Proses persalinan merupakan pengalaman mental yang luar biasa dan tidak mungkin dilupakan atau terlupakan. Ini terbukti ketika Anda coba bertanya kepada ibu Anda bahkan Nenek Anda tentang sejarah atau kisah persalinan mereka. Mereka akan dengan detail mampu menceritakan dan menggambarkan tentang pengalaman melahirkannya. Apalagi ketika mereka mengalami trauma atau mengalami sesuatu yang sangat berkesan baik dalam konteks positif maupun negatif. Sehingg seringkali saat Anda bertanya tentang kisah persalinan mereka justru Anda akan mendapatkan wejangan-wejangan khusus dari mereka berkaitan dengan proses tersebut.
Untuk itulah maka sangat penting bagi anda untuk mempersiapkan mental dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan nanti. Ada beberapa sikap dasar yang harus Anda miliki sebagai calon ibu.
1. Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind)
Dari semua aspek dalam proses persalinan yang terjadi pada setiap orang, pengalaman persalinan Anda adalah milik Anda sendiri yang mana pengalaman persalinan Anda tentu saja berbeda dengan pengalaman persalinan ibu yang lain. Bahkan pengalaman persalinan Anda yang pertama tidak akan sama dengan pengalaman persalinan Anda yang kedua atau seterusnya. Dan pengalaman persalinan tersebut bisa saja berbeda dengan apa yang Anda baca, Anda lihat di TV maupun video. Persalinan Anda adalah unik. Jadi pemikiran inilah yang harus mengawali dan menjadi dasar dalam pikiran dan hati Anda. Sehingga jangan sampai anda mengandalkan rumus “KATANYA”, yaitu katanya si A begini……, lalu katanya si B begitu…. dan seterusnya. Ingat Anda harus mengingat bahwa persalinan setiap manusia itu berbeda karena manusia itu unik.
Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind) hampir sama dengan pikiran tidak tahu atau “don”t know mind”. Kita tahu bahwa selama proses kehamilan terkadang kita menemui beberapa kejadian yang tidak di harapkan. Contohnya ketika Anda melakukan test laboratorium ditemukan bahwa Anda menderita anemia atau sesuatu yang lebih serius misalnya mengidap virus CMV (Cytomegalovirus). Atau mungkin tiba-tiba di umur kehamilan 32 minggu posisi janin Anda menjadi sungsang, dimana hal ini memungkinkan sebuah jawaban yang tidak diharapkan ketika muncul pertanyaan bagaimana cara bayi Anda dilahirkan nanti. Seringkali kejutan demi kejutan terjadi pada saat proses persalinan dan kejutan tersebut terkadang tidak dapat Anda hindari, contohnya jika tiba-tiba selaput ketuban Anda pecah dan Anda mengalami Ketuban Pecah Dini, atau kejutan yang Anda alami saat tiba-tiba Anda merasa ingin mengejan padahal belum pembukaan lengkap
Pikiran awal atau beginner mind membuat kita lebih siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam persalinan nanti, dimana dalam pikiran ini kita dapat menyadari harapan dan harapan kita akan proses persalinan tanpa harus terpaku kaku dengan harapan-harapan tersebut, apalagi terobsesi. Dalam arti bahwa ketika Anda sudah mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya maka saat persalinan adalah waktunya untuk pasrah, ikhlas dan tenang.
2. Tidak menghakimi (Non-Judging)
“Pasti bakalan terasa sakit sekali!”
“Sepertinya aku tidak bakalan kuat menahan rasa sakit yang katanya orang benar-benar luarbiasa!”
“Aku terlalu gemuk, pasti aku kesulitan saat melahirkan nanti”
Apa yang kita pikirkan seringkali merupakan reaksi dari pengalaman hidup kita yang lalu. Kita bisa saja dengan mudah dan cepat menghakimi atau menilai sesuatu apakah itu sebagai hal yang baik atau buruk ketika kita menemukan bahwa itu menyenangkan atau menyakitkan. Dan beberapa kalimat di atas adalah kalimat-kalimat penilaian dan penghakiman terhadap diri sendiri yang seringkali ada di dalam pikiran dan hari Anda.
