang sembelit, tapi sembelit selama sembilan bulan. Bayangkan saja Anda sedang sembelit dan harus buang air besar dalam posisi telentang, betapa sulitnya.”

 

Itulah mengapa, katanya, orang terpatri dengan anggapan bahwa melahirkan itu menyakitkan. Padahal jika dilakukan secara benar, tidaklah demikian. Dia menyayangkan adanya kecenderungan penggunaan intervensi medis secara berlebihan dalam proses persalinan, termasuk operasi caesar.

“Saya geregetan banyak perempuan lebih memilih operasi caesar, padahal itu meninggalkan trauma bagi bayi. Si ibu sih enak tak merasakan sakit, lha si bayi baru lahir sudah dihadapkan pada cahaya terang dan suara gaduh peralatan medis dan aba-aba dari orang-orang yang tak dikenal.”

Padahal, lanjut ibu satu anak itu, bayi memiliki sensor yang seribu kali lebih sensitif dari orang dewasa. Aba-aba seperti “Ayo,ayo… sudah hampir keluar”, saat persalinan bisa diterima bayi sebagai bentakan dan itu membuatnya tertekan. Ironisnya lagi, trauma itu bisa terbawa hingga dewasa.

“Maka jangan heran jika anak sekarang suka tawuran. Sebab, sejak baru lahir mereka telah dikenalkan dengan kekerasan. Coba semua orang menggunakan gentlebirth, pasti dunia damai,” tuturnya.

Namun Yesie menandaskan, tak hanya proses persalinan yang harus dilakukan secara lembut. “Dari bercinta, hamil, bersalin, hingga setelah melahirkan, semua harus dilakukan penuh kelembutan,” kata bidan yang berguru gentlebirth pada Robin Lim tersebut. “Buktikan saja, kalau seseorang bercinta dengan penuh amarah, maka anak yang terlahir pun akan pemarah.” (Maratun Nashihah-66)

 

 

HARIAN SUARA MERDEKA – BERITA UTAMA

29 September 2011

 

Gentlebirth, Melahirkan secara Alami (2-Habis)

Andalkan Insting, Tak Harus Mengejan

ANDAI saja Prita tahu soal gentlebirth sedari dulu, tentulah dia akan memilih melahirkan putri pertamanya dengan konsep itu. Sayangnya ibu muda bernama lengkap Dyah Pratitasari itu baru memahami metode tersebut tahun lalu, saat mengandung anak kedua.

Berawal dari rasa ingin tahu mengenai waterbirth yang telah diberitakan banyak media, jurnalis sebuah majalah kesehatan itu akhirnya menemukan berbagai hal yang mengejutkan terkait persalinan. Dari soal pergeseran cara memandang peristiwa kehamilan dan persalinan, prosedur medis yang belum tentu berdasar kepentingan ibu dan bayi, intervensi medis yang belum tentu perlu, evolusi posisi persalinan yang ternyata justru menjadi kurang ramah bagi proses persalinan, hingga pendekatan persalinan yang cenderung fokus pada kenyamanan ibu, bukan bayi.

Puncaknya saat ibu muda itu menonton film “”Birth Into Being”” karya Elena Tonetti, seorang aktivis natural childbirth dari Rusia. Film yang menggambarkan kelahiran bayi secara lembut, tenang, dan tanpa paksaan (gentlebirth) itu membuatnya mantap untuk mempersembahkan proses persalinan yang sama bagi bayinya. Dan dia pun mulai memberdayakan diri dan keluarganya sejak kandungannya berusia 9 minggu.

Medio Maret di remang fajar salah satu belahan Jakarta, dengan didampingi sang suami dan Bidan Yesie Aprillia, Prita melahirkan anak keduanya di rumah. Bayi montok dengan berat 3,5 kg dan panjang 49 cm itu meluncur ke dalam air, hanya kurang dari lima menit setelah si ibu masuk ke dalam kolam plastik berisi air hangat.

Prita mengaku hanya mengandalkan isyarat bayi dan insting dari tubuhnya sendiri saat melahirkan. Dia mengambil posisi merangkak-berlutut sambil bersandar pada pinggiran kolam hingga kepala bayi menyembul di ujung jalan lahir (crowning), dan kemudian mengubah posisi setengah duduk demi memudahkan penerimaan bayi.

“”Saat itu, kami membuktikan sendiri bahwa bayi ternyata punya kemampuan untuk keluar secara alami, sehingga kita tidak perlu mengejan, sama sekali. Yang saya lakukan hanya berusaha mengikuti isyarat bayi di dalam perut, sambil terus bernapas dan rileks. Karena semakin rileks, terasa sekali dia keluar semakin lembut,”” kisahnya. Pada persalinan pertama, Prita melahirkan di rumah sakit dan diiduksi karena prosesnya dianggap lambat.

Dia mengatakan, pada persalinannya secara gentlebirth, rasa nyeri kontraksi tetap ada. Namun, nyeri tersebut tidak terasa sebagai sesuatu yang menyakitkan, melainkan menjadi semacam sensasi yang ditunggu karena dia telah memiliki kesadaran bahwa Tuhan menciptakan nyeri kontraksi itu sebagai penanda atau “”alarm”” yang menunjukkan mekanisme tubuhnya sedang bekerja.

Berdasar pengalaman itulah, Prita kini gencar mengampanyekan gentlebirth yang belum banyak dikenal. Bersama para “”alumni”” dan praktisi gentlebirth dia gencar mengampanyekan konsep itu melalui situs jejaring sosial dan media.

 

Belum Populer

 

Yesie Aprillia, praktisi gentlebirth, mengatakan hingga kini konsep persalinan gentlebirth memang masih kalah populer dari waterbirth. Meskipun sesungguhnya, gentlebirth juga mencakup cara melahirkan di dalam air (waterbirth).

“”Tapi sekarang sudah lumayan dikenal kok. Mungkin karena ada selebritis yang melakukannya sehingga media pun mempublikasikan,”” ujar penulis buku “”Hipnostetri”” dan “”Siapa Bilang Melahirkan Sakit”” tersebut, mengacu pada Dewi Lestari (Dee) dan Oppie Andaresta.

Di Indonesia, gentlebirth pertama kali dipopulerkan oleh Yayasan Bumi Sehat, klinik bersalin yang didirikan Robin Lim di Desa Nyuh Kuning, Ubud, Bali. Sejumlah bidan dan dokter menimba ilmu pada Robin Lim kemudian mempraktikkan konsep serupa, termasuk Yesie.

“”Sebenarnya semua bidan dan dokter bisa melakukannya, tapi kebanyakan memang tidak mau repot. Kalau persalinan gentlebirth kan memang repot ya, harus jongkok mengintip pembukaan jalan bayi dan lain sebagainya,”” tutur Yesie.

“”Karena itu saya juga selalu menyelipkan kampanye gentlebirth saat memberikan pelatihan hypnobirth.””

Yesie mengatakan, gentlebirth tidak harus persalinan normal. “”Operasi caesar sekalipun bisa gentlebirth asalkan disiapkan dan dilakukan secara lembut. Tidak ada tarikan, tidak ada kekerasan, tidak ada pemisahan antara ibu dan bayi.”” (Maratun Nashihah-66

Cerita Pilu Sang Bayi

0

Cerita ini akan membawa Anda kesebuah perenungan tentang proses persalinan yang diinginkan bayi Anda. Untuk itu saya ingin membawa Anda untuk flash back dan mencoba untuk membayangkan apa yang saya ilustrasikan.

Bayangkan, selama 40 minggu atau bahkan lebih Anda merasa aman, hangat dan nyaman di dalam rahim, dikelilingi oleh cinta dan kasih Ibu Anda. Lalu tiba-tiba seakan-akan Anda di tekan dari segala arah, Anda mendengar Ibu Anda berteriak dan menjerit kesakitan, Anda merasa ketakutan dan hal itu menyebabkan Anda belajar tentang apa itu ketakutan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Anda kemudian dibius, Anda tidak bisa berpikir jernih, Anda takut dan Anda tidak tahu apa yang terjadi, Anda pikir ini adalah akhirnya, bahwa Anda harus mati. Anda kemudian dipaksa masuk ke dalam sebuah terowongan yang sangat gelap, dan Anda mendengar suara-suara aneh cenderung keras dan berteriak, AYO TERUS>>TERUS>DORONG>YAK DORONG LAGI BU!!!!

 

 

 

 

 

 

 

kepa Anda tiba-tiba ditarik dengan kasar oleh seseorang yang tidak Anda kenal….SAKIT!!!

 

 

 

 

 

 

 

 

Lalu tiba-tiba, Anda berada di sebuah ruangan yang aneh, dengan lampu yang terang serta menyilaukan, dengan suara bip..bip..bip..yang aneh dan belum pernah Anda dengar sebelumnya. Anda merasa dingin dan ketakutan, dan cahaya yang menyilaukan itu membuat sulit bagi Anda untuk membuka mata.

 

 

 

 

 

 

 

 

Anda gugup dan bingung.Orang-orang berteriak di sekitar Anda, “wah Laki-laki…atau ini Perempuan!!” dengan suara yang kencang dan membuat gendang telinga Anda sakit. Dan kemudia Anda dicengkeram oleh orang aneh yang menggunakan sarung tangan dan bertopeng, dan Anda tidak mengenalnya sama sekali.

Saat itu Anda mencoba mencari-cari sesuatu yang familier, sesuatu untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Anda!

 

 

 

 

 

 

 

 

Anda mendengar suara ibu Anda dan Anda ingin segera bertemu dengannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Namun sebaliknya Anda dikelilingi oleh orang asing yang dengan kasar mengeringkan tubuh Anda, kemudian melanjutkan dengan memasukkan benda seperti selang lalu menyodok-nyodokkan kedalam mulut dan tenggorokan Anda, bahkan setelah itu memasukkan jarum kedalam tubuh Anda. Aduh..SAKIT!!!

 

Anda Menjerit…”bukan ini yang saya butuhkan!!!”. Anda menangis dan menjerit dengan kencang namun tak seorang pun tampaknya memperhatikan atau peduli, mereka terlalu sibuk mengucapkan selamat kepada ibu Anda yang telah melakukan pekerjaan nya dengan baik.

Jika Anda beruntung , Anda bisa bertemu Ibu Anda sejenak sebelum dibawa pergi ke lorong dan masuk ke kamar dengan sekelompok bayi lainnya seperti Anda, yang takut dan menangis karena kehilangan dekapan cinta Ibu mereka.

 

 

 

 

 

 

 

 

Lalu Akhirnya Andapun bertanya dan menjerit dalam hati: “Oh Tuhan, apakah ini yang disebut DUNIA?”

 

 

 

 

 

 

 

Mari kita renungkan bersama…mari mencoba mengerti apa yang sebenarnya diinginkan seorang bayi yang baru lahir di dunia ini.

Semoga bisa menjadi bahan perenungan bersama

Salam Hangat

Yesie Aprillia

Kehamilan Nyaman dan Persalinan Lancar Berkat Relaksasi Hypnobirthing

0

Belajar teknik relaksasi Hypnobirthing selama kehamilan akan memberikan banyak manfaat bagi Ibu dan bayi Anda.Yach itu yang sering saya katakan kepada klien saya. dan memang benar, 90% klien saya yang rajin belajar relaksasi hypnobirthing maka proses persalinan lebih cepat, proses pembukaan persalinan lebih singkat, ibu lebih tenang selama kontraksi bahkan masih bisa goyang inul sambil tertawa-tawa saat pembukaannya sudah lengkap. Mengapa bisa demikian?

