**ilustrasi gambar di ambil dari : http://web.uni-plovdiv.bg/stu1104541018/docs/res/skandalakis’%20surgical%20anatomy%20-%202004/Chapter%2026_%20Female%20Genital%20System.htm
“Kemaren kamu di Jahit berapa?”
“Sobek gak?”
“Vagina kamu di gunting (episiotomy) tidak kemarin ?”
Ketiga pertanyaan diatas dan pertanyaan dengan model serupa yang intinya mempertanyakan keutuhan vagina kepada seseorang yang baru saja melahirkan adalah pertanyaan favorit yang selalu saja ada dan terucap saat mengunjungi atau membesuk ibu yang baru saja melahirkan.
Dan akhirnya ini membuat sayapun menjadi tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang perineum yang robek saat melahirkan.
Berawal dari kisah persalinan Michelle (Golden peliharaan saya) yang saya bidan-i, si Michelle melahirkan pertama kali dengan 8 ekor anak, dan setahun kemudian 11 ekor anak, dan semua saya yang mbidani, dan semua tidak ada yang robek di vaginanya si Michelle. Bahkan si Shandy (Yorkshire) kesayangan saya pun tidak robek vaginanya ketika melahirkan ketiga anaknya.
Anda bisa melihat proses nya di sini:
mungkin Anda berkomentar seperti ini :
“ih kok menyamakan diri dengan Anjing sich?!”
Ya..memang, terkadang kita harus belajar dari mamalia lain.
Dari proses persalinan mereka lalu muncul pertanyaan di benak saya. Saya Yakin Tuhan mendesain sempurna tubuh kita dan organnya, tetapi kenapa hewan hewan tersebut rata rata kalau melahirkan tidak robek vaginanya sedangkan manusia? Kalau tidak robek alami ya sengaja di robek! Berarti ada yang salah donk? Nah dimana salahnya?
Dan di Bidan Kita sering sekali klien kami tidak mengalami robekan saat melahirkan, dan salah satu yang menarik adalah proses persalinan klien saya yang kebetulan Bule, warga negara Australia yang memilih melahirkan di rumah dengan pendampingan saya saat itu.
Namanya Kai…suaminya namanya Mark, ini adalah kehamilan kedua mereka. Persalinan pertama berlangsung normal, homebirth, juga di Australia sana. Namun persalinan pertama tidak terlalu lancar, prosesnya berlangsung lama dan panjang. Walaupun tidak menimbulkan atau menyisakan trauma, namun harapannya saat mengikuti kelas di Bidan Kita adalah, persalinan kedua ini akan jauh lebih nyaman dibanding sebelumnya.
Kai sedang tugas belajar disini, di UGM. Dia tinggal di Bantul bersama Ayahnya yangkebetulan adalah konsultan bangunan untuk bencana alam, ya mereka keluarga yang unik, pemahaman dan filosofi mereka senada dengan saya. Dimana mereka percaya bahwa Tuhan tidak pernah salah saat merancang tubuh manusia, sehingga melahirkan normal pasti kita sebagai wanita bisa!
Tanggal 09-09 setelah saya selesai dengan kisah persalinan darurat di mushola
Bisa Anda baca di sini: https://www.bidankita.com/?q=article/melahirkan-darurat
Sorenya saya mampir ke rumahnya Kai untuk melihat keadaannya karena Whatsap terakhir yang dia kirim ke saya mengisyaratkan bahwa kontraksi sudah mulai sering dia rasakan.
Ya…namun “it”s to early” ..jadi sayapun kembali ke rumah, sambil mempersiapkan semua alat alat yang sekiranya saya perlukan kelak.
Esok harinya kembali saya mampir ke rumahnya untuk meletakkan seperangkat alat satu koper besar beserta satu tabung oksigen kecil, hanya “just in case” jika ternyata memang diperlukan. Saat itu saya sudah lumayan ayem dan tenang karena temannya Kai namanya Jessie (namanya sama) seorang bidan juga dari Australia datang untuk menemani sebagai Doula di hari H nanti. Sehingga di dalam hati saya sudah semakin tenang, seandainya Kai tidak berjodoh dengan saya paling tidak sudah ada bidan yang menanganinya, lagian Kai “pun seorang bidan.
