Delayed cord clamping adalah praktek penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat dimana tali pusat tidak dijepit atau dipootong sampai setelah denyutan berhenti, atau sampai setelah plasenta lahir seluruhnya. Saat ini semakin banyak orang tua yang memilih penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat untuk bayi mereka, sementara beberapa orang juga sudah mulai ingin lotus birth. (1)
Membiarkan tali pusat setelah bayi lahir itu adalah normal, dan penjepitan tali pusat setelah bayi lahir sebenarnya adalah intervensi bedah dalam proses kelahiran normal. Sehingga harusnya tindakan pengekleman tali pusat segera setelah bayi lahir itu didiskusikan dengan keluarga. Namun dengan adanya aturan seperti “management aktif kala” SC maka penundaan pengekleman tali pusat semakin jarang dilakukan. Namun jika Anda mengetahui keuntungan penundaan pengekleman tali pusat dan mengetahui keuntungan dari penundaan pengekleman tali pusat pada bayi Anda, saya yakin Anda akan memilih untuk memberikan yang terbaik untuk bayi Anda.
Saat ini banyak bukti kuat dan berdasarkan penelitian ilmiah yang terpercaya bahwa pengekleman dan pemotongan tali pusat segera setelah lahir bisa bahaya untuk bayi Anda. Sedangkan penundaan pengekleman tali pusat banyak keuntungannya.
MANFAAT PENUNDAAN PENGEKLEMAN TALI PUSAT
Manfaat penundaan penjepitan tali pusat untuk bayi termasuk masih diberinya kesempatan untuk darah merah, sel-sel batang dan sel-sel kekebalan untuk ditransisi ke tubuh bayi di luar rahim. Dan untuk ibu, dengan dengan menunda penjepitan tali pusat ternyata bisa mengurangi komplikasi seperti perdarahan (1)
Dr Judith Mercer adalah seorang ahli terkemuka dan peneliti yang telah meneliti dan mempunyai bukti mengenai manfaat penundaan penjepitan talipusat baik untuk bayi aterm maupun bayi prematur. Dengan review nya dari literatur yang tersedia menunjukkan bahwa penjepitan tali pusat yang tertunda dapat membuat kadar hematokrit yang lebih tinggi, transportasi oksigen lebih optimal dan aliran sel darah merah yang lebih tinggi ke organ vital, anemia bayi berkurang dan meningkatkan durasi menyusui. Mercer dkk juga telah meneliti manfaat pentingnya penundaan penjepitan talipusat untuk memaksimalkan volume darah untuk masa ytransisi janin ke masa neonatal (2) (3)
Volume darah
Sebelum lahir, bayi dan plasenta berbagi suplai darah dan darah yang beredar ini terpisah dengan ibu. Selama di dalam rahim, plasenta dan tali pusar bayi yang menyediakan oksigen, nutrisi dan membersihkan limbah. Selama kehidupan janin di rahim, organ bayi hanya perlu darah dalam aliran kecil sementara plasenta melakukan peran sebagai paru-paru, usus ginjal, dan hati untuk bayi. Inilah sebabnya mengapa aliran yang mengandung darah tersirkulasi dalam waktu-waktu tertentu (4)
Segera setelah lahir, tali plasenta berdenyut untuk menyediakan oksigen dan nutrisi penting, dan mulai untuk memberikan darah ke bayi. transfer darah Ini disebut transfusi plasenta dan merupakan bagian penting dari proses kelahiran.
Transfusi plasenta adalah sistem yang menyediakan bayi sel darah merah, sel induk dan sel-sel kekebalan tubuh. Penundaan pengekleman tali pusar akan memungkinkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan transfusi plasenta, memastikan kadar oksigen dan volume darah yang aman pada bayi (4)
Masa Transisi Janin-ke-neonatal
Pada saat proses kelahiran, tambahan volume darah yang berada di dalam plasenta diperlukan untuk masa transisi janin-ke-neonatal. Transfusi plasenta mengirimkan ‘pernapasan’ ini ke bayi, untuk mempersiapkan dan mendukung organ-organ janin untuk masa transisi ke proses bernapas ‘dewasa’ dan sirkulasi paru bukan lagi sirkulasi plasental. Plasenta ini juga menyediakan jumlah sel darah merah yang cukup untuk kemudian mengangkut oksigenke seluruh tubuh bayi. (5)
Untuk paru-paru janin ketika beralih dari organ yang ‘berisi cairan’ untuk melakukan pertukaran gas, Output jantung bayi ke paru-paru sekarang harus langsung berubah menjadi 50% (selama hidup janin di rahim darah dikirim dari jantung bayi, hanya 8%). perfusi darah Ini membantu untuk memperluas kantung udara, cairan bening dari paru-paru dan menjaga volume paru-paru lebih luas.