 

Jika Anda sering berlatih relaksasi tentunya kondisi tubuh anda sekarang akan jauh lebih mudah untuk masuk ke dalam keadaan rileks selama persalinan – dan bahkan setelah bayi Anda lahir.

Untuk itu saya sangat merekomendasikan Anda untuk mengikuti kelas relaksasi hypnobirthing di daerah Anda. Namun apabila Anda kesulitan mencari praktisi hypnobirthing yang professional saya sangat merekomendasikan Anda untuk membeli CD audio panduan relaksasi hypnobirthing. Luangkan waktu setiap hari untuk mendengarkannya. Jika mungkin Anda dapat mendengarkan di pagi hari sesudah bangun tidur, atau di malam hari sebelum tidur atau beberapa saat setelah Anda merasa nyaman di rumah.

“Temukan waktu terbaik Anda! Luangkan beberapa menit dalam satu hari untuk berlatih relaksasi hypnobirthing sebagai upaya mendapatkan pengalaman persalinan yang positif, lancar dan nyaman.”

Mulailah dengan Kesadaran

Untuk mempelajari tehnik relaksasi hypnobirthing agar Anda dapat sepenuhnya bersantai, maka Anda perlu menyadari pentingnya dua hal: pernapasan Anda dan ketegangan dalam tubuh Anda.

Kedengarannya sederhana, tapi bagi banyak orang ini terasa sulit untuk memperhatikan hal-hal ini secara sepenuhnya.

Mulailah dengan mencari tempat yang tenang, santai untuk berbaring atau duduk.

Tutup mata Anda dan fokus pada pernapasan Anda.

Coba tenangkan pikiran Anda.

Perhatikan napas Anda masuk dan keluar.

Anda dapat fokus pada dada Anda yang naik dan turun.

Biasakan untuk secara sadar melihat pernapasan Anda.

Ambil satu napas dalam-dalam – napas pembersihan.

Kemudian mulai pernapasan berirama.

Tubuh Anda

Belajar bagaimana tubuh Anda bersantai bisa menjadi sangat sulit. Mulailah dengan latihan yang sederhana.

Ambil bola tinju dan pegang erat-erat.

Perhatikan ketegangan di tangan Anda.

Lakukan ini dengan sengaja dan perhatikan otot-otot di lengan bawah Anda.

Sekarang otot-otot di lengan atas Anda. Rasakan ketegangan.

Anda dapat melakukan ini dengan kelompok otot di seluruh tubuh Anda.

Mulai dari puncak kepala Anda ke ujung jari kaki Anda.

Sadarilah setiap kelompok otot Anda secara sukarela dapat mengontrol – bahkan yang tidak pernah Anda pikirkan.

Sekarang lakukan kembali kan hal yang sama.

kepalkan bola tinju lagi.Tapi kali ini tahan kepalan tangan Anda di bola selama beberapa detik – kemudian lepaskan.Lepaskan semua ketegangan, biarkan tangan Anda benar-benar rileks, menggantung dengan lembut, lemas, dan sebagian tertekuk.

Lakukan ini dengan semua kelompok otot di tubuh Anda.Dengan melakukan latihan ini, Anda belajar apa yang tubuh Anda rasakan ketika tegang, dan apa rasanya ketika Anda dalam keadaan benar-benar rileks. Beberapa kelompok otot (dahi, leher, dan bahu Anda mungkin) akan sangat sulit untuk bersantai.

Seperti yang Anda lakukan dengan pernapasan, anda harus menyadari bahwa pernafasan ini anda lakukan sepanjang hari. Perhatikan bagaimana Anda menanggapi situasi tertentu dan bagaimana tubuh Anda tegang.

Menggabungkan Pernapasan dan Relaksasi Otot

Mulailah dengan merasakan rasa nyaman. Anda dapat melakukan ini dalam posisi duduk, Atau berbaring. Jika Anda akan berbaring pastikan bahwa Anda berbaring miring, dan gunakan bantal untuk menopang tubuh Anda dan perut Anda jika perlu.

Mulailah dengan memperhatikan pernapasan Anda. Tutup mata Anda jika Anda bisa.Perhatikan napas Anda masuk dan keluar. Perhatikan ekspansi dan kontraksi paru-paru dan dada.

Mulailah dengan bagian atas kepala Anda. Ketika Anda bernapas dalam fokus di atas kepala Anda. Ketika Anda bernapas keluar, melepaskan semua ketegangan yang Anda telah ada. Ambil napas, lakukan beberapa kali jika perlu.

Selanjutnya beralih ke dahi Anda. Tarik napas dan fokus pada itu. Hembuskan napas dan biarkan ketegangan pergi keluar dengan napas Anda. Lanjutkan proses ini ke bawah sampai ujung jari kaki Anda.

Semakin rileks setiap bagian dari tubuh Anda. Maka Anda mungkin akan jatuh tertidur. Ini adalah hal yang baik. Luangkan waktu untuk melakukan relaksasi hypnobirthing ini setiap hari. Jika Anda terjebak dalam kemacetan lalu lintas dan frustrasi – mulai bernapas dan lakukan relaksasi. Jika Anda marah – mulai bernapas dan relaksasi. Jika Anda takut – mulai bernapas dan relaksasi. Maka Anda akan mendapatkan ide!

Dalam persalinan hal yang terpenting adalah tenang. Karena ketika Anda tenang maka semua system hormonal di dalam tubuh akan bekerja secara maksimal dan tubuh Anda akan melakukan tugasnya dengan sangat baik dan harmonis. Semuanya akan terjadi secara otomatis.

Satu Tips terakhir genggam Es

Saya mencoba untuk merekomendasikan Anda untuk mempraktekkan teknik penghilang rasa nyeri dengan menggunakan es batu.

Tahan es batu di tangan Anda saat Anda mencoba untuk menenangkan napas dan merilekskan tubuh Anda.Ini jauh terasa lebih sulit bukan! Es adalah gangguan konstan, dan bahkan dapat menyakitkan, ketika Anda mencoba untuk bersantai. Ini adalah praktik yang efektif untuk mengurangi rasa nyeri saat kontraksi dalam persalinan.

Jika Anda mampu menguasai tubuh Anda ketika Anda memegang es batu di tangan Anda, sekarang cobalam meminta tolong kepada pendamping Anda untuk meletakkan es batu di belakang telinga Anda lalu cobalah untuk melakukan relaksasi dan mengatur nafas Anda, bernafaslag dengan lembut dan biarkan rasa dingin tersebut berubah menjadi rasa nyaman. Nah jika Anda pun bisa menguasai tubuh Anda, maka lakukan hal yang serupa namun posisi es batu berada di leher Anda. merupakan latihan yang sangat baik!

Apakah Anda menguasai relaksasi? Pernafasan yang seperti apa yang membuat Anda tetap merasa nyaman disela ketegangan-ketegangan yang terjadi? Pelajari bagaimana memahami Anda seluruh tubuh dan mengambil kontrol selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran.

Lakukan latihan relaksasi hypnobirthing sesering mungkin, CD panduan relaksasi dapat membantu Anda. Pesan segera di Bidan Kita dan rasakan manfaatnya

Salam Hangat

Home Birth VS Hospital Birth

 

Pilih mana hayo? Semia ada keunggulan dan kelemahannya.

 

Nah pintar-pintarnya Anda memberdayakan diri. Nah coba kita ketahui satu-satu apa keunggulan dan kelemahannya

 

Pro dan Kontra Lahir Rumah Sakit (Hospital Birth)

Positif

Negatif

Ketersediaan teknologi terbaru untuk membantu dalam proses kelahiran

RS lebih banyak intervensi /”managemen aktif persalinan” daripada menghormati dan dengan sabar menunggu proses kelahiran berjalan dengan alami. Proses kelahiran “diatur” dan “dikelola” dari awal sampai akhir menggunakan teknologi terbaru

Ketersediaan berbagai anestesi

Tingkat yang lebih tinggi dari pemantauan janin elektronik dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi dari kejadian forceps, episiotomi, dan SC

Ketersediaan tenaga medis yang terlatih

Dokter dan rumah sakit bertanggung jawab untuk melahirkan yang aman

Ketersediaan asuransi

Pembatasan kebebasan untuk makan dan minum (apalagi di ruang bersalin, seringkali Anda tidak diijinkan membawa makanan atau minuman), pindah ke posisi yang nyaman, dan berada dalam kontrol (sangat di atur)

Rumah Sakit mengurus akte kelahiran

Lingkungan rumah sakit umumnya menghasilkan lebih banyak kecemasan yang mengganggu proses persalinan

Banyak rumah sakit tidak mengijinkan bidan yang menolong persalinan sehingga seringkali pasien harus menahan sekuat tenaga untuk tidak mengejan (padahal sudah pembukaan lengkap) namun harus menunggu dokter hanya karena SOP.

Tanpa asuransi, biaya dokter dan rumah sakit sangat mahal

Profesional medis jarang percaya evaluasi sendiri kondisi ibu dan mengandalkan sepenuhnya pada teknologi untuk membantu membuat keputusan

Lingkungan RS steril, dingin, tdk menarik

Kontinuitas dari pengalaman melahirkan terputus ketika ibu harus pindah ke ruang bersalin

Spiritualitas pada proses persalinan bukanlah prioritas

Profesional medis terlatih dalam cara untuk mengidentifikasi dan mengobati kelainan, bukan bagaimana mengenali dan memfasilitasi kelahiran normal.

Banyak tes dan prosedur yang dilakukan untuk menghindari malpraktik, bukan karena Anda benar-benar membutuhkan tes dan prosedur tersebut

Beberapa rumah sakit tidak akan membiarkan anak-anak untuk hadir selama persalinan

Ibu dan bayi sering dipisahkan setelah kelahiran untuk jangka waktu 2 sampai 12 jam bahkan ada yang lebih

Rumah Sakit banyak mengandung berbagai jenis kuman berbahaya dan ini tidak terjadi di lingkungan rumah (karena di RS hampir semua orang dengan berbagai kasus penyakit berada disana, tentunya tingkat infeksi nosokomial lebih tinggi)

Air gula atau formula sering diberikan kepada bayi di kamar bayi baru lahir bahkan jika orang tua meminta agar bayi diberikan ASI saja.

jarang sekali bayi dan ibu dilakukan IMD dan “kulit-ke-kulit” sebagai kontak pertama segera setelah lahir

Pro dan Kontra Lahir di Rumah (Home Birth)

Positif

Negatif

Lebih banyak pilihan dalam asuhan persalinan dengan bidan dan dokter

Tidak semua perusahaan asuransi membayar biaya melahirkan di rumah

Spiritualitas dari pengalaman melahirkan menjadi prioritas

pembuatan untuk akte kelahiran adalah tanggungjawab orangtua, meskipun beberapa bidan melakukan hal ini

Pada Homebirth jumlah kejadian episiotomy dan SC lebih sedikit. karena ritme alami tubuh dihormati, prosedur ini sering dilakukan karena kurangnya kesabaran dari pengasuh/bidan/pendamping

Komplikasi dapat terjadi jika perawat/bidan tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat

Penapisan dan persiapan bisa dilakukan diawal saat ANC sehingga proses persalinan jarang terjadi komplikasi karena yang bisa dilakukan Homebirth hanyalah ibu dengan resiko rendah

Dalam keadaan darurat, mungkin ada keterlambatan dalam menerima perawatan rumah sakit

Tanggung jawab untuk kelahiran yang aman terletak dengan orang tua

Harus memerlukan/menyiapkan transportasi untuk mengatasi jika terjadi masalah yang emergency

Anda lebih bebas untuk melakukan sesuatu yang Anda rasa nyaman dan menguntungkan

Tidak melibatkan biaya rumah sakit, dan biaya bidan biasanya jauh lebih rendah dari dokter

Lingkungan aman, hangat, dan mengundang, membuat relaksasi dan persalinan lebih mudah.

