Lelaki Pejuang Kami
Well setelah lama sibuk dengan baby and toodler, akhirnya berkesampatan untuk menuliskan sepenggal cerita tentang kelahiran lelaki pejuang kedua kami.
Lets start the story.. Story about love, miracle, patience and blessing..
Saya selalu percaya bahwa setiap wanita tercipta dengan sempurna, karena merekalah yang akan mengemban tugas mulia sebagai seorang ibu.. Mengandung, melahirkan, menyusui, mendidik dengan cinta kasih adalah naluri yg paling alamiah yang dimiliki oleh setiap wanita.
Yaahhh,, hal apalagi yang paling membahagiakan bagi wanita selain mengetahui dirinya tengah hamil buah cintanya? Begitupun dengan yang saya rasakan, sangat bersyukur Sang Pencipta mendengar doa kami. Kehamilan di waktu yang tepat, pas sekali bertepatan saat anak pertama kami berumur 3 tahun. Banyak orang bertanya apakah ini sengaja diprogram? Iyaa, Tuhanlah yang memprogramnya (saya tidak KB selama ini).
Kehamilan dinikmati dengan bersyukur dan bersuka cita tiap hari. Mulai belajar lagi, membaca lagi, browsing lagi dan lagi lagi rajin mengintip web Bidan Kita (www.bidankita.com) . Tapi kehamilan kedua bukanlah tanpa kendala karena sudah berpengalaman, ternyata setiap anak membawa karakter masing-masing bahkan saat masih berada dalam kandungan. Morning sickness, Ngidam makanan, kaki kram, bahkan sempat flek saya rasakan dikehamilan kedua ini, yang tidak saya rasakan dikehamilan pertama.
Masuk trimester ke dua saya bersyukur dipertemukan dengan bidan idola saya sejak hamil pertama, sayang saat itu kami belum berjodoh, Bu Yesie Aprillia empunya Bidan Kita. Wiihhh rasanya senang sekali bisa ikut kelas salsa untuk ibu hamil dan sejak saat itu saya mulai rajin mengikuti prenatal yoga (uk 25week), ilmu yang saya dapatkan sangat luar biasa bahkan bukan sekedar ilmu tapi banyak teman sesama ibu hamil bisa sharing bersama yang akhirnya sekarang tergabung dalam sebuah komunitas #laskargentlebirth.
Yoga, latihan nafas, relaksasi dan afirmasi ke bayi terus saya lakukan, salah satu yang selalu saya bisikkan ke bayi saya adalah “adek pinter, sehat, kuat.. lahirlah disaat yang tepat dan cara yang hebat”. Dan anak saya mendengarnya, dia memilih untuk lahir di usia kandungan tepat 37 minggu.
Diawali dengan gelombang cinta yang datang dini hari Selasa 19 April 2016, namun masih belum cukup intens jadi saya memutuskan untuk lanjut tidur (walaupun sesekali terbangun merasakan gelombang cintanya).
Pagi harinya bangun tidur duduk diatas gymball sambil bergoyang, lalu tetap beraktifitas mengantar si kakak sekolah dan lanjut ke studio balance meski harus absen mengikuti yoga (hanya mengambil kaos baru seragam Laskar Gentle Birth).
Siang hari gelombang cinta mulai intens dan mulai mengecek koper berisi keperluan persalinan sambil terus bergoyang diatas gymball (ini salah satu cara membantu janin turun dan release rasa tidaknyaman dipinggang).
Sore harinya gelombang cinta mulai merapat dan bersiap ke RS untuk cek bukaan..ternyata baru bukaan 2, dan kami putuskan mengantar si kakak ke rumah eyangnya dulu, makan malam, dan keliling jogja untuk mengulur waktu.
Pukul 23.00 wib kembali kerumah sakit masih bukaan 3 juga,, duduk di gymball sambil nonton film, jika gelombang cinta datang suami stand by memijat dan menelus daerah sekitar tulang ekor.
