Gentle Birth Balance
Di kelas Gentle Birth Balance dan Hypnobirthing yang rutin saya adakan setiap hari di Klinik Bidan Kita, seringkali ada pertanyaan dari para client tentang bagaimana posisi mengejan yang baik.
Karena sebagian besar ibu mengaku bahwa di kelas senam hamil yang mereka ikuti di sebagian besar Rumah Sakit, para bidan disana mengatakan bahwa ketika melahirkan, mereka harus mengejan sekuat tenaga dengan cara tertentu.
Ada yang menganjurkan untuk menarik nafas sebelumnya kuat kuat lalu menahan nafas lalu mengejan, ada juga yang menganjurkan untuk mengarahkan arah hejanan ke perut ibu, kemudian ada juga yang memberikan contoh bagaimana posisi mengejan yang baik di ruang persalinan, dengan posisi kaki yang disangga dengan alat penyangga kaki (red. Sunggurdi) dan lain sebagainya.
Dan kemudian ketika para ibu tersebut membaca sebagian besar artikel di www.bidankita.com, mereka menjadi bingung, karena saya tidak pernah engajarkan mengejan dengan posisi tiduran dengan kaki yang disangga, bahkan saya pernah memposting artikel bahwa melahirkan tidak harus mengejan.
- https://www.bidankita.com/melahirkan-tanpa-mengejan/
- https://www.bidankita.com/bagaimana-cara-mengejan-yang-baik-saat-melahirkan-2/
- https://www.bidankita.com/bagaimana-cara-mengejan-yang-baik-saat-melahirkan/
- https://www.bidankita.com/posisi-melahirkan-2/
Lalu apa jawaban saya apabila ada pertanyaan tentang bagaimana posisi dan cara mengejan saat melahirkan. Maka jawaban saya adalah..baca minimal empat artikel diatas, renungkan lalu ikuti insting Anda.
Karena proses persalinan adalah proses yang alami, dan proses yang sangat melibatkan insting.
Memang pada kenyataannya atau pada prakteknya di sebagian besar layanan kesehatan baik RS, Klinik, Puskesma atau tempat praktek kebidanan, mereka sebagian besar memerintahkan sang ibu untuk mengejan sekuar tenaga dengan posisi berbaring.
Knowledge Is Power
Namun kembali lagi, kepada Anda bahwa KNOWLEDGE is POWER dan ini adalah pilihan.
Tentang posisi melahirkan, Para peneliti berhipotesis bahwa mengejan dalam posisi tegak menguntungkan untuk beberapa alasan. Dalam posisi tegak, gravitasi dapat membantu dalam membawa bayi lebih mudah untukdi lahirkan.
Selain itu, ketika posisi ibu melahirkan tegak,maka risiko mengompresi aorta ibu menjadi berkurang dan dengan demikian pasokan oksigen yang lebih baik untuk bayi. Posisi tegak juga membantu rahim berkontraksi lebih kuat dan efisien dan membantu bayi mendapatkan posisi yang lebih baik untuk melewati panggul.
Akhirnya, bukti X-ray menunjukkan bahwa dimensi sebenarnya dari outlet panggul menjadi lebih luas dalam jongkok dan posisi berlutut / merangkak (Gupta et al. 2012).
Namun, meskipun berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa posisi melahirkan yang terbaik adalah posisi tegak, pada kenyataannya di i AS melahirkan baik berbaring di punggung mereka (57%) atau semi-duduk / posisi berbaring dengan sedikit lebih tegak (35%).
Posisi berbaring miring(4%), jongkok atau duduk (3%), atau posisi tangan-lutut (1%) (Declercq, Sakala et al. 2007). Apalagi di Indonesia, saya kurang tahu angka pastinya namun yang saya lihat dan saya amati sebagian besar bahkan lebih dari 95% ibu melahirkan dengan posisi berbaring dan setengah duduk.
Mengapa bisa demikian?
Ya karena Diperkirakan bahwa sebagian besar wanita didorong atau di motivasi untuk mengejan dalam berbaring atau semi-duduk posisi karena dengan posisi tersebut maka akan lebih nyaman untuk penyedia layanan.
Ketika seorang ibu bersalin mengambi posisi semi-berbaring di tempat tidur, lebih mudah untuk mengakses perut mereka untuk memantau detak jantung janin. Penyedia layanan juga lebih nyaman dengan posisi berbaring atau semi-duduk karena ini adalah sebagian besar dari mereka dilatih demikian saat menolong persalinan (Gupta et al. 2012).