Ibu dan bayi telah mengembangkan antibodi terhadap setiap kuman yang ditemukan di rumah, sehingga mereka (bakteri) hanya menimbulkan ancaman kecil untuk ibu dan anak

Ibu bisa makan, minum, dan bergerak bebas sesuai dengan pilihannya

Pengalaman melahirkan bayi dapat ditingkatkan melalui menurunkan tingkat kebisingan, menurunkan pencahayaan, dan melahirkan di air jika diinginkan

Anak-anak dapat hadir dan mendampingi pada saat kelahiran jika diinginkan

Tidak ada pemisahan ibu dari bayi

Ayah atau pasangan dapat memiliki peran aktif seperti yang ia inginkan dalam kelahiran, bahkan dapat “menangkap” bayi

Ibu bisa melahirkan tanpa bantuan sama sekali jika dia memilih untuk itu. Asal disiapkan sungguh-sungguh

Nah Anda pilih mana?

Free will Free choice…hanya pesan saya..siapkan body, mind, soul Anda..siapkan Birth plan juga.

Semoga bermanfaat

Salam Hangat

Yesie

PENUNDAAN PENGEKLEMAN DAN PEMOTONGAN TALI PUSAT (Delayed Cord Clamping)

Delayed cord clamping adalah praktek penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat dimana tali pusat tidak dijepit atau dipootong sampai setelah denyutan berhenti, atau sampai setelah plasenta lahir seluruhnya. Saat ini semakin banyak orang tua yang memilih penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat untuk bayi mereka, sementara beberapa orang juga sudah mulai ingin lotus birth. (1)

Membiarkan tali pusat setelah bayi lahir itu adalah normal, dan penjepitan tali pusat setelah bayi lahir sebenarnya adalah intervensi bedah dalam proses kelahiran normal. Sehingga harusnya tindakan pengekleman tali pusat segera setelah bayi lahir itu didiskusikan dengan keluarga. Namun dengan adanya aturan seperti “management aktif kala” SC maka penundaan pengekleman tali pusat semakin jarang dilakukan. Namun jika Anda mengetahui keuntungan penundaan pengekleman tali pusat dan mengetahui keuntungan dari penundaan pengekleman tali pusat pada bayi Anda, saya yakin Anda akan memilih untuk memberikan yang terbaik untuk bayi Anda.

Saat ini banyak bukti kuat dan berdasarkan penelitian ilmiah yang terpercaya bahwa pengekleman dan pemotongan tali pusat segera setelah lahir bisa bahaya untuk bayi Anda. Sedangkan penundaan pengekleman tali pusat banyak keuntungannya.

MANFAAT PENUNDAAN PENGEKLEMAN TALI PUSAT

Manfaat penundaan penjepitan tali pusat untuk bayi termasuk masih diberinya kesempatan untuk darah merah, sel-sel batang dan sel-sel kekebalan untuk ditransisi ke tubuh bayi di luar rahim. Dan untuk ibu, dengan dengan menunda penjepitan tali pusat ternyata bisa mengurangi komplikasi seperti perdarahan (1)

Dr Judith Mercer adalah seorang ahli terkemuka dan peneliti yang telah meneliti dan mempunyai bukti mengenai manfaat penundaan penjepitan talipusat baik untuk bayi aterm maupun bayi prematur.  Dengan review nya dari literatur yang tersedia menunjukkan bahwa penjepitan tali pusat yang tertunda dapat membuat kadar hematokrit yang lebih tinggi, transportasi oksigen lebih optimal dan aliran sel darah merah yang lebih tinggi ke organ vital, anemia bayi berkurang dan meningkatkan durasi menyusui. Mercer dkk juga telah meneliti manfaat pentingnya penundaan penjepitan talipusat untuk memaksimalkan volume darah untuk masa ytransisi janin ke masa neonatal (2) (3)

Volume darah

Sebelum lahir, bayi dan plasenta berbagi suplai darah dan darah yang beredar ini terpisah dengan ibu. Selama di dalam rahim, plasenta dan tali pusar bayi yang menyediakan oksigen, nutrisi dan membersihkan limbah. Selama kehidupan janin di rahim, organ bayi hanya perlu darah dalam aliran kecil sementara plasenta melakukan peran sebagai paru-paru, usus ginjal, dan hati untuk bayi. Inilah sebabnya mengapa aliran yang mengandung darah tersirkulasi dalam waktu-waktu tertentu (4)

Segera setelah lahir, tali plasenta berdenyut untuk menyediakan oksigen dan nutrisi penting, dan mulai untuk memberikan darah ke bayi.  transfer darah Ini disebut transfusi plasenta dan merupakan bagian penting dari proses kelahiran.

Transfusi plasenta adalah sistem yang menyediakan bayi sel darah merah, sel induk dan sel-sel kekebalan tubuh. Penundaan pengekleman tali pusar akan memungkinkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan transfusi plasenta, memastikan kadar oksigen dan volume darah yang aman pada bayi (4)

Masa Transisi Janin-ke-neonatal

Pada saat proses kelahiran, tambahan volume darah yang berada di dalam plasenta diperlukan untuk masa transisi janin-ke-neonatal. Transfusi plasenta mengirimkan ‘pernapasan’ ini ke bayi, untuk mempersiapkan dan mendukung organ-organ janin untuk masa transisi ke proses bernapas ‘dewasa’ dan sirkulasi paru bukan lagi sirkulasi plasental. Plasenta ini juga menyediakan jumlah sel darah merah yang cukup untuk kemudian mengangkut oksigenke seluruh tubuh bayi. (5)

Untuk paru-paru janin ketika beralih dari organ yang ‘berisi cairan’ untuk melakukan pertukaran gas, Output jantung bayi ke paru-paru sekarang harus langsung berubah menjadi 50% (selama hidup janin di rahim darah dikirim dari jantung bayi, hanya 8%).  perfusi darah Ini membantu untuk memperluas kantung udara, cairan bening dari paru-paru dan menjaga volume paru-paru lebih luas.

Ketika tali pusat masih berdenyut, bayi menerima volume darah ekstra dan transisi lembut ke pernapasan. Peningkatan aliran darah ke dalam paru-paru terjadi, tanpa mengorbankan aliran darah ke organ-organ lain. Penundaan penjepitan tali pusar dapat memastikan bayi memiliki pasokan darah yang cukup untuk masa transisi janin-ke-neonatal. (4) (5)

Cara Menunda Pengekleman Tali Pusar

Pada kelahiran normal, penundaan pengekleman tali pusat dilakukan hingga tali pusat berhenti berdenyut bahkan beberapa praktek tidak melakukan pengekleman bahkan pemotongan tali pusat hingga tali pusat puput sendiri ini yang disebut Lotus birth

Anda bisa membaca di link:

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=168:lotus-birth-a-gentle-way-to-gentle-birth-a-gentle-mothering&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56.

Begitu bayi mulai bernapas dan mencapai volume sirkulasi darah normal, tali pusar akan berhenti berdenyut (tali piusar akan tampak putih dan lembek). Hal ini dapat memakan waktu sekitar 3 sampai 7 menit untuk bayi melakukan transisi dan untuk membentuk volume darah normal dalam tubuhnya secara fisiologis, tetapi proses ini dapat memakan waktu lebih lama untuk beberapa bayi. (5)

Dalam operasi caesar, ‘keterlambatan’ dalam menjepit tali pusar sebenarnya juga dapat dilakukan (kecuali dalam kasus di mana ada sayatan atau kerusakan pada plasenta).  Beberapa praktisi dapat memilih untuk tunggu 40 detik atau lebih sebelum menjepit. Dan bahkan dalam operasi SC, bisa juga dilakukan lotus birth dimana plasenta dibiarkan terus hingga puput sendiri. Di Indonesia ini baru dilakukan di sebagian kecil RS. Dan inipun oleh dokter tertentu (6)

Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan “waktu yang optimal untuk menjepit tali pusar untuk semua bayi tanpa memandang usia kehamilan atau berat badan janin adalah ketika sirkulasi atau denyutan di tali pusar telah berhenti, dan tali pusar ini datar dan pulseless (sekitar 3 menit atau lebih setelah lahir) “(7).

RISIKO DARI PENJEPITAN tali pusat SEGERA SETELAH LAHIR

Untuk beberapa dekade, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir akan mengganggu fisiologi normal, anatomi dan proses kelahiran.

Dr Mercer menegaskan praktek penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dikembangkan tanpa memperhatikan kebutuhan bayi dan dapat menyebabkan volume darah bayi bervariasi 25% sampai 40%. “padahal penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dapat menghambat proses transisi yang sukses dan memberikan kontribusi terhadap kerusakan hipovolemik, volume darah rendah, kekurangan oksigen dan hipoksia pada bayi baru lahir terutama bayi yang rentan (premature, asfiksia, BBLR). “(2)

Penelitian telah menunjukkan bahwa penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dapat mengakibatkan kadar zat besi yang lebih rendah pada bayi sampai 6 bulan setelah lahir. Meskipun tidak semua implikasi dari status besi berkurang dipahami, defisiensi zat besi pada beberapa bulan pertama kehidupan berhubungan dengan keterlambatan perkembangan saraf, terutama pada syaraf yang dapat ireversibel. (8)

penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dapat menimbulkan komplikasi bagi ibu juga. Ada beberapa bukti yang mengatakan bahwa praktek penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir meningkatkan risiko perdarahan pasca melahirkan dan retensi plasenta oleh engorging plasenta dengan darah bayi. Hal ini membuat lebih sulit bagi rahim berkontraksi dan melepaskan plasenta. Pada beberapa perempuan, perdarahan feto-maternal dapat meningkatkan kemungkinan serius seperti masalah ketidakcocokan darah (rhesus) di kehamilan berikutnya.

Pengekleman Tali Pusar dan bayi baru lahir yang rentan (Resiko tinggi)

Ketika talipusar dijepit, volume darah dalam bayi yang baru lahir adalah tetap. (4) beberapa bayi, normal dan sehat serta bertahan dengan pengekleman tali pusar di awal kelahiran, namun beberapa bayi yang lahir prematur akibat pengekleman awal maka volume darah dalam tubuhnya menjadi sangat rendah. Volume darah yang rendah (hipovolemia) dapat disebabkan oleh kompresi pada tali pusar, lilitan tali pusar yang ketat, bayi besar yang meremas sangat ketat dan distosia bahu.

Di rumah sakit prosedur menjepit dan memotong talipusat segera setelah bayi laih menjadi prosedur tetap apalagi pada kasus bayi dengan asfiksia (kekurangan oksigen) mereka serta merta langsung memotong talipusat, memisahkan bayi dengan ibunya dan membawa bayi ke permukaan yang datar untuk dilakukan resusitasi. Padahal hal ini bisa saja berakibat fatal. Perlu diketahui bahwa ketika bayi baru lahir justru plasenta adalah “dewa penolong” karena setelah lahir tali pusat masih terus berdenyut mengirimkan oksigen ke tubuh bayi. Ketika tali pusat di potong dan  Jika bayi bertahan hidup, volume darah rendah dapat berarti darah harus dikorbankan dari organ lain untuk mempertahankan paru-paru, dan kerusakan organ adalah hasilnya (bisa ringan sampai kerusakan otak parah) (4)

RISIKO DARI PENUNDAAN PENGEKLEMAN TALIPUSAT?