Ketika pemikiran tentang penghakiman atau penilaian tersebut terus ada dalam hati dan pikiran Anda, maka hal ini akan sangat berdampak hingga proses post partum (paska melahirkan) nanti, dimana ini justru membuat Anda berpotensial menderita depresi post partum. Karena dengan adanya pemikian tersebut bisa saja Anda selalu menyalahkan diri Anda atas beberapa kejadian yang mungkin saja tidak mengenakkan dan menyakitnyan yang Anda alami.
Bunda Fathya adalah seorang ibu yang mempunyai masalah berat badan berlebihan sejak sebelum dia hamil. Ketika dia melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan Kita, sejak awal dia sangat khawatir dengan kondisinya karena menyadari bahwa badannya besar dia menilai bahwa dia tidak bakalan bisa melahirkan secara normal alami, karena tubuhnya yang besar tersebut bisa saja membuat kesulitan demi kesulitan terjadi saat proses persalinan. Saat itu saya sangat maklum dengan apa yang dirasakan bunda Fathya. Karena memang berat badannya hampir mencapai 95 kg di usia kehamilan 20 minggu. Namun saat itu bunda Fathya saya ajak untuk mengikuti kelas persiapan persalinan dengan program balance gentle birth di klinik Bidan Kita. Selain belajar untuk lebih tenang dan optimis, bunda Fathya juga saya motivasi untuk rajin melakukan prenatal yoga. Sehingga tulang belakang dan kakinya kuat serta pinggulnya lebih lebar. Ketika berada di kelas prenatal yoga untuk pertama kalinya, memang bunda Fathya lumayan minder karena tubuhnya yang paling besar diantara ibu yang lain dan gerakannya paling kaku dan sulit di banding ibu yang lain. Namun saat itu semua ibu-ibu dan saya menyemangati bunda Fathya sehingga muncul dalam pikirannya bahwa dia lebih percaya diri, dan menganggap bahwa kondisi tubuhnya ini adalah sebuah kesempatan dan peluang serta tantangan untuk berlatih lagi dan lagi. Hingga akhirnya bunda Fathya bisa melahirkan dengan normal dan lancar padahal berat badan bayinya cukup besar.
Nah untuk itu, ketika Anda hamil, jangan pernah menghakimi diri sendiri dan seolah-olah memberikan sugesti negatif kepada diri sendiri dengan menilai dan menghakimi.
3. Sabar (Patience)
Sabar adalah modal utama dalam proses kehamilan dan dan persalinan. Dan melalui proses ini jugalah saya belajar banyak tentang arti kesabaran.
Sabar adalah ketika Anda harus menunggu tanda-tanda persalinan datang padahal hari perkiraan lahir sudah terlewati dan semua orang sudah menayakan kepada Anda tentang kapan Anda melahirkan.
Sabar adalah ketika Anda harus menunggu selama 40 minggu bahkan lebih untuk bertemu dengan buah hati Anda
Sabar adalah ketika pembukaan berjalan begitu lambat dan terasa tidak nyaman
Sabar adalah ketika Anda merasakan kontraksi demi kontraksi yang tak kunjung usai.
Ya sabar, sabar dan sabar adalah hal pokok yang harus dimiliki seorang calon ibu, calon bapak juga oleh bidan maupun dokter. Saya seringkali menggambarkan bahwa sabar adalah ketika saya harus mengawasi, mengobservasi dan menunggu. Dimana saya harus bersabar untuk tidak melakukan intervensi yang tidak perlu ketika pembukaan klien tidak sesuai dengan teori yang ada. Dimana saya harus bersabar untuk tidak memberikan induksi ketika hari perkiraan lahir sudah terlampaui.
Dan saya selalu mengatakan kepada klien saya bahwa sabar adalah pelajaran yang di dapat dalam proses persalinan, karena jika Anda tidak sabar, bagaimana dengan pola pengasuhan kelak, karena ketika Anda sudah memasuki fase pengasuhan anak, sabar adalah modal utama untuk menjadi orangtua yang baik.