Di sela-sela gelombang cinta tetap saya usahakan tidur sambil membayangkan bunga mawar yang akan merekah walaupun serig terbangun dan banyak minum tentunya. Sekitar pukul 5 pagi gelombang cinta semakin terasa nikmat, cek bukaan ternyata bukaan 5 dan servik sudah lunak. Kami meng iyakan untuk pindah ke vk dengan harapan segera bertemu dengan si pejuang kecil kami.
Tahap demi tahap kami lewati dengan berpegangan tangan, berpelukan, suami terus mengingatkan untuk mengatur nafas dan senyum seperti kata bu Yesie (ternyata dia mengingat dan menyimak setiap kata dari bu Yesie sewaktu ikut kelas salsa). “ikuti iramanya, anak hebat lahir dari ibu yang hebat” hahaa kata-kata ini yang sampai sekarang masih terngiang ditelinga saya dan sukses membuat terharu.
Jam 8 pagi sayup-sayup dari ruang Bersalin saya mendengar suara Arsen (anak pertama sy) memanggil “bunda mana..bunda..” rasanya nyeessss dihati dan saat itu pula terasa mak pyoookkkk!!!! Ketubannya pecah, wuhh rasanya lega (mengingat persalinan pertama dulu sangat cepat setelah pecah ketuban).
Mungkin si adek menunggu kakaknya dulu..hehe, dan benar saja rasa ingin mengejan tak tertahankan namun masih harus dikontrol karena pembukaan serviks belum lengkap.
Sambil atur nafas, fokus diperut akhirnya tanggal 20 April 2016 jam 09.00wib PRUCUUUTT!!! Si jagoan kecil meluncur dengan tenang, calm, tidak nangis heboh (hanya meringik saja) dan tanpa dipotong tali pusarnya (masih menyatu dengan plasenta didalam perut) kami bertemu untuk pertama kalinya. Beribu-ribu syukur kami panjatkan, memulai imd dan bisa dcc (delayed cord clamping) alhamdulillah semua berkat niat, usaha dan keyakinan serta doa dari semua. Dan diwaktu itu saya merasa naik kelas, menyandang status baru sebagai ibu dari 2 orang anak jagoan nan gentle Arsen dan Arrazqa.
Terimakasih Tuhan telah menciptakan saya sebagi seorang wanita, sebagai seorang ibu.. Semoga amanat mulia ini dapat saya emban denga baik selama saya hidup. Terimakasih anak-anakku yang pintar dan bisa diajak kerjasama.
Terimakasih suamiku atas cinta dan kesabaran mendampingi setiap proses persalinan,, you’re my best doula. Terimakasih Bu Yesie Aprillia atas inspirasi, semangat, ilmu dan suggest terhebat dan terkeren hingga proses melahirkan dapat saya lalui dengan gentle, minim trauma dan minim intervensi. Terimakasih ibu-ibu #LaskarGentleBirth yg selalu #empoweredtoempower semoga kita bisa menyebarkan virus cinta ini sehingga banyak bayi yang lahir dengan cinta..
So, singkirkan paradigma bahwa melahirkan=sakit, ganti dengan midset baru bahwa melahirkan itu = BAHAGIA, melahirkan = tugas MULIA
Best regards
Wieka (Mrs. Chandra Yulist, bunda for Arsen n Arrazqa)
terimakasih artikel nya, sangat bermanfaat untuk para bunda yang harap-harap cemas menjalang HPL.
apalagi HPL anak pertama dan belum punya pengalaman sama sekali,
jadi nya cari-2 info di website ini.
lebih baik lahiran di RS atau klink bidan ya ?
Walaupun saya di Bandung tapi saya rajin membaca ilmu-ilmu dari Ibu Yessi. Semoga nanti saya juga bisa melahirkan nyaman, tenang dan menyenangkan seperti Ibu-ibu pejuang Gentle Birth. Terima kasih Ibu Yessi semoga sehat dan sukses selalu.
trimakasih