Sedangkan untuk risiko dengan klem tertunda, Mercer menemukan bahwa untuk bayi prematur tidak ada resiko. Kekhawatiran adanya polycythemia atau hiperbilirubinemia tidak ditemukan. (3) Saat ini disarankan bahwa penundaan pengekleman tali pusar tidak aman untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV.  penjepitan dan “memerah” darah dari bayi merupakan praktek standar dalam upaya untuk meminimalkan risiko penularan – namun Van Rheenen menyatakan tidak ada bukti biologis yang membuktikan bahwa penjepitan tali pusar yang tertunda dapat meningkatkan risiko partikel HIV ditransfer ke bayi. (9)

RINGKASAN

Hindarilah melakukan Penjepitan tali pusar segera setelah lahir karena akan mengganggu proses kelahiran normal. Karena tali pusar tersebut masih berdenyut dan masih memasok oksigen, nutrisi ke bayi serta mendukung masa transisi bayi ke kehidupan di luar rahim.

Penundaan pemotongan tali pusar banyak manfaat bagi bayi yang baru lahir termasuk jumlah sel-sel darah merah, sel induk dan sel kekebalan pada saat lahir yang lebih tinggi. Dan Pada bayi prematur Penundaan pemotongan tali pusar dapat memberikan dukungan hidup yang penting, memulihkan volume darah dan melindungi terhadap kerusakan organ, cedera otak bahkan kematian.

References

(1) Buckley, S.J. “Leaving Well Enough Alone: Natural Perspectives on the Third Stage of Labor” , Gentle Birth, Gentle Mothering: A Doctor”s Guide to Natural Childbirth and Gentle Early Parenting Choices (2009) New York: Celestial Arts

(2) Mercer J. Current best evidence: a review of the literature on umbilical cord clamping. J Midwifery Womens Health2001 Nov-Dec;46(6):402-14

(3) Mercer, J. et al, Delayed Cord Clamping in Very Preterm Infants Reduces the Incidence of Intraventricular Hemorrhage and Late-Onset Sepsis: A Randomized, Controlled Trial. Pediatrics Vol. 117 No. 4 April 1, 2006 pp. 1235 -1242 (doi: 10.1542/peds.2005-1706)

(4) Mercer, J. Skovgaard, R. & Erickson-Owens, D. “Fetal to neonatal transition: first, do no harm”, Normal Childbirth: Evidence and Debate second edition (2008) edited by Downe, S. pp149-174

(5) Mercer, J. Skovgaard R. Neonatal transitional physiology: a new paradigm. J Perinat Neonatal Nurs.2002 Mar;15(4):56-75. Review

(6) Hutchon, D. BSc, MB, ChB, FRCOG, Guideline for the management of Caesarean Section deliveries. Found athttp://www.hutchon.net/NFMMSIG/cordclamp.htm

(7) WHO information sheet: “Optimal timing of umbilical cord clamping,” Essential delivery care practices for maternal and newborn health and nutrition. Found at http://amro.who.int/English/AD/FCH/CA/Delivery_care_practices.pdf

(8) Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (UK) Opinion Paper, Clamping of the Umbilical Cord and Placental Transfusion. (2009) Found at http://www.rcog.org.uk/clamping-umbilical-cord-and-placental-transfusion

(9) Van Rheenen, P. “Effect of Timing of Cord Clamping on Neonatal Venous”, The Role of Delayed Umbilical Cord Clamping to Control Infant Anaemia in Resource-Poor Settings. (2007) Rozenberg Publishers pp 151-158

MARI MENYUSUN BIRTH PLAN (PERENCANAAN PERSALINAN)

Kepada semua Klien saya selalu menganjurkan untuk menyusun birth plan. karena ini sangat penting untuk menghindari adanya pengalaman negatif, bahkan hingga Mal Praktek.

Memang agak “belum biasa” hal ini di lakukan di INDONESIA. tapi ingat ini Bayi Anda, Tubuh Anda, jadi Anda berhak untuk mengajukan Birth Plan. yang penting adalah coba komunikasikan dengan bahasa yang santun agar tidak ada mis komunikasi.

Sudah Saatnya Para ibu dan bapak lebih “SMART”.

Ini adalah Contoh dari Birth Plan yang bisa Anda Adopsi.

 

Monggo di modifikasi sesuai dengan harapan Bunda dan Panda.

BIRTH PLAN

 

Nama :…………………………………………………………………………………….

Umur : …………………………………………………………………………………….

Nama Suami : …………………………………………………………………………………….

Umur : …………………………………………………………………………………….

Alamat : …………………………………………………………………………………….

G.P.A : …………………………………………………………………………………….

HPL : …………………………………………………………………………………….

Proses persalinan adalah sebuah peristiwa yang sakral dan tentunya merupakan sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup Saya. Saya menginginkan proses persalinan menjadi sebuah momen indah yang layak untuk dikenang. Saya dan suami telah mengetahui proses persalinan seperti apa yang ideal bagi keluarga kami, Untuk itu Kami merasa perlu membuat rencana persalinan sehingga setiap orang baik bidan dan dokter yang merawat saya tahu apa yang saya inginkan dalam proses persalinan nanti.

Siapa saja yang harus memiliki salinan rencana persalinan saya?

1. Saya, suami/pasangan, dan keluarga.

2. Bidan atau dokter yang merawat, baik nanti di ruang bersalin maupun ruang nifas.

3. Rumah sakit/klinik bersalin/bidan praktik swasta (BPS) tempat Anda memutuskan untuk bersalin nanti (agar di tempel di status).

Berikut ini beberapa point yang ingin saya tanyakan sebelumnya :

� Mobilitas selama persalinan (kala 1).

� Mencukur rambut pubis (ini sudah jarang dilakukan, namun beberapa rumah sakit masih mempunyai kebijakan ini).

� Pemasangan infus secara rutin (ini sudah jarang dilakukan, namun beberapa rumah sakit masih mempunyai kebijakan ini).

� Enema (baik di rumah atau tempat kelahiran) atau biasa disebut huknah atau lavement yaitu ibu bersalin diberikan cairan khusus melalui anus untuk merangsang agar buang air besar.

� Tindakan pemecahan ketuban.

� Kebebasan untuk memilih posisi persalinan (ingat posisi persalinan lithotomy atau telentang adalah posisi persalinan TERBURUK bagi ibu bersalin).

� Episiotomi.

� Kehadiran pendamping persalinan di ruang bersalin (suami, orang tua, dan kerabat lainnya).

� Proses pemotongan tali pusat oleh suami atau pendamping persalinan.

� Makan dan minum selama persalinan.

� Obat pereda sakit yang biasa digunakan atau epidural.

� Menyusui segera setelah lahir (Inisiasi Menyusu Dini/IMD).

� Forsep atau vakum ekstraksi.

� Berbagai teknik relaksasi, termasuk mandi, aromaterapi musik, dan pijat.

� Jika diperlukan C-Section.

� Anestesi epidural jika mungkin.

� Menyusui di kamar nifas (rooming in). Poin yang ini tolong benar-benar ditanyakan.

Berikut ini adalah hal-hal yang saya ingin saya miliki selama persalinan (berikan tanda contreng (Ö) di item yang saya ingini)).

Saat dalam Persalinan (Kala I)

� Tetap aktif (mobile) selama persalinan.

� Tidak mencukur rambut pubis.

� Tidak dilakukan pemasangan infus secara rutin.

� Tidak dilakukan enema, klisma atau huknah yaitu memasukkan cairan sabun atau gliserin untuk mengosongkan usus besar untuk merangsang kontraksi

� Buang air kecil sendiri dan usahakan sering buang air kecil

� Suami atau orang tua SELALU hadir mendampingi.

� Pengaturan ruang bersalin dengan cahaya yang rendah (tidak terlalu terang).

� Makan dan minum selama persalinan.

� Hanya pemantauan janin intermiten (bukan menetap).

� Membiarkan ketuban pecah secara spontan (tidak dilakukan pemecahan).

� Menggunakan berbagai posisi selama persalinan.

� Menggunakan terapi aroma.

� Membawa iPod atau MP3 player selama persalinan.

� Dilakukan pijatan selama proses persalinan.

� Membawa birthing ball di ruang persalinan.

� Dilakukan pendampingan hypnobirthing selama persalinan.

� TIDAK dilakukan induksi.

� Apabila Dokter yang merawat saya berhalangan maka dokter yang akan menggantikan saya adalah……………………………………………….

Saat Persalinan (Kala II)

� Tidak dilakukan episiotomi.

� Dilakukan perineal massage atau bisa juga kompres hangat pada perineum

� Pasangan atau pendamping saya yang memotong tali pusat.

� Dilakukan penundaan pemotongan tali pusat hingga … menit/… jam.

� IMD secara penuh segera setelah bayi lahir.

� Berada dalam posisi yang paling nyaman bagi saya untuk mengejan.

� Tidak dalam posisi lithotomy saat bersalin dan mengejan.

� Dilakukan pendampingan hypnobirthing selama persalinan.

� Saat persalinan apabila ada indikasi harus SC, pasangan diperbolehkan masuk ke dalam ruang operasi.

� Pasangan saya yang memegang bayi di ruang bersalin atau ruang operasi.

� IMD segera setelah bayi lahir.

� Penundaan pemotongan tali pusat.

Setelah Melahirkan

� Pijat bayi.

� Rooming in.

� Saya ingin tetap menyusui segera setelah bayi lahir.

� Saya ingin tidak ada pemisahan Antara saya dan bayi saya

� Saya ingin ada penundaan segala macam prosedur seperti menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada serta pemberian vit K sampai saya selesai IMD

Demikianlah Birth Plan kami susun

Atas perhatiannya dan atas kesediaannya memenuhi permintaan saya, kami ucapkan sebaik-baiknya

Trimakasih

Yogyakarta

Hari………………….Tanggal………….,……………, 2011

Hormat Kami

(………………………………………………………)

Menyetujui

Dokter Yang Merawat

(………………………………………………………)

KARYAKU “SIAPA BILANG MELAHIRKAN SAKIT”

0

Menulis buku ternyata bikin ketagihan…

ya..menulis dan menulis lagi…serasa ada yang kurang jika tidak menulis…rasanya hidup seperti sayuran tanpa garam…hahaha

walaupun tulisanku belum terlalu bagus tapi lumayan untuk mengungkapkan keprihatinanku tentang kondisi pelayanan kesehatan terutama pelayanan untuk ibu dan anak di Indonesia tercinta ini.

 

buku ke dua akhirnya terbit juga walaupun harus melalui jalan panjang dan lama

hampir 1 tahun…di Andi Offset sempat ditolak lalau di minta lagi..di tahan…di minta lagi berulang ulang hehehe.

namun akhirnya keluar juga.

buku ini saya buat dengan bahasa yang lebih awam dan familiar…beda dengan buku pertama Hipnostetri..yang masih banyak bahasa medisnya, buku yang kedua ini bahasanya lebih ringan dan enak dibaca. semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. dan yang membuat buku ini spesial adalah karena Foto covernya adalah foto dari sahabat terbaikku saat dia hamil anak pertama. trimakasih Tantri Maharani Setyorini dan abang Albert Simbolon.