Kesabaran memang sederhana tetapi tidak mudah. di budaya Jawa, nenek kami selalu mengatakan bahwa “kabeh bayi bakalan metu nek uwis sangate” artinya adalah bayi akan lahir ketika sudah tiba saatnya. Saatnya siapa? Ya saatnya dia sudah diap untuk di lahirkan dan Tuhan sudah menghendaki bayi itu untuk dilahirkan. Bukan kehendak manusia tetapi kehendak Sang Kuasa. bagi saya filosofi dalam budaya Jawa ini sangat dalam artinya. Seringkali dalam kenyataan hidup ini calon orangtua bahkan para provider tidak sabar untuk menanti “sangate/saat-nya” tersebut. Sehingga seringkali akibat rasa tidak sabaran inilah maka muncul rasa takut, muncul rasa khawatir, muncul rasa tidak percaya kepada tubuh dan bayi, dan akibatnya berbagai intervensi yang sebenarnya tidak perlu di lakukan. Dimana satu intervensi akan menimbulkan munculnya intervensi berikutnya dan berikutnya lagi.
4. Tidak Kejar Target
Proses kelahiran, kematian adalah rahasia Sang Pencipta. Dan ini akan terjadi ketika Dia menghendakinya. Artinya bahwa seharusnya tidak ada kata-kata death line di dalam proses persalinan. Kita tahu bahwa ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang untuk membantu Anda dan saya, untuk memudahkan Anda dan saya dalam menjalani dan mendampingi proses persalinan. Sebagai contoh penggunaan rumus Neagle dalam penentuan hari perkiraan lahir, atau USG untuk menentukan umur kehamilan dan hari perkiraan lahir. Semua tehnologi dan ilmu tersebut bertujuan untuk mempersiapkan Anda dan saya supaya lebih “aware” atau lebih waspada kapan sekiranya bayi Anda akan dilahirkan. Namun kenyataannya seringkali justru Hari Perkiraan Lahir dianggap sebagai harga mati dalam persalinan dimana jika hari perkiraan lahir tersebut terlampaui maka berbagai intervensi dilakukan agar sang bayi segera lahir, tidak perduli apakah tubuh ibu sudah siap atau belum, atau apakah bayi memang sudah siap untuk dilahirkan atau belum. Tanpa melihat pola menstruasi sang ibu yang lalu atau pola konsepsi yang terjadi HPL jadi harga mati. Sehingga seringkali intervensi yang tidak perlu terjadi karena mental “kejar target/kejar death line ” ini.
Tidak hanya itu saja, ketika masuk dalam proses persalinanpun seringkali provider menetapkan tentang target pembukaan. Dimana pembukaan haruslah berjalan sekian jam. Namun ketika pembukaan berjalan dengan sedikit lebih lambat, dan tidak sesuai dengan tabel grafik atau pedoman yang mereka pakai, maka tanpa melihat akar masalah dari pembukaan yang melambat tersebut, provider langsung melakukan berbagai intervensi untuk mengejar target pembukaan.
Nah pertanyaan yang perlu di renungkan adalah:
Di dalam teori dan penelitian dikatakan bahwa setelah pembukaan 5 cm, maka pembukaan akan meningkat satu sentimeter tiap jam-nya. Jadi misalnya pembukaan lima terjadi di pukul 18;00 maka pukul 23;00 pembukaan harusnya sudah lengkap.
Nah dari teori dan penelitian tersebut, apakah bisa diterapkan kepada semua wanita bersalin di muka bumi ini? Tentu saja tidak! Karena proses kelahiran tidak bisa di atur jam nya. Namun yang terjadi adalah seringkali teori dan hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai standart operating procedur (SPO) yang membuat provider seolah-olah memperlakukan seorang ibu bersalin seperti “robot yang melahirkan”.
Nah apa yang terjadi jika perilaku kejar target ini Anda miliki saat proses persalinan?