Ketika tali pusat masih berdenyut, bayi menerima volume darah ekstra dan transisi lembut ke pernapasan. Peningkatan aliran darah ke dalam paru-paru terjadi, tanpa mengorbankan aliran darah ke organ-organ lain. Penundaan penjepitan tali pusar dapat memastikan bayi memiliki pasokan darah yang cukup untuk masa transisi janin-ke-neonatal. (4) (5)
Cara Menunda Pengekleman Tali Pusar
Pada kelahiran normal, penundaan pengekleman tali pusat dilakukan hingga tali pusat berhenti berdenyut bahkan beberapa praktek tidak melakukan pengekleman bahkan pemotongan tali pusat hingga tali pusat puput sendiri ini yang disebut Lotus birth
Anda bisa membaca di link:
Begitu bayi mulai bernapas dan mencapai volume sirkulasi darah normal, tali pusar akan berhenti berdenyut (tali piusar akan tampak putih dan lembek). Hal ini dapat memakan waktu sekitar 3 sampai 7 menit untuk bayi melakukan transisi dan untuk membentuk volume darah normal dalam tubuhnya secara fisiologis, tetapi proses ini dapat memakan waktu lebih lama untuk beberapa bayi. (5)
Dalam operasi caesar, ‘keterlambatan’ dalam menjepit tali pusar sebenarnya juga dapat dilakukan (kecuali dalam kasus di mana ada sayatan atau kerusakan pada plasenta). Beberapa praktisi dapat memilih untuk tunggu 40 detik atau lebih sebelum menjepit. Dan bahkan dalam operasi SC, bisa juga dilakukan lotus birth dimana plasenta dibiarkan terus hingga puput sendiri. Di Indonesia ini baru dilakukan di sebagian kecil RS. Dan inipun oleh dokter tertentu (6)
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan “waktu yang optimal untuk menjepit tali pusar untuk semua bayi tanpa memandang usia kehamilan atau berat badan janin adalah ketika sirkulasi atau denyutan di tali pusar telah berhenti, dan tali pusar ini datar dan pulseless (sekitar 3 menit atau lebih setelah lahir) “(7).
RISIKO DARI PENJEPITAN tali pusat SEGERA SETELAH LAHIR
Untuk beberapa dekade, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir akan mengganggu fisiologi normal, anatomi dan proses kelahiran.
Dr Mercer menegaskan praktek penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dikembangkan tanpa memperhatikan kebutuhan bayi dan dapat menyebabkan volume darah bayi bervariasi 25% sampai 40%. “padahal penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dapat menghambat proses transisi yang sukses dan memberikan kontribusi terhadap kerusakan hipovolemik, volume darah rendah, kekurangan oksigen dan hipoksia pada bayi baru lahir terutama bayi yang rentan (premature, asfiksia, BBLR). “(2)
Penelitian telah menunjukkan bahwa penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dapat mengakibatkan kadar zat besi yang lebih rendah pada bayi sampai 6 bulan setelah lahir. Meskipun tidak semua implikasi dari status besi berkurang dipahami, defisiensi zat besi pada beberapa bulan pertama kehidupan berhubungan dengan keterlambatan perkembangan saraf, terutama pada syaraf yang dapat ireversibel. (8)
penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir dapat menimbulkan komplikasi bagi ibu juga. Ada beberapa bukti yang mengatakan bahwa praktek penjepitan talipusar langsung atau segera setelah bayi lahir meningkatkan risiko perdarahan pasca melahirkan dan retensi plasenta oleh engorging plasenta dengan darah bayi. Hal ini membuat lebih sulit bagi rahim berkontraksi dan melepaskan plasenta. Pada beberapa perempuan, perdarahan feto-maternal dapat meningkatkan kemungkinan serius seperti masalah ketidakcocokan darah (rhesus) di kehamilan berikutnya.
Pengekleman Tali Pusar dan bayi baru lahir yang rentan (Resiko tinggi)
Ketika talipusar dijepit, volume darah dalam bayi yang baru lahir adalah tetap. (4) beberapa bayi, normal dan sehat serta bertahan dengan pengekleman tali pusar di awal kelahiran, namun beberapa bayi yang lahir prematur akibat pengekleman awal maka volume darah dalam tubuhnya menjadi sangat rendah. Volume darah yang rendah (hipovolemia) dapat disebabkan oleh kompresi pada tali pusar, lilitan tali pusar yang ketat, bayi besar yang meremas sangat ketat dan distosia bahu.