Bahkan di Indonesia pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) pun di kemas dengan pelatihan posisi ibu bersalin dengan setengah duduk. Bukan dengan posisi alternative yang lain, misalnya jongkok, duduk, merangkan atau bahkan berdiri.
Jadi wajar apabila akan terasa aneh dan terkesan “neko-neko” apabila Anda meminta mereka untuk menorlong anda melahirkan dengan posisi tegak.
Di tahun 2012 dalam acara Cochrane review, Gupta et al. mengumpulkan hasil secara acak dari 22 studi terkontrol yang melibatkan lebih dari 7.200 wanita. Dalam studi ini, perempuan secara acak baik posisi tegak atau non-tegak selama mengejan.
Peneliti mendefinisikan posisi tegak sebagai duduk (di bangku melahirkan atau bantal), berlutut, dan jongkok. Mereka didefinisikan posisi non-tegak sebagai berbaring miring, semi-duduk / berbaring (di tempat tidur dengan kepala tempat tidur sedikit di tegakkan) dan litotomi (berbaring terlentang dengan kaki di sanggurdi atau kaki didukung oleh tangan penyedia layanan ‘).
Dibandingkan dengan posisi non-tegak, wanita yang secara acak diperlakukan melahirkan dengan posisi tegak hasilnya :
23% lebih kecil kemungkinannya untuk forceps atau vakum
21% lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki episiotomi
54% lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki pola denyut jantung janin abnormal
65% lebih mungkin untuk memiliki kehilangan darah lebih besar dari 500 mL **
Tidak ada perbedaan antara kelompok dengan durasi mendorong, tingkat bedah Caesar.
Singkatnya, para peneliti menyimpulkan bahwa posisi tegak lebih efisien daripada posisi non-tegak, yang dibuktikan dengan penurunan risiko persalinan dibantu vakum, penggunaan forsep, dan episiotomi. Intinya adalah bahwa wanita tanpa epidural harus didorong untuk mengejan dalam posisi apa pun yang paling nyaman bagi mereka.
Berikut adalah video yang bagus dengan contoh bagaimana seorang wanita dengan epidural dapat dibantu ke posisi mendorong berbeda
Video ini oleh Lamaze Internasional menunjukkan bagaimana perempuan tanpa epidural dapat mendorong dalam posisi tegak
Jika Anda seorang konsumen, tanyakan pada penyedia layanan kesehatan yang anda percayai tentang: Apa posisi yang akan di berlakukan untuk Anda saat melahirkan nanti? Apakah Anda didorong untuk mendorong dalam posisi apa pun yang paling nyaman bagi Anda? Jika Anda memiliki epidural, apakah ada orang menawarkan untuk membantu Anda dalam posisi yang berbeda?
Jika Anda adalah seorang pendidik atau penyedia layanan kesehatan, coba jawab pertanyaan ini: posisi Apa yang Anda rutin anjurkan kepada klien saat mereka melahirkan? Mengapa?
Nah semoga bermanfaat
Salam hangat
Yesie Aprillia
References
Carroli, G. and L. Mignini (2009). “Episiotomy for vaginal birth.” Cochrane Database Syst Rev(1): CD000081.
Declercq, E. R., C. Sakala, et al. (2007). “Listening to Mothers II: Report of the Second National U.S. Survey of Women’s Childbearing Experiences: Conducted January-February 2006 for Childbirth Connection by Harris Interactive(R) in partnership with Lamaze International.” J Perinat Educ 16(4): 15-17.
Golara, M., F. Plaat, et al. (2002). “Upright versus recumbent position in the second stage of labour in women with combined spinal-epidural analgesia.” Int J Obstet Anesth 11(1): 19-22.
Gupta, J. K., G. J. Hofmeyr, et al. (2012). “Position in the second stage of labour for women without epidural anaesthesia.” Cochrane Database Syst Rev 5: CD002006.
Karraz, M. A. (2003). “Ambulatory epidural anesthesia and the duration of labor.” International journal of gynaecology and obstetrics: the official organ of the International Federation of Gynaecology and Obstetrics 80(2): 117-122.
Kilpatrick, S. and E. Garrison (2012). Normal labor and delivery. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies. S. G. Gabbe. Philadelphia, PA, Saunders Elsevier: 267-281.