Draft awal buku ini adalah berjudul “Rahasia bersalin Nyaman dan Lancar” namun sang editor akhirnya merubah menjadi Siapa Bilang Melahirkan Sakit?..yah..judul yang menarik

apa saja yang saya bahas disini? Ayo simak saja

 

Sekilas tentang buku ini dan bagaimana menggunakannya

 

Dalam buku ini untuk memudahkan bunda untuk mendapatkan pengalaman persalinan yang menyenangkan, saya membagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan perjalanan sebuah peristiwa yang sangat ajaib yaitu kehamilan dan persalinan sesuai dengan harapan bunda:

Bagian 1, “Kehamilan yang Menyenangkan”, tujuan dari bab ini adalah agar para bunda dapat menjalani proses kehamilan dengan menyenangkan dan sehat baik fisik, mental maupun spiritual.

 

Bagian 2. “Berbagai Metode Persalinan”, bercerita tentang berbagai metode persalinan, keuntungan, kerugian serta manfaatnya baik untuk ibu, bayi dan keluarga sehingga ibu dapat memilih dnegna bijak metode persalinannya kelak.

Bagian 3. “Alami Persalinan yang Menyenangkan dan tanpa rasa sakit dengan Metode Hypno-birthing”, Hypno-birthing adalah metode yang dikembangkan berdasarkan adanya keyakinan bahwa dengan persiapan melahirkan yang holistic/menyeluruh (Body, Mind and Spirit) maka di saat persalinan, wanita dan juga pendampingnya (suami), akan dapat melalui pengalaman melahirkan yang aman, nyaman, tenang dan memuaskan, jauh dari rasa takut yang menimbulkan ketegangan dan rasa sakit. Dengan kata lain, jika pikiran dan tubuh mencapai kondisi harmoni, maka alam akan bisa berfungsi dengan cara yang sama seperti pada semua mahluk lainnya.

Bagian 4. ” Panduan bagi bunda untuk bersalin tanpa rasa sakit”, bagi para bunda, panduan ini sangat berguna bagi bunda dalam menghadapi proses kehamilan selama 9 bulan dengan menyenangkan, dan yang pasti sangat berguna untuk bunda dalam menghadapi proses persalinan yang menyenangkan tanpa rasa sakit. Berisi afirmasi-afirmasi dan sugesti positif untuk menghadapi kehamilan dan persalinan dengan tenang, dan berisi script panduan yang bisa di praktekkan untuk diri sendiri.

nah berapa investasinya?

hanya Rp. 50.000,-

sudah ada bonusnya…CD Panduan Relaksasi

Hhhmmm Anda ingin mencobanya?

Mari beli…

KARYAKU “HIPNOSTETRI”

Camera 360

Berawal dari kekagumanku kepada seseorang akhirnya saya belajar menulis.

dr Yahya Wardoyo SKM seorang direktur Rumah Sakit Kristen Emanuel Klampok, Banjarnegara tempat aku bekerja sebagai perawat di tahun 1998 kala itu adalah seorang dokter, direktur, komposer lagu, konduktor, dan juga penulis novel. diusianya yang kala itu udah lebih dari 60 tahun tiap hari beliau menulis disela-sela kesibukannya yang berjibu, dan sampai sekarangpun masih menulis. terakhir saya ketemu beliau dengan wajah yang sama padahal sudah lebih dari 10 tahun tak ketemu. di bandara NGurah Rai, Denpasar bali bersama istrinya ibu Ester. beliaulah orang yang pertama kali menginspirasi saya untuk belajar menulis dan menulis. sampai kala itu th 2001 saya punya satu novel judulnya Jejak Salib.

menulis dan menulis itulah akhirnya yang sekarang saya lakukan disela kesibukan saya sebagai trainer hypnobirthing, dosen, maupun bidan.

 

dan akhirnya th 2009 karya pertama jadi…sebuah buku dengan judul HIPNOSTETRI.

 

Berawal dari rasa ingin tahu, rasa ingin melayani, dan rasa ingin berbagi, saya mempelajari ilmu ini, dan ternyata banyak sekali manfaat yang saya dapatkan baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun pasien saya. Saya sangat berterimakasih kepada ibu Lanny Kuswandi dan dr Erwin Kusuma SpKJ (K) yang selalu membantu dan membimbing saya untuk lebih memahami ilmu hipnosis secara ilmiah. Juga kepada pak Hisyam Fachri yang juga membantu saya mengenal lebih jauh tentang hipnosis.

Saya menulis buku ini untuk membantu Anda memahami tentang ilmu hipnosis dilihat dari segi ilmu kebidanan. Saat ini didunia kesehatan sedang marak metode alternatif yang mampu menyuguhkan berbagai pilihan dan manfaat bagi ibu, bayi, dan keluarga. Manusia diciptakan dengan akal dan pikiran, berbagai upaya kedokteran dilakukan untuk mengurangi “penderitaan” ibu saat bersalin, dan sekarang telah ditemukan ilmu hipnosis yang mampu memberikan jawaban bagi ibu hamil, dan ibu bersalin dengan menghadirkan kenyamanan bahkan pada saat bersalin.

Namun sayangnya metode ini lebih banyak dikembangkan oleh orang-orang yang notabene tidak mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan atau non medis. Baru sedikit tenaga kesehatan yang menguasai ilmu ini. Salah satu bidan yang mengembangkan Hypnotherapy dan merupakan pakar hypno-birthing di Indonesia (Hypnotherapy untuk ibu bersalin) adalah ibu Lanny Kuswandi, yang sampai saat ini masih berjuang untuk menyebarluaskan ilmu dan keterampilannya kepada para petugas kesehatan khususnya bidan, perawat dan dokter, karena ilmu ini sangat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Buku ini menuntun Anda-Anda sebagai tenaga kesehatan untuk dapat lebih memahami teori, dan keterampilan tentang metode hypnotherapy dalam kasus-kasus kebidanan.

Saya berharap buku ini mampu memberikan inspirasi bagi Anda-Anda, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

nah ayo tunggu apalagi…buku ini tersedia di toko buku dan gramedia di kota Anda,

Andapun bisa mendapatkan dengan cara memesan buku ini melalui web ini.

hanya dengan Rp 38.000 Anda akan mendapatkan ilmu yang banyak sekali manfaatnya.

bahkan ada 4 track CD disana. bukan hanya untuk ibu bersalin , untuk ibu menyusui juga ada bahkan untuk para pasangan yang belum beruntung untuk hamil dan ingin hamil.

mari ..segera beli..Pasti bermanfaat

 

MY ECSTATIC BIRTH : Melahirkan Maulana Yusuf Ghifa

0

Usia kehamilan saya menginjak 41 minggu 2 hari saat Yusuf lahir ke dunia, Rabu 24 Agustus 2011 jam setengah 4 sore. Dua hari sebelumnya saya benar-benar masih ragu, bisakah segala upaya yang saya kerahkan selama ini membuahkan hasil yang manis?  Akankah Yusuf lahir sendiri alami tanpa obat-obatan? Bagaimana bila kontraksi alami itu tak kunjung terjadi juga? Mulai berani membuat visualisasi kepasrahan diri bila kami harus menjalani induksi atau bahkan operasi Caesar. Apapun yang menjadi kehendakMu, tetap akan terjadi Ya Allah… Saya menutup diri dan lebih berfokus ke dalam. Sambil berjalan atau melakukan sesuatu, sesekali saya coba masuk ke dalam tubuh janin saya, mencoba meresapi apa pesannya, apa yang dirasakannya, dan apa yang diinginkannya. Kerja sama kami berempat selama ini sudah bagus sekali. Selalu berusaha melewatkan waktu dengan hal-hal menyenagkan seperti nonton, makan, ngemall. Minggu lalu saya katakan pada suami bahwa yuk kita puas-puasin untuk sedikit hedonis selama 3 hari ini, kan nanti dedek datang kita sudah nggak bisa kemana-mana lagi.

Pada hari Senin saya dan bidan saya berkomunikasi via Blackberry Messanger, dia sudah sampai dari event pelatihan di Bali dan sekarang siap untuk menunggu komando dari saya. Saya pesankan supaya dia istirahat dulu biar staminanya pulih kembali. Dia juga berpesan kalau bisa saya buat campuran jus jeruk, telur kampung dan castor oil untuk diminum supaya bereaksi sebagai induksi alami. Wah sayang sekali castor oil susah didapat kalau mendadak begini. Cari alternatif lain dulu deh, saya dan mama memutuskan untuk pergi berbelanja bekal makanan selama pembantu pulang mudik nanti. Masih semangat jalan kaki seputaran Plaza Pondok Gede dan sesekali terasa dorongan dan perasan ringan dari rahim saya. Ayo…ayo lanjutin terus, ini yang aku tunggu-tunggu… Tapi ternyata hari itu memang belum saatnya. Malam harinya saat suami pergi keluar, saya minta supaya beli jeruk Sunkist yang banyak untuk dibuat jus. Castor oil tidak punya, jus jeruk saja bolehlah dicoba, yang penting efek cuci perutnya sama. Setibanya di rumah suami tidak saja membawa jeruk, tapi juga durian setengah buah. Buat saya semua ujarnya, ckckck.

Selasa pagi pesan BBM dari Bidan Yesie mengatakan bahwa dia akan berangkat ke Jakarta keesokan harinya, dia ada feeling kalau tidak besok ya lusa adik Yusuf bakal lahir. Wah saya dibilang seperti itu malah jadi panik sendiri, apa iya? Saya kok belum merasakan apa-apa? Sementara dalam hati saya juga sangat mengidamkan persalinan itu untuk segera tiba. Agak takut bila Selasa berganti menjadi Rabu, pihak Rumah Sakit X akan menelpon ke rumah atau ke HP untuk menagih janjiku datang untuk induksi. Ya Allah…saya takut beneran.. Tapi rasa takut itu malah memacu saya untuk semangat mencari castor oil di segenap penjuru seller online dan menelpon semua swalayan yang menjual bahan-bahan organic seperti Ranch Market, Food Hall, Total Buah Segar dan lain-lain. Hasil nihil, tapi harapan masih ada. Padahal ternyata manfaat castor oil untuk persalinan memang bagus sekali setelah saya cek di internet. Masyarakat Bali rata-rata akrab dengan manfaat castor oil untuk para ibu hamil yang sudah masuk bulannya. Penggunaan di saat yang tepat akan memberikan efek yang cepat namun alami, tidak seperti rumput Fatima yang lebih banyak mudharatnya dibandingkan manfaatnya. Baiklah, saya belum berjodoh untuk minum castor oil…semoga Tuhan memberikan jalan lain.

Pukul 2 siang saat saya nyaris tertidur melakukan relaksasi hypnobirthing, Bidan Yesie menelpon dan memastikan besok siang akan berangkat, dia akan mengupayakan induksi alami ke saya serta relaksasi juga untuk mempercepat proses. Sembari menunggu selama semalam ini, saya ditugaskan untuk menekan titik-titik akrupesur tertentu, kalau bisa (maaf) bercampur dengan suami, juga makan nanas atau durian (setelah menutup telpon saya langsung makan durian semalam tiga biji, kok ya feeling suami saya dapet sampai membelikan saya durian sebanyak ini). Selain itu Bidan Yesie juga bilang akan sangat bagus sekali kalau saya bisa datang ke Klinik Pro V di Permata Hijau untuk melakukan terapi NTS (Neuro Tendo Stimulation) dengan Suhu Haryanto, efek dan energi saya akan selaras setelahnya. Sayapun sebagai klien yang kooperatif langsung menghubungi Pro V saat itu juga untuk membuat janji di Rabu pagi keesokannya. Ternyata terapis NTS bapak Haryanto tidak berpraktek hari Rabu, hanya Selasa-Kamis.  Entah didorong oleh kekuatan apa, sayapun sore itu berangkat jam setengah 6 sore menuju Pro V, sendirian naik taksi. Nekat memang, tapi rasa cinta yang begitu besar kepada adik Yusuf memang bisa membuatku melakukan apa saja. Alhamdulillah suami tercintaku juga manut-manut saja saat saya pamit pergi dan minta tolong dia jaga Baim. Dia cuma Tanya balik jam berapa Bun? Saya bilang jam 8 Insya Allah.

