Studi Kasus
Masih berkisar tentang Pre Eklampsia, Eklampsia
saya ingin menuliskan sebuah kasus:
Kasus:
Seorang wanita berusia 25 tahun datang ke klinik pada usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan sakit kepala dan sakit perut. Dia menyatakan bahwa gejala ini mulai 5 hari yang lalu dan telah memburuk.
Tanda vital pasien penting untuk tekanan darah 175/95 mmHg. Pada pemeriksaan fisik, nyeri timbul pada palpasi keempat kuadran, khususnya kuadran kanan atas. Dipstick urin menunjukkan 3+ protein. Pasien dirawat di rumah sakit dan mulai menggunakan magnesium magnesium sulfat dan labetalol IV. Lima jam setelah perawatan ini dimulai, dia mengalami kejang.
Contoh Kasus Yang Terjadi Dilapangan
Oke, ini adalah contoh kasus yang terjadi di lapangan. Namun sebelumnya kembali saya mengingatkan Anda tentang apa itu Hipertensi, pre Eklampsia, dan Eklampsia:
Hipertensi kronis (> 140/90 mmHg)
- Riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan atau sebelum 20 minggu kehamilan
- Cenderung bertahan setelah kehamilan
Hipertensi gestasional (> 140/90 mmHg)
- Tidak ada riwayat hipertensi
- Hipertensi yang berkembang selama kehamilan biasanya setelah kehamilan 20 minggu
- Biasanya kembali ke hingga 6 minggu postpartum
- Lebih sering terjadi pada kehamilan kembar dan kembar tiga
Preeklampsia
- Klasik: hipertensi + proteinuria
- Dari catatan hipertensi gestasional adalah hipertensi onset baru setelah 20 minggu kehamilan tetapi TIDAK memiliki proteinuria atau tanda / gejala preeklampsia lainnya
- Tidak ada bukti yang mendukung pengobatan hipertensi gestasional ringan sampai sedang
- Jika proteinuria tidak ada, diagnosis dapat dibuat jika ada hipertensi dan timbulnya salah satu dari yang berikut ini:
- trombositopenia (kurang dari 100.000 / mikroliter)
- Kreatinin serum lebih besar dari 1,1 mg / dL atau dua kali lipat kreatinin serum tanpa adanya penyakit ginjal
- Peningkatan transaminase hati (ganda)
- Edema paru
- Gejala otak atau visual
Eklampsia
preeklampsia + kejang
Sindrom HELLP
- Bentuk preeklampsia dengan Hemolisis, LFT Tinggi, Trombosit Rendah
- Harus dibedakan dari trombositopenia gestasional di mana trombosit turun drastis tetapi jarang di bawah 80, tidak menimbulkan risiko bagi ibu atau janin, dan sembuh secara spontan setelah lahir
Faktor risiko
- hipertensi yang sudah ada sebelumnya
- nulliparity
- usia ibu <20 tahun,> 35 tahun
- diabetes
- penyakit ginjal kronis
- gangguan autoimun
- Biasanya terjadi dari usia kehamilan 20 minggu hingga 6 minggu pascapersalinan
- jika gejalanya terjadi sebelum 20 minggu pikirkan kehamilan molar
Gejala
- sakit kepala
- penglihatan kabur
- sakit perut
- pertambahan berat badan (retensi air)
- Pemeriksaan fisik
- hipertensi
- preeklamsia ringan => 140/90
- preeklampsia berat => 160/110
- edema wajah dan ekstremitas
- mentasi yang diubah
- hiperrefleksia
Sindrom HELLP adalah gangguan organ hati dan darah yang terjadi pada kehamilan. Sindrom ini sering dikaitkan dengan preeklampsia. Sindrom HELLP dapat mengancam nyawa dan biasanya terjadi setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu.
Sindrom HELLP merupakan singkatan dari Hemolisis (H) yaitu kerusakan sel darah merah, Elevated liver enzyms (EL) yaitu peningkatan produksi enzim hati akibat gangguan pada sel hati dan Low Platelet (LP) yaitu jumlah platelet atau trombosit yang terlalu rendah, sehingga mengganggu proses pembekuan darah.
Kenali Gejala yang Beragam
Faktor risiko ibu hamil mengalami sindrom HELLP, yaitu berusia diatas 34 tahun, hamil bayi kembar, atau memiliki keluarga yang pernah mengalami sindrom HELLP.
Terlebih jika ibu hamil menderita kondisi medis tertentu seperti obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit ginjal atau ada masalah dengan pengentalan darah. Selain itu, 1 dari 10 ibu hamil yang mengalami preeklampsia memiliki kemungkinan terkena Sindrom HELLP.
Gejala dari sindrom HELLP terbilang beragam pada tiap orang dan tidak terlalu spesifik, sehingga terkadang sulit dilakukan diagnosa. Gejala yang dapat timbul seperti:
- rasa lelah,
- sakit kepala,
- sakit perut terutama ulu hati atau bagian kanan atas,
- mual, muntah selama kehamilan.
Beberapa gejala lain dari sindrom HELLP termasuk pembengkakan di tangan, tungkai, atau wajah, kenaikan berat badan yang berlebihan dan tiba-tiba, perdarahan spontan tanpa pencetus, mengalami gangguan pencernaan, penglihatan terganggu, dan sakit saat bernapas juga dirasakan. Sebaiknya segera konsultasi ke dokter jika ibu hamil menunjukkan gejala-gejala tersebut.
Penanganan Sindrom HELLP
Jika gejala sindrom HELLP dirasakan, penting untuk segera berkonsultasi ke dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat. Umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes urine untuk melihat kebocoran protein, dan tes darah untuk mengevaluasi fungsi hati serta jumlah trombosit. Selain itu, ada kemungkinan perlu dilakukan MRI untuk melihat kondisi kesehatan secara menyeluruh.
Jika hasil pemeriksaan menandakan bahwa Anda menderita sindrom HELLP, mengakhiri (terminasi) kehamilan dengan konsekuensi melahirkan bayi secara prematur merupakan salah satu cara yang mungkin dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi serius yang bisa membahayakan kondisi ibu dan bayi.
Namun jika usia kehamilan masih kurang dari 34 minggu, langkah medis yang akan dilakukan dokter sebelum memutuskan terminasi kehamilan dilakukan, meliputi:
Tirah baring (bed rest) dan perawatan di rumah sakit agar kesehatan ibu dan janin dapat terpantau dengan baik.
Transfusi darah, dalam hal ini transfusi trombosit, untuk pasien sindrom HELLP dengan jumlah trombosit yang terlalu rendah dan berisiko menimbulkan perdarahan.
Pemberian obat kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi sebelum lahir agar dapat berfungsi dengan baik setelah lahir.
Pemberian magnesium sulfat guna mencegah terjadinya eklampsia
Pemberian obat penurun tekanan darah.
Pemantauan dan evaluasi kemungkinan adanya kondisi gawat janin
Jika Anda pernah mengalami sindrom HELLP, risiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan di masa mendatang akan lebih tinggi. Pastikan dokter yang menangani Anda mengetahui seluruh riwayat kesehatan dan kehamilan Anda.
Sindrom HELLP tergolong kondisi yang berbahaya bagi ibu hamil dan membutuhkan penanganan yang cepat. Jangan segan untuk segera konsultasi dokter mengenai keluhan apapun yang dirasakan saat hamil.