Dimana setiap saat Anda melihat jam dinding untuk menghitung sekiranya berapa lama Anda akan menjalani proses persalinan ini, yang barangkali terasa tidak nyaman bagi Anda? Lalu perasaan apa yang akan Alami jika ternyata target waktu yang sudah ditentukan tersebut terlampaui, misalnya didalam teori dikatakan bahwa proses persalinan untuk ibu yang pertama kali bersalin adalah sekitar 18 sampai 24 jam. Namun apa yang terjadi atau yang Anda rasakan jika ternyata 24 jam tersebut sudah terlewati dan ternyata proses pembukaan masih berlangsung lama? Bukankah itu justru akan menghambat proses karena justru Anda menjadi stres dan semakin cemas dan khawatir?
5. Percaya diri (Trust)
Belajar untuk “mendengarkan” tubuh belajar untuk memercayai tubuh adalah elemen kunci dalam keberhasilan sebuah persalinan alami. Ketika mind set Anda menyatakan bahwa tubuh seorang wanita di ciptakan untuk melahirkan alami, maka Anda akan mampu menjalani proses persalinan tersebut walaupun mungkin proses tersebut begitu tidak nyaman atau bahkan menyakitkan. Namun sebaliknya jika di dalam diri Anda tidak percaya diri, maka Andapun tidak akan mampu melewati masa-masa itu dengan baik.
Percaya kepada kekuatan tubuh, percaya pada kekuatan bayi Anda dan tentunya percaya kepada Nya bahwa Anda diciptakan untuk melahirkan alami dijaman ini memang bukan sesuatu yang mudah namun harus Anda lakukan untuk mencapai Gentle Birth.
6. Pengakuan dan penerimaan (Acknowledgment)
Beberapa tahun yang lalu sebelum hamil, Bunda Sari mengalami kecelakaan mobil yang serius yang menyebabkan tulang panggulnya sedikit mengalami cidera atau retak sedangkan sendi atau engsel yang menghubungkan panggul dengan tulang pahanya bergeser bahkan terlepas. Pemulihan yang dia lakukan cukup lama. Setelah kondisinya pulis, satu tahun kemudian bunda Sari hamil. Dan dia ingin sekali melahirkan normal alami tanpa intervensi medis.
Berbagai upaya dia lakukan, mulai dari mencari dokter kandungan yang “pro normal” kemudian menceritakan apa yang dia alami. Namun sang dokter sangat fokus dengan kondisi tulang panggul dan paha pada bunda Sari. Lalu di usia 32 minggu, ternyata posisi janinnya sungsang. Dan itu membuat sang dokter tidak mengijinkan bunda Sari untuk melahirkan secara normal alami.
Mengerti bahwa dia kecewa dan marah dengan kondisi dirinya sendiri, maka bunda Sari mencoba melakukan action. Dia menjelajahi internet, dia bertanya kepada suami dan teman-temannya. Dia mencoba untuk melakukan Yoga, tai chi, Hypnobirthing dan visualisasi supaya posisi bayinya kembali ke posisi kepala. Saat itu bunda Sari sangat tidak ingin melahirkan secara sesar. Dan akhirnya bunda Sari semakin rajin untuk mencoba membangun koneksi atau hubungan dengan tubuhnya dan bayinya. Di usia kehamilannya yang menginjak 35 minggu saat itu, ternyata sang bayi tetap saja berada dalam posisi sungsang, namun saat itu setelah melakukan relaksasi dan komunikasi dengan janin bunda Sari tiba-tiba menyadari bahwa melahirkan itu tidak hanya tentang dia pribadi, namun juga tentang dirinya dan anaknya. Apa yang terbaik bagi bayinya itu yang seharusnya dia fikirkan. Setelah selesai melakukan relaksasi dan komuniksai dengan janin akhirnya bunda sari justru menginginkan Operasi Sesar. Namun yang dia inginkan adalah operasi sesar yang lebut yang benar-benar dia persiapkan secara mental dan spiritual. Karena memang secara fisik bunda Sari tidak memungkinkan untuk dapat melahirkan secara normal alami. Kemarahan dan kekecewaan terhadap diri sendiri akhirnya hilang dan berganti dengan rasa percaya diri yang luar biasa. Dan alhasil di usia 40 minggu budan Sari melakukan operasi sesar yang terencana. Dan dia mendapatkan pengalaman operasi yang menyenangkan karena kebetulan dokter yang menanganinya adalah dokter yang sudah mengenal dan mengerti tentang penerapan gentle birth pada operasi sesar bahkan dokter tersebut mau dan mengijinkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini di ruang operasi. Hari ketiga setelah operasi jahitan luka operasi bunda Sari sudah sembuh dan Asinya pun lancar memancar.