Ya…ternyata bayi itu “Paham tentang pentingnya ANTRI” Tangal 13 September pagi hari saat saya hendak mengikuti pelatihan Yoga Therapy di Studio Yoga Balance di Jogja. Jam 08;30 WIB saya sudah harus berada di studio. Nah setelah duduk sesaat kemudian cipika cipiki dengan beberapa peserta lain dari berbagai daerah, tiba tiba saya inget Kai, dan sesaat kemudian “ting” ada WA masuk dan itu adalah WA dari kai yang mengabarkan bahwa kontraksinya sudah mulai intens, sejak jam 08:00 WIB barusan. Langsung saat itu saya ijin kepada panitia untuk tidak mengikurti kelas hari pertama, karena saya harus segera meluncur ke rumahnya Kai.
Sesampai disana saya dapati Kai sedang berlutut sambil berpelukan dengan Mark suaminya, sambil mengatur nafas dan bergumam dan visualisasi, saat itu Kai sama sekali tidak mau saya periksa dalam, jadi saya hanya “meraba raba” dalam hati saja dan mulai berusaha menajamkan intuisi saya, paling tidak supaya saya tau kapan Kai harus masuk ke ruangan persalinannya (saat itu posisinya di ruang tengah)…sambil saya kompres tengkuk dan dahinya menggunakan ramuan essential oil untuk persalinan :
Clary Sage 4-8 tetes Jasmine 4 tetes Lavender 4 tetes Air es
Berulang saya kompres dahinya, dan berulang dia hirup aroma Clary Sage dan itu membuat kontraksinya semakin intens dan bagus.
Hanya butuh waktu 1 jam saat itu, saya merasakan energi yang berubah… suara kai berubah…gerakan tubuhnya berubah….dan akhirnya saya “intip” anusnya dan benar saja….dia sudah pembukaan lengkap. Alhasil segera kami pindah ke kamar , ruang persalinan-nya Kai.
Jongkok adalah posisi yang paling nyaman untuk nya.
Tugas kami hanya memandu-nya untuk tetap fokus di nafas nya dan mengingatkan untuk relaks.
Hingga beberapa saat kemudian, secara reflek tangan kai memegang vaginanya, ya….kepala sudah mulai crowning…
Lalu kami bersama sama memegang kepala tersebut…(tangan saya, tangan mark, dan tangannya Kai) dari situ kami bisa merasakan “penyatuan/connectivitas” yang luar biasa. Tubuh Kai tau kapan tubuhnya harus mengejan, seberapa kuat atau kencang hejanan yang dilakukan, dan seberapa panjang nafas yang dia perlukan untuk itu. …ya hingga akhirnya Cahaya Lahir.
Seorang bayi mungil, lucu, bermata biru lahir dengan sangat mulus tanpa menyisakan robekan sedikitpun pada vagina bundanya. Walaupun berat tubuhnya 3,5 kg.
Wow!!! Hebat!
Nah ada hal yang menarik di kisah persalinan Kai, dan akan saya bahas disini. Namun sebelumnya saya akan mencoba membahas satu persatu, tentang beberapa faktor yang menyebabkan perineum robek saat melahirkan:
Mind Set
Ya Mind set!
Inilah dasyatnya pikiran bawah sadar. Sedari dulu kita sudah dicekoki sebuah pernyataan atau paradigma bahwa melahirkan itu harus sakit, melahirkan itu pasti sobek, kalau kita angkat pantat saat melahirkan pasti vagina robek, vagina harus di robek untuk melebarkan jalan lahir, dll yang intinya seolah olah Tuhan begitu bodoh dan ceroboh saat menciptakan tubuh seorang wanita sehingga butuh intervensi atau tindakan untuk menyempurnakannya.
Bahkan seperti di awal kalimat dalam artikel ini, pertanyaan “robek kagak?, di jahit berapa?” itu seolah olah menjadi pertanyaan primadona dalam setiap percakapan yang menyangkut tentang kelahiran dan persalinan.
Hingga kadang dalam hati saya berfikir, mungkin bisa jadi peristiwa robeknya perineum itu disebabkan karena tanpa sadar kita selalu mensugesti diri sendiri bahwa perineum kita PASTI akan robek saat proses persalinan.
Lalau kenapa Anjing, kucing, kambing tidak pernah mengalami robekan perineum ya? Bisa jadi karena mereka mungkin tidak pernah ngerumpi tentang robekan perineum ya hahahahah…
Nafas
Ya nafas memang memegang peranan yang sangat penting bahkan bisa dibilang INTI dalam proses persalinan. Banyak yang tidak menyadari tentang pentingnya nafas ini, padahal ketika Anda menguasai nafas, maka And apasti bisa mengusai pikiran dan tubuh Anda.
