Apa itu Suntikan Vit K?
Di Indonesia, praktek pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir telah menjadi sebuah protap (prosedur tetap) pada setiap ppenanganan persalinan. Namun, prosedur rutin pada bayi yang baru lahir ini ternyata masih kontroversial di negara-negara lain. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak alami yang diperlukan untuk produksi protrombin, faktor pembekuan darah.
Mengapa ini dilakukan?
Alasan bagi bayi suntikan vitamin K saat lahir adalah adanya anggapan bahwa bayi yang baru lahir, dilahirkan dengan “kekurangan” vitamin K. kekurangan Ini berdasarkan perbandingan tingkat/kadar vitamin K pada tubuh bayi baru lahir dibandingkan dengan nilai-nilai yang terkadnung pada orang dewasa normal.
Rendahnya tingkat vitamin k dapat menyebabkan penurunan kemampuan pembekuan darah, yang dapat mengakibatkan bayi baru lahir lebih rentan terhadap perdarahan. Risikonya cukup kecil, hanya sekitar 5 dibanding 100.000.
Faktor Risiko Perdarahan serebral
- Persalinan lama atau persalinan tak maju
- Adanya molding yang signifikan atau berlebihan pada kepala Janin
- Trauma Lahir
- Persalinan dengan Forsep &Ekstraksi Vakum
- Deselerasi detak Jantung di Akhir persalinan
- Khitan
Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko perdarahan pada bayi baru lahir:
Sebenarnya, kekuatan alam yang begitu terfokus pada sebuah proses kelahiran yang sukses sepertinya tidak membenarkan pernyataan bahwa semua bayi kekurangan vitamin K.
Karena sebenarnya secara fisiologis resiko kekurangan faktor pembekuan darah bisa di minimalisasi apabila para provider tidak memberikan intervensi pada bayi baru lahir yang dapat mengganggu proses kelahiran normal fisiologis yang berkaitan dengan faktor pembekuan darah.
Intervensi yang paling jelas adalah pemotongan tali pusat yang prematur atau segera setelah bayi dilahirkan, tindakan ini menghilangkan volume darah fisiologis bayi yang baru lahir dari 25% sampai 40%, dan dengan demikian 25% sampai 40% dari faktor pembekuan fisiologis yang alami yang dimaksudkan untuk hadir dalam darah bayi baru lahir hilang.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa vitamin K tidak bisa melewati dengan mudah dari aliran darah ibu ke bayi melalui plasenta dan juga melalui ASI. Namun jika seorang ibu mengonsumsi banyak sayuran segar berdaun hijau, maka vitamin K tersebut akan tetap dialirkan dengan lebih mudah ke bayi mereka dan melindungi mereka dari kemunginan penyakit akibat kekurangan vitamin K. Jadi, sebenarnya adalah benar jika kita mendukung kesehatan fisiologis dengan menunggu minimal 5 menit setelah kelahiran untuk memotong tali pusat dan dengan mendorong serta memotivasi ibu yang sedang menyusui untuk makan banyak sayuran hijau segar atau mengonsumsi suplemen vitamin K.
Praktek menyuntikkan vitamin K ke bayi yang baru lahir segera setelah lahir dimulai pada hari dimana seorang ibu bersalin yang begitu banyak mendapatkan obat dan intervensi selama persalinan dan kelahiran sehingga mereka tidak bisa mendorong bayi keluar, sehingga sebagian besar bayi ditarik keluar oleh forsep. Persalinan dengan menggunakan forsep ini sering menyebabkan trauma kepala bayi atau wajah dan sering meninggalkan memar yang signifikan. Biasanya, akan ada faktor-faktor pembekuan yang cukup dalam darah bayi untuk mengontrol jumlah yang sederhana pendarahan internal.
Namun, praktek medis yang umum kemudian, seperti sekarang, adalah untuk memotong tali pusat segera setelah lahir; praktek ini menghilangkan jumlah darah bayi secara signifikan hingga 40% dari volume darah normal bayi, dan dengan demikian sampai dengan 40 % dari trombosit dan faktor pembekuan lain yang alam sediakan untuk membantu mengontrol perdarahan menjadi hilang.
Kemampuan bayi untuk memproduksi faktor pembekuan juga dibatasi karena kesempatan menyusui terbatas. Jadi bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sejak awal, atau bayi yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini dimana terdapat Cairan emas ASI yang juga disebut kolostrum, yang tinggi vitamin K –pun terbatas. Karena hati membutuhkan vitamin K dalam rangka untuk mensintesis faktor pembekuan, kekurangan vitamin K disebabkan oleh kurangnya konsumsi ASI dapat mengakibatkan ketidakmampuan darah untuk membeku dengan waktu yang tepat. Tubuh bayi mampu memproduksi vitamin K tambahan setelah usus dicemari dengan bakteri penghasil Vitamin-K, tapi ini tidak bertahan sampai bayi berusia sekitar 8 hari.