Kisah bunda Sari diatas membuat kita sadar bahwa terkadang ada suatu kondisi dimana memang tidak memungkinkan untuk Anda melahirkan dengan normal alami. Mencoba untuk berdamai dengan kondisi Anda adalah hal yang terbaik. Sikap pengakuan dan penerimaan itu penting. Untuk menghindari kekecewaan dan trauma yang berkepanjangan.
7. Pasrah dengan apa yang terjadi (Letting Be)
Dalam proses persalinan terkadang kita tidak dapat mengontrol segala sesuatunya. Sebuah kisah yang mungkin dapat menjelaskan arti kata Letting Be di atas adalah kasus bunda Risky.
Bunda Risky (Jogja) adalah klien saya yang sangat positif. Setiap selasa pagi jam 09;00 hampir dia tidak pernah absen mengikuti kelas prenatal yoga yang saya adakan di Studio Yoga Balance di hotel Puri Artha Jogja. Selain rajin beryoga, bunda Risky juga mengikuti kelas Gentle Birth Balance dimana saya mengajarkan tentang Hypnobirthing dan tentang gentle birth. Segala upaya yang dilakukan selama kehamilan adalah upaya untuk bisa bersalin dengan normal alami. Bahkan ketika bunda Risky sudah mengalami pembukaan satu sentimeter-pun bunda Risky masih mengikuti prenatal yoga. Ceritanya pembukaan yang dialami bunda Risky sangatlah lambat, pembukaan satu hingga lengkap terjadi selama tiga hari. Dan selama tiga hari tersebut kondisi janin sangat baik, detak jantung normal, gerakan normal, ketuban utuh dan bunda Risky merasa nyaman karena rasa sakit yang dia alami sangatlah minim. Ketika pembukaan lengkap, dan bunda Risky mulai mengejan ternyata penurunan kepala bayi tidaklah signifikan. Hampir dua jam mengejan dengan berbagai posisi (duduk, jongkok bahkan berdiri) dilakukan namun ternyata kepala janin hanya bisa turun hingga tengah panggul saja (Hodge 1+) saja dan tidak bisa lebih jauh lagi. Kemudian saat itu akhirnya saya merujuk bunda Risky ke rumah sakit dengan diagnosa “kala dua tidak maju” sesampai di rumah sakit memang benar bahwa kepala janin tidak bisa turun lebih jauh lagi, dan akhirnya operasi sesarpun dilakukan. Dan setelah selesai operasi sesar ternyata baru diketahui bahwa penyebab kenapa kepala bayi tidak mau turun adalah tali pusat sang bayi yang terlalu pendek hanya sekitar 20 sentimeter (normalnya 60-70 cm).
Nah kejadian kasus seperti bunda Risky walaupun tidak banyak terjadi namun bisa saja terjadi pada Anda, pasrah dengan apa yang terjadi saat proses persalinan adalah mental yang penting sekali di bangun sejak awal. Sehingga yang terpenting adalah Anda mau mengupayakan sejak awal segala persiapan yang dibutuhkan dalam persalinan, kemudian saat proses persalinan tiba cobalah untuk pasrah dan menjalani proses dengan hati yang ikhlas.
Karena yang paling penting adalah bagaimana Anda mempersiapkan dan berjalan bersama proses tersebut.
8. Kebaikan (Kindness)
Kebaikan adalah mutlak diperlukan bagi Anda sebagai calon orangtua. Karena energi ini sangatlah berdampak positif dalam pola pengasuhan baik di dalam rahim maupun jika janin Anda sudah lahir. Ketika Anda memancarkan kebaikan dan mengarahkan energi kebaikan kepada semua orang termasuk suami, janin dalam kandungan dan keluarga maka Andapun akan merasa nyaman dan tenang.