Inialah kata kata dari BKS Iyengar yang menjadi pedoman saya dan menyadarkan saya bahwa nafas itu penting
“Mind is the King of the Sense”
“and the Breath is The King of The Mind”
BKS Iyengar-
Artinya bahwa ketika kita menguasai nafas, maka pikiran kita, dan seluruh indera dan tubuh kita dapat kita kuasai.
Makanan
Ya Makanan!
“you are what you eat” kata Deepak Chopra dalam bukunya dan memang apapun yang kita makan sangat berpengaruh kepada tubuh kita bahkan pada jaringan dan sel dalam tubuh, kulit dan otot kita termasuk perineum.
Memang belum banyak penelitian yang memperkuat apini saya ini, namun yang saya amati adalah para ibu hamil yang selama masa kehamilan sering makan makanan Junk Food, Mie, bakso dan makanan yang banyak mengandung MGS, dan kurang serat, maka rata rata perineumnya begitu rapuh sekali, sehingga mudah sekali untuk robek.
Dorongan, pengendalian diri & keterhubungan /penyatuan
Seperti cerita persalinan Kai…Anda bisa membayangkan bagaimana dia sangat terhubung dengan tubuh, pikiran dan hatinya juga nafasnya sehingga Kai tau kapan dia harus mengejan, kapan dia harus berhenti mengejan, dia tahu kapan dan saat seperti apa kepala bayi terlalu cepat keluar sehingga dia tahu kapan dia harus “menge-rem” laju kepala bayinya .
Ya ketika seorang ibu diijinkan untuk memegang kepala bayinya saat kepala bayinya mulai keluar di bibir vagina, disitulah terjadi sebuah konektivitas yang luar biasa.
Namun sayangnya sebagian besar di layanan kesehatan (kecuali di Bidan Kita) ketika tangan sang ibu secara reflek hendak menyentuh vaginyanya, biasanya para bidan dan dokter segera menapis dan melarang ibu tersebut untuk memegang kepala bayinya sendiri. Sehingga kapan dan seberapa kuat dorongan, hejanan tiba tiba di ambil alih oleh Nakes saat itu.
Dan saat itulah seorang ibu mulai “terputus” dengan tubuhnya sendiri.
Ya…beruntung saya sudah kenal gentle birth sejak dulu, sehingga proses persalinan terjadi dengan alami sebagaimana mestinya terjadi.
Intervensi
Setelah mendalami gentle birth dan juga belajar dari proses persalinan Michele dan Shandy…ya kembali saya tahu bahwa pentingnya “Hands Off” dalam proses persalinan.
Karena seringkali kita lihat dimana tangan kita (nakes) selalu berusaha melakukan intervensi dengan proses alamiah yang dilakukan tubuh dan alam semesta.
SABAR itu kunci…
Yang sabar bukan hanya sang ibu sebagai pelaku persalinan, tapi juga sang bidan dan sang dokter yang di daulat untuk menjadi pendamping persalinan alami.
Fisik yang tidak Siap
Ya persiapan fisik memang sangat penting dan memegang peranan yang penting sekali dalam proses robek atau tidaknya perineum.
Di jaman nenek kita dahulu mungkin kejadian episiotomy dan robekan perineum sangatlah sedikit, ya karena secara fisik mereka sudah siap. Tiap hari jalan kaki minimal 1 KM, tanpa alas kaki, dengan kondisi jalan yang penuh bebatuan, naik turun gunung, kepasar jualan sayur, masih juga ngonthel (naek sepeda) kesana kemari, dan berkegiatan sepanjang hari.
Nah sedangkan Anda?
Jangankan jalan kaki 1 KM, mau ke toko kelontong yang jaraknya hanya 300 meter aja minta di anterin suami pakai mobil atau motor.
Jangankan itu, memindah channel televisi yang berjarak 1-2 meter dari tempat duduk Anda saja menggunakan remote.
Ya benar!
Tehnologi memanjakan tubuh Anda sehingga tanpa disadari tubuh Anda sama sekali tidak siap.
YOGA adalah jawabannya, Kegel excercise adalah versi mudahnya. dan perineum massage adalah upaya lainnya :
Nah semoga dari uraian cerita dan kisah ini , Anda menjadi semakin sadar bahwa Anda harus mempersiapkan segalanya demi pengalaman persalinan yang indah dan menyenangkan
Mari berdayakan Diri
Salam hangat
Yesie