Selain itu, anak laki-laki baru lahir banyak yang disunat segera setelah lahir (ini dilakukan sebagian besar di Amerika), sebelum faktor-faktor pembekuan mereka telah secara alami meningkat; dicatat bahwa kebudayaan Yahudi memahami kenaikan alam di faktor pembekuan dan menunda sunat ritual mereka sampai delapan hari setelah dilahirkan.
Untuk alasan yang tidak jelas dipahami, alam berusaha keras untuk menjaga bayi baru lahir tetap berada pada kadar tingkat vitamin K rendah, bahkan jika seorang wanita hamil membutuhkan kadar tinggi vitamin K selama kehamilannya, ini tidak akan meningkatkan bayi kadar vitamin K atau faktor pembekuan pada bayi baru lahir. Tanpa memahami persis apa yang dilakukan, dokter memutuskan untuk mencoba menyuntikkan dosis yang sangat tinggi vitamin K ke bayi, yang tidak meningkatkan faktor pembekuan bayi ‘dan yang tidak mengurangi kejadian perdarahan intra kranial pada bayi baru lahir. (Seorang pengamat yang cerdik mungkin menyimpulkan bahwa mereka mungkin hanya dengan mudah telah mengurangi kejadian perdarahan intra kranial pada bayi baru lahir dengan mengurangi penggunaan forsep dan dengan meninggalkan tali pusat tetap utuh selama setidaknya lima menit sehingga bayi mendapat tingkat faktor pembekuan yang alam maksudkan.)
Jadi, tanpa penelitian untuk menentukan dosis optimal vitamin K, dan tanpa penelitian untuk menyelidiki apakah faktor-faktor pembekuan meningkat mungkin benar-benar menimbulkan masalah yang berbeda untuk bayi yang baru lahir, dokter membuat prosedur rutin untuk menyuntikkan semua bayi yang baru lahir dengan dosis vitamin K yang 20.000 kali lebih tinggi pada bayi baru lahir normal. Praktek ini tetap dilakukan dan tidak berubah sejak tahun 1944, tanpa penelitian tindak lanjut yang memadai. Namun, beberapa studi secara tidak langsung terkait dilakukan pada penundaan pemotongan tali pusat pada bayi prematur telah mengkonfirmasikan bahwa bayi yang mendapatkan lebih banyak darah yang alam maka resiko pendarahan di otak cenderung berkurang.
Dalam proses pertolongan kelahiran yang modern, penggunaan forsep telah digantikan oleh ekstraksi vakum, yang juga dapat menyebabkan trauma fisik dan memar dan pendarahan di bekas vakum tersebut. Selain itu, obat yang biasanya disuntikkan di epidural dan anestesi spinal memiliki efek samping yang mungkin menyebabkan pendarahan di otak bayi yang baru lahir.
Hampir semua orang setuju bahwa jika bayi memiliki proses kelahiran traumatis yang menyebabkan banyak memar atau tanda-tanda jika bayi menunjukkan kesulitan melakukan pembekuan, maka masuk akal untuk mengelola vitamin K secara tepat waktu untuk mencegah terjadinya perdarahan intra kranial.
Argumen terhadap tidak menggunakan vitamin K secara rutin antara lain:
1) Alam tampaknya telah mengatur dengan sempurna bagaimana kadar vitamin K dalam tubuh bayi baru lahir akan secara bertahap meningkat selama delapan hari setelah kelahiran ke tingkat yang lebih tinggi. Ini hampir seolah-olah merupakan sifat yang sangat spesifik dimana bayi memiliki tingkat tertentu faktor pembekuan pada saat lahir, diikuti dengan tingkat yang lebih tinggi dari faktor-faktor pembekuan seminggu setelah dilahirkan.
2) Ada beberapa hubungan antara suntikan vitamin K dan leukimia. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kejadian leukemia mungkin berhubungan dengan penggunaan merkuri yang terkandung pada injeksi vitamin K sintetis. Pengamatan teoritis adalah bahwa tingkat yang tepat dari vitamin K diperlukan untuk mengatur tingkat pembelahan sel pada bayi baru lahir dan bahwa tingkat vitamin K yang berlebihan mengganggu proses regulasi, sehingga meningkatkan kemungkinan kanker leukimia dan lainnya.
3) Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang meningitis kemungkinan untuk meninggal lebih tinggi jika mereka memiliki faktor pembekuan yang lebih tinggi. Namun penelitian Ini belum jelas apakah hal ini disebabkan faktor genetik atau apakah itu berlaku untuk semua bayi yang menerima vitamin K.