Di rumah sakit prosedur menjepit dan memotong talipusat segera setelah bayi laih menjadi prosedur tetap apalagi pada kasus bayi dengan asfiksia (kekurangan oksigen) mereka serta merta langsung memotong talipusat, memisahkan bayi dengan ibunya dan membawa bayi ke permukaan yang datar untuk dilakukan resusitasi. Padahal hal ini bisa saja berakibat fatal. Perlu diketahui bahwa ketika bayi baru lahir justru plasenta adalah “dewa penolong” karena setelah lahir tali pusat masih terus berdenyut mengirimkan oksigen ke tubuh bayi. Ketika tali pusat di potong dan Jika bayi bertahan hidup, volume darah rendah dapat berarti darah harus dikorbankan dari organ lain untuk mempertahankan paru-paru, dan kerusakan organ adalah hasilnya (bisa ringan sampai kerusakan otak parah) (4)
RISIKO DARI PENUNDAAN PENGEKLEMAN TALIPUSAT?
Sedangkan untuk risiko dengan klem tertunda, Mercer menemukan bahwa untuk bayi prematur tidak ada resiko. Kekhawatiran adanya polycythemia atau hiperbilirubinemia tidak ditemukan. (3) Saat ini disarankan bahwa penundaan pengekleman tali pusar tidak aman untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV. penjepitan dan “memerah” darah dari bayi merupakan praktek standar dalam upaya untuk meminimalkan risiko penularan – namun Van Rheenen menyatakan tidak ada bukti biologis yang membuktikan bahwa penjepitan tali pusar yang tertunda dapat meningkatkan risiko partikel HIV ditransfer ke bayi. (9)
RINGKASAN
Hindarilah melakukan Penjepitan tali pusar segera setelah lahir karena akan mengganggu proses kelahiran normal. Karena tali pusar tersebut masih berdenyut dan masih memasok oksigen, nutrisi ke bayi serta mendukung masa transisi bayi ke kehidupan di luar rahim.
Penundaan pemotongan tali pusar banyak manfaat bagi bayi yang baru lahir termasuk jumlah sel-sel darah merah, sel induk dan sel kekebalan pada saat lahir yang lebih tinggi. Dan Pada bayi prematur Penundaan pemotongan tali pusar dapat memberikan dukungan hidup yang penting, memulihkan volume darah dan melindungi terhadap kerusakan organ, cedera otak bahkan kematian.
References
(1) Buckley, S.J. “Leaving Well Enough Alone: Natural Perspectives on the Third Stage of Labor” , Gentle Birth, Gentle Mothering: A Doctor”s Guide to Natural Childbirth and Gentle Early Parenting Choices (2009) New York: Celestial Arts
(2) Mercer J. Current best evidence: a review of the literature on umbilical cord clamping. J Midwifery Womens Health2001 Nov-Dec;46(6):402-14
(3) Mercer, J. et al, Delayed Cord Clamping in Very Preterm Infants Reduces the Incidence of Intraventricular Hemorrhage and Late-Onset Sepsis: A Randomized, Controlled Trial. Pediatrics Vol. 117 No. 4 April 1, 2006 pp. 1235 -1242 (doi: 10.1542/peds.2005-1706)
(4) Mercer, J. Skovgaard, R. & Erickson-Owens, D. “Fetal to neonatal transition: first, do no harm”, Normal Childbirth: Evidence and Debate second edition (2008) edited by Downe, S. pp149-174
(5) Mercer, J. Skovgaard R. Neonatal transitional physiology: a new paradigm. J Perinat Neonatal Nurs.2002 Mar;15(4):56-75. Review
(6) Hutchon, D. BSc, MB, ChB, FRCOG, Guideline for the management of Caesarean Section deliveries. Found athttp://www.hutchon.net/NFMMSIG/cordclamp.htm
(7) WHO information sheet: “Optimal timing of umbilical cord clamping,” Essential delivery care practices for maternal and newborn health and nutrition. Found at http://amro.who.int/English/AD/FCH/CA/Delivery_care_practices.pdf
(8) Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (UK) Opinion Paper, Clamping of the Umbilical Cord and Placental Transfusion. (2009) Found at http://www.rcog.org.uk/clamping-umbilical-cord-and-placental-transfusion
(9) Van Rheenen, P. “Effect of Timing of Cord Clamping on Neonatal Venous”, The Role of Delayed Umbilical Cord Clamping to Control Infant Anaemia in Resource-Poor Settings. (2007) Rozenberg Publishers pp 151-158