Berikut ini latihan meditasi yang bisa Anda lakukan untuk membangun energi kebaikan tersebut:
Meditasi untuk Kebaikan
Mengarah kepada sendiri
Semoga saya senang
Semoga aku menjadi berseri-seri sehat
Semoga saya terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan
Saya merasa dicintai dan didukung
Kemudian mengarah ke pasangan Anda (Anda mungkin mengatakan nama mereka di depan kalimat jika Anda inginkan)
Semoga Anda senang
Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat
Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan
Semoga Anda merasakan cintaku
Kemudian mengarahkan kepada bayi, (Anda mungkin mengucapkan nama bayi Anda jika sudah ada dan jika Anda inginkan)
Semoga Anda senang
Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat
Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan
Semoga Anda merasakan cintaku
Kemudian mengarah kepada keluarga (termasuk anggota lain)
Semoga Anda senang
Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat
Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan
Semoga Anda merasakan cintaku
Lakukan ini sesering mungkin
Contoh kasus dalam persiapan bathin dalam menghadapi persalinan ini adalah seperti kasus yang pernah saya temui berikut ini:
Suatu sore, bunda Mitha datang ke Klinik Bidan Kita, dan mengambil kelas healing birth trauma serta persiapan untuk rencana VBAC-nya (Vaginal Birth After Caesarean/ melahirkan normal setelah sebelumnya opreasi sesar). Bunda Mitha adalah seornag bidan, dan ibunyapun seorang bidan senior di daerah Surakarta. Di pertemuan pertama kelas healing birth trauma, beliau bercerita tentang semua trauma yang dia alami saat melahirkan di rumah sakit, mulai dari proses induksi, perlakuan para bidan dan suster yang menurutnya kurang manusiawi, operasi sesar yang tidak dia duga sama sekali, pemisahan antara dia dan bayinya selama beberapa hari. Dan masih banyak sekali trauma yang dia alami, hingga bunda Mitha tidak mau lagi mengajar mata kuliah Asuhan persalinan Normal di Stikes (sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) karena dia merasa gagal untuk melahirkan normal. Ketika ikut kelas, hal pertama yang saya ajarkan adalah tentang persiapan bathin dalam proses persalinan. Nah suatu hari bunda Mitha datang untuk melahirkan di Bidan Kita, kontraksi demi kontraksi dilalui dengan sabar dan tenang. Saat itu ketubannya sudah pecah duluan (Ketuban Pecah Dini), berbagai treatment saya lakukan untuk merangsang munculnya kontraksi dan berharap pembukaan segera bertambah. Namun yang terjadi penambahan pembukaan berjalan sangat lambat. Dan kepala janin tidak mau turun ke dasar panggul. Ketika kontraksi datang kepala janin mau turun namun sesaat kemudian setelah kontraksi hilang kepala janin naik kembali, begitu seterusnya. Hingga akhirnya di pembukaan 8cm, detak jantung janin menunjukkan reaksi distres dimana detak jantungnya sekitar 170 x per menit (angka normal= 120 – 160 x/menit).
Akhirnya bunda Mitha saya rujuk mengingat kondisi janinnya tidak memungkinkan untuk tetap saya rawat di Bidan Kita. Sesampai di Rumah Sakit, setelah beberapa treatment yang mereka lakukan maka detak jantung janin kembali normal. Sekitar 5 jam, menunggu ternyata pembukaan hanya tambah ½ cm saja. Dan kepala janinpun tidak mau turun ke dasar panggul. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan sang dokter memutuskan untuk melakukan operasi sesar. Dan ternyata ketika di lakukan operasi, sang bayi mengalami lilitan tali pusat sebanyak 3 kali lilitan dan ketat. Hal inilah yang ternyata menyebabkan kepalanya tidak mau turun dan pembukaannya berjalan begitu lambat. Karena Bunda Mitha sudah dipersiapkan mentalnya untuk menghadapi segala kemungkinan dalam persalinan, dima adia belajar tentang kesabaran, pasrah, kebaikan, maka justru di proses operasi sesar yang kedua ini dia tidak mengalami trauma. Dan mampu melihat semua peristiwa dari kacamata yang positif. Dan saya sangat bersyukur untuk hal ini.