Pukul setengah 7 malam sampai di Pro V, disambut ibu Lanny Kuswandi yang ramah dan baik luar biasa, saya mendaftar, menumpang Sholat Maghrib, lalu langsung diterapi NTS oleh Suhu Haryanto. Selama diterapi Ibu Lanny selalu mendampingi di dalam ruangan sambil mengecek perut saya, memancing Yusuf bergerak lalu mengelus-elusnya. Terapi selesai dalam 1 jam dan sayapun pulang. Tiba di rumah pukul 21.30 malam, lalu tidur seperti biasa dengan ayah dan Baim.

Rabu jam 01.00 dini hari sembari tidur mulai merasakan perasan-perasan rutin diperut. Hey…mantap sekali efek NTS nya…ayo lagi. Saya sungguh menikmatinya, ini yang sudah ditunggu sejak lama. Pingin sekali mengabari Bidan Yesie tapi ini kan dini hari, dan masih ringan kok rasanya, nanti saja deh… Jam 03.00 saya niatkan bangun untuk sholat Tahajud, lalu duduk di atas bola bersalin. Suami terbangun sebentar, saya bisikkan “udah berasa mules kontraksi Yah…tapi dikit-dikit, enak gak kaya dulu”. Dia tidur lagi, tapi ganti-ganti posisi terus sambil ngomong “ah…udah gak bisa tidur nyenyak kalo begini…”

Jam 03.45 alarm sahur berbunyi, Baim terbangun kaget dan manja minta nenen. Saya pikir biar lebih oke dan cepat kontraksinya saya kasih saja. Nggak tahunya setelah tiga atau 4 hisapan, gelombang rahim yang agak besar datang dan blessss….ketuban saya pecah. Sekarang saatnya bilang “Oow…!” dan mulai panik beneran. Saya lari ke kamar mendi dan mendapati daster saya basah, air ketuban keluar lumayan banyak, jernih tidak kelihatan warna apa-apa. OhTuhan….yang saya takutkan terjadi, saya pecah ketuban duluan, sudah tidak bisa waterbirth dengan optimal lagi deh… Saya langsung menghubungi para Bidan.. Karena panik saya juga menelpon Bu Lanny minta pendapat gimana ya kira-kira dengan Bidan Yesie yang berangkat siang ini apakah masih kekejar? Beliau menyarankan supaya tenang, bed rest dan banyak minum air putih atau Pocari. Beliau akan berusaha datang duluan supaya saya tenang.  Baim langsung diungsikan ke nanny nya. Alhamdulillah semua sangat baik dan menenangkan.

KALA 1 PERSALINAN

Jam 05.00 Tante Pardjo datang, mengelus dan memijat saya. Background musik well being sudah dipasang, lilin aromaterapi sudah dinyalakan. Ruangan gelap, udara subuh segar masuk lewat jendela. Saya disarankan untuk berbaring miring ke kiri. Ruangan ini telah menjadi tenang seperti kuil.

Jam 06.00 Reza Gunawan guru Trauma Healing dan Self healing saya menelpon, berpesan kalau KPD itu standar Rumah Sakitnya adalah bisa bertahan selama 12 jam. Namun bila kondisi kita di rumah, bed rest, minum banyak, dan tenang, ada yang bertahan hingga 3×24 jam. So tenang saja dan selamat ya, ujarnya. Hebat dan positif sekali orang-orang ini, belum lahir saja sudah kasih selamat. Saya beruntung deh pernah belajar sebentar dan memetik ilmu dari mereka.

Jam 07.30 Bidan Yesie mengabari sudah ada di pesawat menuju kesini. Alhamdulillah bisa berangkat dengan jadwal yang lebih cepat, semoga berjodoh dengan Yusuf. Dia menyuruh saya untuk mensterilkan kolam lalu dipompa. “Lho saya bingung, bukannya kalau KPD sudah tidak disarankan waterbirth mba?” Tanya saya. “Kita lihat nanti bagaimana ya, disiapkan saja dulu semuanya”.

Jam 08.00 Ibu Lanny datang, membuat saya jauh lebih percaya diri lagi. Kondisi tenang dan damai sehingga rembesan akhirnya mulai stagnan berhenti, kontraksi juga kembali jarang. Adik Yusuf lagi nungguin bidannya. Ibu Lanny dan Tante Pardjo asyik mengobrol sendiri dengan suara rendah. Suasana kamar saya yang akrab, tenang, membuat definisi waktu jadi bias. Inilah ruang bersalin terbaik di dunia, pikirku. Saya terus rajin melakukan siklus minum-berkemih-minum-berkemih demi terjaganya kuantitas air ketuban yang sudah pecah ini.

Jam 10.00 Bidan Yesie dan asistennya tiba di rumah. Background musik sedang memutar CD Katahati Institute nya Bapak Erbe Sentanu berisi Dzikir Istighfar. Setelah kami bersalaman dan cium pipi, dengan sigap mereka menyiapkan peralatan. Kemudian Bidan Yesie melakukan cek dalam dengan lembut. Alhamdulillah tidak sakit seperti dulu persalinan Baim, saya hanya merasa terdesak. Serviks saya sudah lunak, pembukaan 4, namun kepala Yusuf masih jauh di atas nih… Harus diupayakan induksi alami, mobilisasi dan homeopati. Sayapun disuruh jalan-jalan meski perlahan, duduk di bola bersalin melakukan gerakan pusaran, dan menggoyangkan pinggul (pelvic rocking). Senangnya bisa keluar kamar juga, berjalan-jalan mengitari rumah, bisa melihat keluar jendela, bunga-bunga dan tanaman di luar, nikmat sekali bisa mengambil energi dari alam. Karena merasa saya sudah aman bersama bidan saya, Ibu Lanny minta pamit karena ada urusan lain.

Jam 12 siang saya makan sambil tiduran. Kemudian dilakukan relaksasi hypnobirthing. Saya membujuk Yusuf supaya mau turun dan segera bertemu kita semua, saya puji dia anak pintar dan jenius, dia tahu apa yang harus dilakukan tanpa ada yang mengajari. Kontraksi saya terasa menguat saat saya berada dalam kondisi hypnosis itu, namun dengan otomatis saya bisa menyalurkannya lewat nafas panjang dan dalam, lalu dihembuskan keluar dengan panjang diiringi suara, kadang “aaaah” kadang “omm”, apapun yang saya rasa benar. Saya memilih untuk menikmati setiap kontraksi yang datang daripada harus melawannya. Mama yang sempat mampir untuk melihat kondisi saya jadi bingung, tiap kali kontraksi kok saya malah mendesah J. Bidan bilang cara itu bagus sekali untuk menyimpan energi dengan efisien dibandingkan kalau kita teriak-teriak, tangan mengepal dan nafas memburu. Saat kontraksi berakhir, saya bernafas seperti biasa, bisa mengobrol, mendengarkan para bidan saya bergosip ria, pokoknya terasa seperti di rumah…karena memang saya berada di rumah

Waktu terus berjalan, cek rutin Doppler terus dilakukan, Alhamdulillah detak jantung Yusuf selalu stabil dan kuat, arjuna ku sedang berjuang turun menuju dunia. Namun sepertinya ada sesuatu yang salah, baik saya maupun para bidan menyadarinya. Kontraksi saya ringan sekali, tidak sampai 30 detik durasinya. Sayapun yang mengalami itu merasa aneh, ini rasanya jauh sekali dengan melahirkan anak pertama dulu dengan induksi. Enak, enak sekali, tidak sakit, hanya mulas. Skala 5 dari rentang 1-10. Sedangkan nyeri induksi waktu dulu bisa mencapai 9,5 skalanya. Bidan saya mulai khawatir kontraksi ringan ini tidak cukup efektif membawa bayi saya turun lebih jauh. Saya juga mulai jadi ragu, beneran nggak sih ini sudah benar kontraksinya… Merekapun melakukan induksi alami lebih giat lagi dengan sentuhan-sentuhan dan tekanan di titik tertentu untuk merangsang keluarnya endorphin.

Jam 13.30 saya tidak bisa menahan kantuk, badan sudah mulai lelah terjaga dari dini hari tadi. Sambil duduk di bola bersalin sambil dielus-elus di sana sini oleh 3 orang membuat kepala saya kadang-kadang terjatuh karena ngantuk, persis seperti ketiduran di angkot. Saya minta tidur sebentar, dan bisa! Sambil sesekali kontraksi tetap datang sehingga saya terbangun lagi untuk menggenggam tangan bidan. Baru kali ini saya tahu bahwa kita bisa tertidur di tengah-tengah proses persalinan. Bu Lanny yang sudah selesai urusannya tiba kembali di rumah untuk mendampingi saya, sambil saya tidur itu beliau mengelus tangan saya sambil mensugestikan bahwa bayi akan tetap turun ke bawah, semakin tertidur pulas, tidur yang sehat, bayi terus menuju ke bawah. Lalu kontraksipun datang. Begitu seterusnya.

Entah ada berapa menit atau jam yang terlewatkan, yang saya kurang bisa mengingat ada kejadian apa saja waktu itu. Yang penting saya sungguh mengalami distorsi waktu secara otomatis. Bidan saya secara bergiliran juga beristirahat. Bidan Yesie malah menyempatkan diri untuk meditasi di ruang tamu. Intinya selama itu saya selalu menerima limpahan kasih sayang, diperlakukan layaknya permaisuri, segala bentuk usapan dan belaian dikeluarkan untuk memicu endorfin. Terngianglah kembali suara Michel Odent di kepala saya, lalu saya katakan dengan jelas “yang penting dalam persalinan adalah keluarnya endorfin hingga menekan adrenalin…”

