Sudah lama saya ingin menulis dan berbagi ilmu tentang Lotus Birth. Sejak tahun 2007 saya belajar tentang Lotusbirth dan Waterbirth. Bali..yach di Bali saya bertemu dengan ibu Robin Lim dan Brenda yang akhirnya memberi saya inspirasi tentang bagaimana seharusnya ibu bersalin dan bayi baru lahir diperlakukan. Lotus Birth / Nonseverance umbilical Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah membiarkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh (jadi setelah bayi lahir, tali pusat tidak dilakukan pengekleman dan setelah plasenta lahir, plasenta beserta talipusatnya dibiarkan saja hingga nanti saatnya puput.) Segera setelah bayi lahir ada sebuah proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami pada plasenta (sisi maternal) dalam 10-20 menit pasca persalinan.
Dalam lotus birth plasenta dibiarkan dan Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir. Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sampai saat ini di Indonesia baru BALI (Yayasan Bumi Bali Sehat, Nyuh Kuning, Ubud, BALI) yang sudah menerapkan Lotus birth. Lotus birth memungkinkan terjadinya proses bonding attachment antara ibu dan bayi, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.
Gambaran mekanismenya adalah, Sementara segera setelah bayi lahir penolong persalinan langsung melakukan penilaian APGAR Score, membersihkan /menghisap lendir dan mengeringkan tubuh bayi (kecuali kaki dan tangan), lalu melakukan IMD (inisiasi Menyusu Dini) peran ayah disini adalah ayah/pendamping persalinan menjadi bayi dan membantu melakukan rangsangan putting susu atau melakuakn pemijatan di beberapa titik di tubuh si ibu untuk merangsang oksitosin alami keluar sehingga membantu mencegah pendarahan dan membantu pelepasan plasenta. Hanya dengan memegang tali pusat, penolong mencoba untuk melakukan penegangan tali pusat terkendali untuk menilai apakah plasenta udah lepas atau belum. sedangkan prosedur yang lebih lanjut ditunda terlebih dahulu sampai satu jam setelah melahirkan.
Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan untuk menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai mengering serta tidak berbau busuk.
Garam laut sering digunakan untuk mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan lavender juga digunakan untuk tambahan antibacterial. Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan. Sampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai adanya kehilangan berat badan bayi dan penyakit kuning karena tindakan Lotus Birth.
Referensi mengenai Lotus Birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, serta Kristen dan Yahudi. Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan anak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan mengering secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-orang Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam pohon diatas kuburan plasenta tersebut. Berbicara tentang budaya, di Bali memiliki berbagai tradisi dan ritual mengenai proses kelahiran. Setiap kelahiran membawa cerita yang baru dan berbeda untuk dijadikan sebuah pelajaran. Setiap wanita menyanyikan lagu kelahiran sendiri untuk bayinya. Ada banyak sukacita dan perayaan pada saat kelahiran. Para peneliti kebidanan di Bali mempraktekkan pendekatan hands-off yaitu praktek yang meminimalisir intervensi yang dilakukan terhadap ibu hal tersebut memungkinkan seorang ibu untuk mampu meyakinkan dirinya dengan didukung oleh suami atau anggota keluarganya, dengan terus-menerus menentramkan hati bahwa ia mampu melahirkan bayinya dengan tubuhnya yang sebenarnya telah dirancang untuk mampu melahirkan secara alami. Setiap anak Hindu lahir, orang-orang bali menyanyikan mantra gayatri untuk menyambut kelahiran bayi ke dunia. Seperti halnya orang muslim menyambut kelahiran bayi dengan pujian kepada Allah SWT. Selain menyayikan mantra gayatri, aspek kelahiran yang indah dan menyentuh yang dilakukan orang Bali adalah Lotus Birth. Ini adalah ketika tali pusat utuh setelah lahir dari satu jam sampai beberapa hari. Bayi dan plasenta tetap satu unit sampai orang tua memutuskan untuk memotong tali pusatnya. Tali pusat merupakan organ tubuh bayi, dan pemotongan secara tiba-tiba dapat mengejutkan bayi secara fisik, dan emosi, oleh karena itu dilakukan Lotus Birth. Lotus Birth juga merupakan cara agar ibu dan bayi untuk beristirahat bersama-sama, skin-to-skin kontak, menyusui dan bonding attachment, sejak bayi bergerak. Salah satu cara yang kadang-kadang dilakukan untuk memisahkan plasenta dari bayi adalah dengan cara pembakaran tali pusat (burning cord). Menurut kepercayaan orang Bali, pembakaran tali pusat menarik semua energi daya hidup dari plasenta ke bayi, sehingga memungkinkan bayi untuk merasa lengkap walaupun kehilangan organ penting. Selama proses pembakaran tali pusat orang Bali tetap menyanyikan mantra gayatri sampai tali pusat habis dibakar. Setelah lepas plasenta kemudian segera diambil oleh ayah untuk dikubur di halaman rumah keluarga, sehingga anak akan selalu dapat menemukan cara atau jalan ke rumah keluarga tersebut. Praktek penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat serta burning cord selain di Bali juga dilakukan di BidanKita yang mana setiap persalinan selalu dilakukan penundaan pengekleman dan pemotongan talipusat atau burning cord tentunya sebelumnya selalu ada informed coice dan inform consent nya ke klien dan keluarga. Penghormatan terhadap integritas pikiran, jasmani dan rohani dari ibu dan bayi, adalah penting untuk perdamaian di bumi. Bila hal tersebut dillakukan maka akan memperkuat kasih sayang yang sangat diperlukan untuk manusia bertahan hidup.
Mengapa Lotus Birth? Setiap ibu memiliki alasan sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
1. Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. 100% menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal)
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan TIDAK terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam.
Langkah dilakukannya Lotus Birth.
Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :
1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup angkat tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu.
4. Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan tepuk-tepuk sampai kering.
6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.
7. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan garam pada bagian plasenta.
8. Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
9. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
10. bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
11. Meminimalisir pergerakan bayi.
Pastinya seru kan?
Coba dan rasakan manfaatnya
Salam hangat
BidanKita