Kita tahu dan kita tidak bisa memungkiri bahwa terkadang ada sesuatu yang terjadi diluar harapan kita ketika dalam proses persalinan dan kelahiran. Nah belajar untuk mempersiapkan mental dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan adalah mutlak diperlukan untuk Anda calon orang tua.
Selamat memberdayakan diri
Salam Hangat
Yesie Aprillia
Resource:
– Aprillia, Yesie. Hipnostetri. Jakarta; Gagas Media, 2010
– Aprillia, Yesie. Siapa Bilang Melahirkan Itu Sakit, Yogyakarta; Andi Offset, 2011
– Aprillia, Yesie. Gentle Birth, Jakarta; Grasindo, 2012
– Aprillia, Yesie. Art Of Waterbirth, Jakarta; Grasindo 2013
– Balaskas, Janet. Active Birth. Boston: Harvard Common Press, 1992
– Boston Womens”s Health Book Collective. Our Bodies, Ourselves: Pregnancy and Birth, Newyork: Touchstone, 2008
– Bardacke, Nancy. Mindful Birthing; Training The Mind, Body, and Heart For Childbirth and Beyond. New York; HarperCollins Publisher, 2012
– Biyth, Jenny. Birthwork; a compassionate guide to being with birth. Queensland, 2007
– Chopra, Deepak. A Holistic Guide to Pregnancy And Childbirth; Magical Beginnings Enchanted Lives. USA: Three Rivers Press, 2005
– Chamberlain, David. The Mind of Your Newborn baby, 3d edition. Berkeley, Calif.: Nort Atlantic Books, 1998
– Dick- Read, Grantly. Childbirth Without Fear: The prinsciples and Practise of Natural Childbirth, London: Pinter & Martin, Ltd., 2004
– England, Pam. Birthing From Within. USA, Partera Press, 1998
– Gaskin, Ina May. Ina May”s Guide to Childbirth. New York; Bantam Books, 2003
– Gaskin, Ina May. Spiritual Midwifery, 4th edition, Summerville, Tenn: book publishing Company, 2002.
– Germain, Blandine Calais. Preparing for a Gentle Birth, Healing Arts Press. 2009
– Goer, Henci. The Thinking Woman’s Guide to a Better Birth (Paperback). Penguin Putnam Inc , 1999
– Gurmukh Kaur Khalsa. Bountiful, Beautitul, Blissful: Experience the natural Power of Pregnancy and Birth with Kundalini Yoga and Meditation. New York: St. Martin”s Press. 2003
– Harper, Barbara. Gentle Birth Choices, Healing Art Press, 2005
– Klaus, Marshall H., John H. Kennell, and Phyllis H. Klaus. The Doula Books; How a trained Labor Companion Can Help You Have a Shorter, Easier and Healthier Birth. USA: Perseus Publishing, 2012.
– Kitzinger, Sheila. The Complete Book of Pregnancy and Childbirth; New Edition. New York; Alferd A. Knipf, 1997
– Kitzinger, Sheila. Rediscovering Birth. New York; Pocket Books, 2000.
– Lothian, Judith and Charlotte DeVries. The Official lamaze Guide; Giving Birth with Confidance. New York; Meadowbrook Press, 2010
– Laboyer, Frederick. The Art of Giving Birth; With chanting, Breathing and Movement. German, Healing arts Press, 2006
– Northrup, Christine. Women”s Bodies, Women”s Wisdom. New York; Bantam, 1994
– Newman, Robert Bruce. Calm Birth; New Method for Conscious Childbirth. North Atlantic Books, Berkeley, California. 2005
– Odent, Michel. Birth Reborn. New York; Birth Works, 1994
– Odent, Michel, The Scientification of Love. London, Free Association Books, 1999
– Sears, William, and Martha Sears. The Baby Book; Everthing You Need to Know Help a Woman Through Childbirth. Boston; Harvard Common Press, 1989
– Simkin, Penny. The Birth Partner: A complete Guide to Childbirth for Dads, Doulas, and All Other Labor Companions. Massachusetts: Havard Common Press, 2008
– Susan Mc Cutcheon, Natural Childbirth the Bradley Way, a Plumm book, 1996