Jam 15.00 saat semua sudah mulai merasa sedikit kepayahan, penuh ketidaktahuan kapan bayi ini lahir, tercetuslah ide dari ibu Lanny untuk melakukan posisi berjongkok sambil bersandar ke bola, lalu melakukan ayunan rutin ke atas dan ke bawah. Saat beliau mencontohkan posisi tersebut, hmm terasa seperti akrobat. Namun setelah saya coba, saya bisa melakukannya, dan enak sekali. Saat pinggang dan bokong mulai pegal saya istirahat sebentar di kursi dingklik untuk kemudian mulai lagi. Tidak disangka ternyata posisi dan gerakan tersebut menurunkan kepala bayi saya jauh lebih cepat dari yang dikira. Saat dilakukan cek dalam ternyata saya sudah bukaan 8 dan kepala sudah tersentuh saat dua ruas jari masuk. “Wow, ini adeknya pintar sekali” kata bidan Yesie. Langsunglah suami saya dikomando untuk segera memasukkan air panas ke dalam kolam yang sebagian sudah diisi air dingin itu. Semua sudah mulai sibuk, sibuk-sibuk bahagia. Bidan Yesie keluar mencari bunga-bungaan untuk dimasukkan ke dalam kolam. Perut saya yang merasakan kondisi bersemangat itu juga turut intens meningkatkan kekuatan perasan dan tekanannya, desahan sayapun semakin kuat hingga suamiku malah tertawa mendengarnya. Jadinya saya akan tetap mengeluarkan bayi di dalam air. Ketuban pecah dini bukan halangan untuk melakukan waterbirth, hanya saja memang tidak bisa masuk air semenjak bukaan 6 seperti kasus-kasus normal. Saya hanya boleh menumpang mengeluarkan bayi saat bukaan lengkap. Selama menunggu pembukaan, saya harus mengelola rasa nyeri kontraksi dengan cara lain di luar kolam. Lagipula nyeri yang saya rasakanpun tidak seberapa ternyata, sungguh. Hanya mulas-mulas seperti ingin buang air. Meski tidak bisa lama-lama di air; proses kelahiran Yusuf akan tetap gentle, bayi akan menyentuh air terlebih dahulu sebelum berkontak dengan udara, transisi yang sungguh lembut. Setelah kolam dan air siap, saya disuruh untuk buang air kecil terlebih dahulu. Buang air kecil sangat penting sebelum kala 2 kelahiran bayi. Kandung kemih yang kosong menghasilkan chakra dasar yang kuat untuk mengeluarkan bayi. Sayapun ke kamar mandi untuk berkemih, saya coba dengan posisi berdiri, namun tidak berhasil mengeluarkan apapun dari kandung kemih ini. Sayapun bertanya dari dalam “Mbaak, kok nggak bisa keluar?”. Bidan Yesie melongok ke dalam sambil menyuruh supaya sambil duduk di kloset. Saya coba, berhasil keluar sedikit. Lalu ketika saya bangit dari kloset, detik itupun datang…

KALA 2 PERSALINAN

Saat saya bangkit dari kloset, ada rasa nyeri hebat yang sebenar-benarnya. Inilah nyeri sesungguhnya. Nyeri karena dorongan sesuatu dengan kekuatan yang begitu besar. Tak kuasa saya mulai berteriak panik karena reflek. Sensasi campur aduk ini sungguh tidak bisa dijelaskan. Bidan Yesie serta merta datang memegang dan memeluk saya. Lagi-lagi, sama saja seperti kejadian saat saya melahirkan anak pertama, kata-kata tidak senonoh itu spontan terlontar dengan keras “Mbak Yesiieee!! FESESNYA MAU KELUAAAARR!!! FESESNYA MAU KELUAAAARRRRR!” Sambil saya menangis. Sekian mili detik saya kembali ke kejadian dua tahun lalu.

“DOKTEEEER SAYA MAU E”*G!!!!”

Lalu kembali ke saat ini dua tahun kemudian, dengan teriakan yang sama nyaringnya, terdengar jelas ke telinga semua orang di ruangan itu.

“MBAAAK  FESESKU MAU KELUAAARRR!”

Melahirkan sungguh tak pernah terasa sopan buatku.

“Nggak apa-apa, biarin keluarkan aja”

Saya mohon maaf kepada segenap pembaca yang budiman, yang terjadi berikutnya seiring satu gelombang besar kala 2 persalinanku adalah : pluk, pluk, di lantai, lalu tetesan darah. Yakin isi colonku sudah bersih, aku berjalan pelan dipapah menuju kolam, kepala Yusuf sudah benar-benar di ujung. Saat panggul sudah terendam dalam air, cesss….rasanya seperti bokong kebakar yang disiram, legaaa sekali. Aku menggerung berulang-ulang seperti mamalia, dalam posisi setengah berjongkok, tangan menyandar ke dinding kolam, mengumpulkan energi untuk aksi berikutnya. Saya bingung sekali karena tubuh saya bekerja sendiri mendorong kepala bayi, tidak ada istilah mengejan apalagi di bawah instruksi. Tak berapa lama kemudian, gelombang pasang berikutnya tiba, dan saya tahu inilah saatnya, saya ikuti gelombang itu dengan raungan panjang dan nyaring “AAAAAAARRRRRRRGH!” seperti ingin menyampaikan kepada dunia bahwa inilah kelahiran anakku. Ada satu titik dimana segenap tubuh ini menyerah dalam otak reptil saya, saya hanya ingin bangkit dan mengaum seperti singa. Kedua bidan saya masih berada di depan saya sebelum akhirnya Mbak Ulya sang asisten yang menjaga di belakang saya berujar keras sambil menunjuk-nunjuk “ibu! Kepala! Kepala!”. Semua bidan beralih ke belakang tubuh saya, menangkap kepala, lalu mengecek posisi bayi, dan mengatakan dia perlu bantuan saya untuk mengejan sekali saja. Saya lakukan itu sekali dengan kuat dan beberapa saat sesudahnya saya dengar tangisan Yusuf dibelakang sana. Wah syahdu sekali, suamiku yang dari tadi selalu ada namun hanya berani mengamati, langsung memegang tangan saya dan mencium saya “Good job, bun”. Saya menangis bahagia. Maulana Yusuf Ghifari lahir pukul setengah empat sore, tepat 30 menit setelah kami semua nyaris resah dan putus asa. That”s exactly how the greatness of Allah SWT works.

KALA 3 PERSALINAN

Pelan-pelan saya membalikkan badan sembari melangkahi tali pusat yang masih terhubung ke dalam perut saya. Saya terima baby Yusuf di tangan, kemudian merasakan cocktail of love seperti yang dikatakan Michel Odent. Kini perang hormon telah usai, tinggal hormon-hormon cinta yang berpadu, entah berapa jenis hormon cinta, saya merasakan semuanya. Badannya begitu mungil, kulitnya masih setengah biru, matanya mengerjap-ngerjap. Mama datang memberi selamat, papa juga, semua larut dalam kebahagiaan di gua privat ini. Lalu saya diajak untuk melahirkan plasenta di luar kolam, saya langsung bisa berjalan keluar kolam menuju tempat tidur sambil mendekap Yusuf di dada saya. Plasenta saya lahir dengan lancar. Pertanyaan saya kepada bidan “Apakah panjang dan ukuran tali pusatku mencukupi syarat untuk dilakukannya Lotus Birth mbak?”. “Oke, bisa ini”. Alhamdulllah keinginanku untuk Lotus Birth terwujud. Selanjutnya, semua kegiatan orang-orang di kamar ini   tak ada artinya lagi. Hanya ada Yusuf dan saya. Bidan Yesie berujar saya perlu dijahit karena ada sedikit robek namun lurus dan rapi karena robeknya di dalam air, posisi kepala Yusuf tadi ternyata posterior, jadi manuver putaran paksi kepala Yusuf untuk mengeluarkan bahu dan seluruh tubuhnya merobek sedikit jalan lahirku. Kubilang silahkan dijahit saja, aku asyik sendiri dengan IMD sekaligus bonding pertama dengan Yusuf. Waktu semakin menjadi distortif. Selama pembukaan berjam-jam tadi aku merasakannya cepat, sedangkan setelah lahir, semuanya seakan berjalan dengan gerak lambat. Bu Lanny (sekarang aku memanggilnya Ibu Peri yang baik hati) berkata “Beneran ya bu Hanita, akhirnya kita sudah menjadi bukti”. Terlalu banyak hal yang menari-nari indah di kepala seperti kaleidoskop, segala usahaku, keteguhan belajarku, kemudian orang-orang hebat ini dengan sendirinya didekatkan oleh Allah kepadaku, lalu sekarang Yusuf lahir lembut dan selamat di dadaku, inilah ecstatic birth. Dengan mengalami sendiri cara Yusuf lahir ke dunia, maka semakin ingin dan semakin besarlah panggilanku. Aku bersedia melakukan apa saja agar wanita lain merasakan hal yang sama, pengalaman yang sama, air mata bahagia yang sama.

Terimakasih ibu Lanny Kuswandi sang ibu Peri, pendampingannya di saat-saat terakhir menjelang persalinan akan selalu saya ingat.

Terimakasih Bidan Yesie yang dari detik pertama sudah sangat sinergis dengan segala prinsip dan keinginan saya, kami mengagumi guru-guru yang sama, membaca artikel-artikel yang sama, kamulah soulmateku di bidang kebidanan, mbak..

Terimakasih Bidan Ulya sang asisten yang lucunya minta ampun, selalu memecah kesunyian dengan humor, namun segera hening kembali memegang erat tangan saya tiap saya memberi kode kontraksi sedang datang.

Terimakasih Tante Pardjo, yang sudah stand by dari sebelum semua muncul, dan stay sampai setelah semuanya pulang untuk mengobservasi perdarahan saya selama 2 jam.

Terimakasih mama papa yang sudah mau menerima konsep-konsep persalinan ini. Membantu menjaga Baim saat saya tidak bisa menjaganya. Rumah dan naungan kalian selama 2 bulan ini sudah membuat semua ini berhasil terjadi.

Terakhir, terimakasih yang sugguh besar untuk suamiku..yang sejak awal sudah sangat mendukung meski tanpa berperan aktif. Cukup dengan mengijinkan saya melahirkan dengan cara saya, pilihan saya, pandangan saya, itu saja sudah sangat besar tak terkira maknanya buat saya dan Yusuf. Dia menerima saya dengan segala keanehan saya, kehausan wawasan serta passion saya yang terkadang merepotkan dan tidak lumrah. Dia yang meski sangat logis dan konvensional namun tak banyak melarang saat saya mengikuti sekian pelatihan pembersihan trauma dan penyembuhan holistik. Dia yang rela kutinggalkan sendiri kesepian demi mengejar keinginanku. Dia yang melangsing karena terlalu sering makan apa adanya, seringkali hanya mie instan. Dia yang dulu terpekik ngeri melihat sekian gambar bayi lotus birth yang “sengaja” saya tayangkan di layar komputernya, kini akhirnya mengijinkan dan menyukai anaknya menjadi satu dari sedikit Lotus Baby yang ada di dunia. Terimakasih ayah, sungguh cintamu tak terkira adanya.

Yes I say it aloud…I will do anything, yes, anything to make other women have this experience, their own ecstatic birth…

PASCA PERSALINAN

Semua begitu mulus dan indah. Tidak ada kata begadang dalam kamus Maulana Yusuf Ghifari, anak ini lahir dengan sangat sadar dan minim trauma. Kondisi saya kuat, lebih baik dari pengalaman sebelumnya. Satu jam setelah bersalin saya BAK sendiri, tidak ada kateter, tidak ada perut diremas-remas paksa untuk mengosongkan urin. Di hari ketiga saya bisa BAB dengan lancar. Perdarahan saya berkurang dengan cepat. Hari keempat nyeri jahitan saya hilang, duduk-bangun-jalan sudah tidak kikuk lagi. Menyusui sama sekali bukan masalah, yusuf menggemuk dengan cepat di minggu pertama hidupnya. Satu-satunya alasan Yusuf bisa menangis kencang sekali setengah mengamuk adalah tak sabar ingin minta nenen. Minumnya Alhamdulillah banyak sekali sampai marah-marah tidak mau ditunda. Lotus Birth berjalan lancar dengan dukungan semuanya. Tidak ada istilah jaundice, karena selain kami melakukan Lotus Birth, cahaya matahari pagi Alhamdulillah juga lagi bagus sekali. Menjemur Yusuf adalah waktu paling favoritku sambil tafakur alam, menikmati hangat matahari, kicauan burung, udara bersih, berada di sini kini. Mama takjub sekali melihat pengaruh Lotus Birth terhadap ketenangan Yusuf, dia barulah memuji saya “Dek…kamu tuh aneh tapi ternyata anehnya bagus dan bermanfaat ya”. Akhirnyaa mamaku bangga punya anak setengah dukun . Baim juga mengerti bahwa sementara ini dia harus jarang bersama bundanya, karena bunbun sedang menyusui adiknya on demand tanpa henti. Rasa sedih sih pasti ada, saat ayah harus kembali ke Riau, kami harus berpisah sementara; atau saat saya sedang kangen sekali sama Baim, lalu dia datang dan memeluk saya kuat dan lama sekali, aah terharu… Nak, Bunbun yakin waktu akan berjalan cepat. Adikmu akan cepat besar dan kuat, kalian akan segera bermain bersama. Kalian akan tumbuh bersama menjadi dua perjaka tampan. Bayangan Bunbun sudah melayang-layang ke beberapa tahun ke depan di mana kita berempat akan melewatkan waktu indah bersama, liburan, petualangan, belajar dan bersenang-senang. Life is good, many sweet things are waiting in front of us…

Bunda sekalian yang selalu dekat di hatiku…hamil dan melahirkan tidak terjadi setiap hari dalam hidup kita. Seumur hidup mungkin hanya dua atau tiga kali. Berikanlah dan curahkanlah yang terbaik untuk diri anda sendiri dan bayi anda. Karena saya, anda, kita semua adalah permaisuri keluarga. Siapapun berhak mendapatkan Gentle Birth/Ecstatic Birth, raihlah dan usahakanlah sebisa mungkin. Saya telah menjadi bukti hidup, dan saya ingin anda semua juga…

Panduan Visual Sebuah Persalinan

Artikel ini saya tulis sebagai pedoman bagi para ibu, ayah bahkan para bidan serta teman sejawat. Semoga bisa bermanfaat.

Persalinan adalah suatu peristiwa yang sangat unik, dan pasti berkesan bagi kehidupan sebuah keluarga. Untuk itu sudah selayaknya proses persalinan memberikan pengalaman yang positif dan indah bagi keluarga tersebut terutama bagi IBU.

Proses persalinan dan kemajuan proses persalinan seringkali di tandai dari seberapa besar dan lebarnya pembukaan jalan lahir (Cervix Dilatation) dan untuk mengetahui pembukaan jalan lahir tentunya seorang bidan atau dokter harus melakukan pemeriksaan dalam atau sering disebut VT (Vagina Thoucher) dan perlu diketahui, proses VT ini sangat tidak menyenangkan dan sangat tidak nyaman bagi ibu, apalagi jika si bidan atau dokter melakukannya dengan sangat kasar. Akan terasa sakit sekali. VT juga tidak boleh dilakukan terlalu sering dalam persalinan apalagi jika ketuban sudah pecah duluan karena ini akan menjadi sumber infeksi.

Pernah tersirat dalam batin saya bagaimana caranya untuk mengetahui kemajuan persalinan tanpa melakukan VT? Karena terus terang VT sangat tidak nyaman bagi si ibu. Dan saya juga pernah mendengar ada seorang bidan di Bali yaitu bidan MIRA (semoga saya bisa bertemu dengannya suatu saat nanti), beliau seorang spiritual midwife yang intuisinya sangat kuat sehingga beliau mampu mengetahui seberapa lebar pembukaan yang terjadi pada ibu bersalin tanpa melakukan VT (hebat bukan?).

Akhirnya saya mulai terdorong untuk melakukan pengamatan pada ibu bersalin yang saya tolong maupun yang ada di RS. Juga saya coba untuk mewawancarai beberapa bidan senior tentang apa dan bagaimana body language dari ibu bersalin, dan saya coba analisa bagaimana korelasinya dengan kemajuan pembukaan persalinan.

Nah kita akan belajar dulu mengenali definisi dari persalinan

– Dalam Persalinan /inpartu = keadaan dimana saat kontraksi terjadi secara teratur dan dengan intensitas yang semakin lama semakin kuat, dimana kontraksi ini bias menlebarkan atau membuka leher rahim. Ini biasanya terjadi setelah pembukaan 3-4 cm. kontraksi yang terjadi sebelumnya (jarang, tidak terlalu intens) akan dianggap sebagai tanda awal persalinan (fase laten) atau jika terjadi di minggu terakhir kehamilan sering dianggap kontraksi palsu. Namun saya kurang suka menyebutnya sebagai kontraksi palsu, karena bagi saya setiap kontraksi memeilki tujuan bahkan jika itu hanya untuk menarik perhatian ibu kepada bayinya

– Lendir darah (Gloppies)– sebuah istilah untuk menunjukkan bahwa si ibu sudah mengeluarkan lendir berdarah sedikit atau bahkan banyak. Lendir darah dapat dimulai sejak sebelum persalinan atau sebelum terjadi pembukaan dan ini bisa juga berlangsung hingga proses persalinan berlangsung. Gumpalan besar lendir dan darah yang khas (Merah darah dan pekat) biasanya ada pada pembukaan sekitar 6-8 cm. Jika Anda melihat ini dan Anda tidak melakukan VT, ini akan menjadi waktu yang tepat untuk mempertimbangkan datang ke rumah sakit, rumah bersalin atau ke bidan praktek swasta. Atau jika anda memilih homebirth inilah waktu yang tepat untuk menyiapkan segala perlengkapan dan peralatan yang anda butuhkan nanti.

Sikap dan Tingkah Laku

Seorang wanita yang berada di awal persalinan dapat agak cerewet. Artinya dia masih bisa tersenyum, tertawa, ngerumpi atau ngobrol. Namun ketika memasuki fase aktif yaitu lebih dari 5 cm atau bahkan 6 cm biasanya mereka mulai berubah menjadi pendiam, focus pada tubuhnya bahkan kadang menjadi sangat emosional.

Berbeda dengan klien yang sudah sering melakukan relaksasi hypnobirthing atau pada saat itu dilakukan pendampingan persalinan dengan hypnobirthing, biasanya ibu yang berasa dalam konsisi hypnosisi akan tetap nyaman dan tenang hingga pembukaan 6-7 cm bahkan karena dia sering berlatih klien bisa tetap tenang dan santai hingga pembukaan lengkap.

 

 

Memang akan terasa agak sulit menentukan pembukaan jika hanya dilihat dari tingkah laku klien karena sikap dan tingkah laku klien dalam menghadapi persalinan sangatlah bervariasi. Bagi ibu yang sudah siap secara fisik, mental dan spiritual apalagi dia sangat rajin melatih dirinya melakukan relaksasi hypnobirthing biasanya akan menunjukkan sikap yang tenang, ceria bahkan tetap tersenyum dan tertawa sampai pembukaan lengkap. Namun bagi klien yang tidak pernah melakukan latihan relaksasi hypnobirthing apalagi mereka yang belum siap untuk melahirkan, akan menunjukkan sikap yang sangat dramatis sekali. Seperti mulai menangis, merengek , mengeluh, menjerit, atau bahkan tidak mau bergerak sama sekali.

Dan bagi klien yang cengeng bisa dipastikan akan memakan waktu lebih lama untuk masuk ke persalinan aktif, karena seperti kita ketahui ketika klien mulai cemas, takut, menangis dan khawatir maka yang terjadi adalah pembukaan serviks justru akan melambat bahkan terhenti saat itu juga.

Sebagian besar pola lebih khas dari persalinan adalah klien yang masih mampu-ke-berkomunikasi biasanya pembukaannya sekitar 0-4 cm sedangkan yang sudah mulai tidak bisa berkomunikasi adalah pembukaan setelah 4 cm hingga lengkap.

Seorang ibu di awal persalinan cenderung tersenyum, cerewet, dan bersemangat. Saya sering melihat ibu di awal persalinan cekikikan dengan kontraksi pertama, dan mengatakan (dengan senyum di wajahnya) berapa menyatakan mereka merasa sakit! Saat ia berkembang menjadi persalinan fase aktif (secara kasar dari dilatasi 4-7 cm, meskipun hal ini dapat bervariasi banyak), dia menjadi lebih serius. Dia tidak ingin tertawa dan mengobrol selama atau antara kontraksi. Dia menjadi sangat fokus pada setiap kontraksi dan menarik napas panjang ketika melewati fase  itu. Menjelang akhir persalinan atau pembukaan hampir lengkap (masa transisi), dia kesulitan memutuskan apa yang dia inginkan. Pertama dia terlalu panas, lalu terlalu dingin, kemudian ia ingin kembali dielus-elus, tapi kadang dia tidak ingin disentuh. Dia mungkin membentak orang-orang yang mencoba untuk membantu, atau meminta musik dimatikan atau kamera disingkirkan. Dia mungkin menangis, berteriak, atau mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukannya lagi, tidak kuat, atau tidak tahan lagi. Ini adalah tanda-tanda yang baik bahwa fase mendorong/mengejan sudah dekat.

Anda dapat mengamati ibu akan gemetar tak terkendali tidak lama sebelum dorongan mendorong dimulai. Pipi memerah biasanya muncul pada sekitar pelebaran 6 sentimeter. Sebuah tanda bahwa mendorong dekat adalah ketika ibu tanpa sengaja memiliki “menangkap” napas atau tahan napas sebentar selama kontraksi.

 

Scent / aroma khas

Scent /aroma adalah cara lain untuk mengatakan di mana seorang wanita dalam persalinan. Beberapa bidan bisa mencium aroma khas pada ibu yang akan melahirkan dan berada dalam fase aktif, aroma ini sangat samar dan ini adalah “petunjuk kuno”. Aroma ini bias saja hanya tercium sekilas lalu lenyap lagi.

Perasaan ingin Poop

Tekanan yang terjadi pada rectal akan menimbulkan perasaan “ingin mendorong” tanpa tanda-tanda spontan mendorong. Sang ibu akan melaporkan ingin BAB.  Hal ini sering datang pada pembukaan sekitar 6 sentimeter, begitu bayi turun di jalan lahir. Ini juga dapat terasa terus-menerus apabila posisi bayi posterior. Namun ketika ibu merasakan hal ini, usahakan untuk mengajak dan menotivasi dia mengambil nafas panjang dan menahannya. Tenang saja ketika si ibu benar-benar sudah pembukaan lengkap, dorongan untuk poop tersebut tidak akan mampu dia tahan. Jika si ibu masih bisa menahan dorongan tersebut, ajaklah dia sambil berkomunikasi dengan janin dan memvisualisasikan kepala atau bagian terendah janin membuka jalan lahir lebih mudah dan lancar.

Muncul Garis ungu.

Gembala, dkk, dalam penelitiannya di : http://www.biomedcentral.com/1471-2393/10/54 mempelajari sebuah ‘garis ungu’ yang dilaporkan naik dari batas anus, memperluas antara bokong saat persalinan berlangsung dan pembukaan berjalan. Para peneliti menegaskan bahwa ada korelasi positif antara panjang dan dilatasi serviks / stasiun kepala janin. Penelitian Gembala juga di konfirmasi oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh LANCET dalam : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/014067369090600A dengan temuan serupa. Sementara penelitian tambahan diperlukan, bukti bersifat anekdot para bidan tradisional menunjukkan bahwa metode ini telah lama digunakan untuk menilai kemajuan persalinan tanpa melakukan VT atau pemeriksaan dalam.

Nah semoga artikel ini bermanfaat sehingga kita sebagai bidan atau dokter tak perlu sering-sering melakukan VT atau pemeriksaan dalam, karena itu sangat tidak nyaman bagi si ibu.

Salam hangat

Bidan Kita