Kita tahu bahwa seorang bayi lahir di secara fisiologis tanpa trauma kelahiran yang tali pusat yang utuh, dan dilakukan IMD serta menyusu eksklusif akan mendapatkan jumlah atau kadar vitamin K yang yang tepat yang di atur oleh Alam. Hal yang perlu di perhatikan adalah bahwa jika bayi lahir dengan jumlah vitamin K yang tepat, maka tambahan vitamin K mungkin merupakan overdosis yang meningkatkan faktor pembekuan di atas. Faktor-faktor pembekuan yang berlebihan dapat menyebabkan masalah lain, seperti kerentanan terhadap meningitis atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Perspektif saya – Dari sudut pandang filosofis, saya diingatkan tentang betapa pentingnya semua aspek persalinan dan kelahiran adalah untuk kelangsungan hidup spesies. Ada keterkaitan yang kompleks antara penjepit kabel tertunda, kekentalan darah, kolostrum, penyakit kuning dan vitamin K, dan ini saling mempengaruhi dan ini tidak dipahami oleh masyarakat medis yang merekomendasikan injeksi vitamin K. Jika bayi anda lahir prematur tanpa kabel penjepitan pemotongan tali pusat, maka bayi Anda mungkin akan menerima takaran vitamin K yang dimaksudkan oleh alam.
Alam semesta biasanya melakukan hal-hal yang benar, dan tampaknya suatu kesalahan untuk mengganggu proses ini kecuali ada tanda-tanda masalah. Karena pada dasarnya Tidak ada penelitian pada pemberian injeksi vitamin K dalam kelahiran fisiologis. Hal ini tampaknya seperti sebuah intervensi yang ekstrem tanpa justifikasi yang memadai.
Poin untuk Mempertimbangkan Injeksi Rutin Vitamin K
1) Sementara suntikan vitamin K pada bayi baru lahir mungkin terdengar seperti sebuah intervensi yang dapat diterima, ada beberapa poin untuk merenungkan, terutama adalah bahwa semua bayi dilahirkan dengan tingkat vitamin k yang rendah. Jadi, itu menimbulkan pertanyaan apakah konsentrasi vitamin k yang rendah pada bayi baru lahir harus disebut kekurangan?
2) Jumlah disuntikkan Vit K adalah 20.000 kali lebih tinggi dari kadar vitamin K pada bayi saat lahir. Ukuran dosis yang diberikan didasarkan pada nilai-nilai orang dewasa normal. Selain itu, suntikan mungkin juga mengandung bahan pengawet yang dikenal racun bagi bayi.
3) Dosis Vitamin K adalah penyebab penyakit kuning pada bayi baru lahir. Sebuah obat untuk satu penyakit yang dirasakan kemudian menjadi penyebab timbulnya penyakit yang lain.
4) Kolostrum yang terkandung di ASI, adalah kaya Vitamin K. Dengan demikian, bayi yang disusui segera setelah dilahirkan akan menerima sumber Vitamin K alami, dalam banyak kasus secara signifikan meningkatkan tingkat Vitamin K.
5) Vitamin K diserap oleh usus dari makanan yang kita makan. Namun, suntikan intramuskular adalah salah satu cara yang mmem- by passes usus dantubuh tidak dirancang untuk menerima itu.
6) Kelahiran adalah pengalaman sensorik yang luar biasa bagi bayi – dingin, lapar, dibutakan oleh cahaya, merasakan sentuhan kain atau tarikan gravitasi, jarum yang menusuk ke dalam tubuh dan menimbulkan rasa sakit bukanlah cara lembut untuk memungkinkan sistem sensorik untuk secara bertahap menyesuaikan diri dengan dunia luar. Tanpa sadar, ia mengirimkan pesan bahwa alam dan bumi tidaklah ramah!
Solusi Sederhana
1. Minimalkan intervensi dan penggunaan obat nyeri untuk mengurangi risiko perdarahan intercranial. Intervensi seperti anethesia epidural, iv narkotika, pemantauan janin internal, induksi, dan persalinan dengan operasi termasuk ekstraksi forseps dan vakum (ventouse) meletakkan bayi pada risiko lebih besar terkena memar dan perdarahan intercranial selama atau segera setelah lahir. Merencanakan persalinan dengan intervensi yang rendah akan membatasi risiko terhadap bayi dan ibu dengan mengurangi risiko yang terkait dengan intervensi ini.
2. Pertimbangkan meminta dosis oral daripada suntikan. Hal ini menghilangkan overdosis dan mengurangi risiko perdarahan dan kuning, serta rasa sakit dari suntikan dan paparan bahan pengawet berbahaya. Juga, Vitamin K diserap melalui usus. Meskipun hal ini mungkin tampak seperti sebuah solusi yang mudah, pastikan untuk mendiskusikan pilihan ini pertama dengan dokter anda. Karena rumah sakit sudah terbiasa dengan prosedur operasi standar, bisa sulit bagi mereka untuk menentukan dengan benar dosis oral untuk bayi Anda.
3. Selama beberapa minggu terakhir dallam kehamilan, tambahkan konsumsi makanan yang kaya Vitamin K. Sementara ini belum terbukti untuk meningkatkan kadar vitamin K yang baru lahir, namun ini ternyata terbukti meningkatkan jumlah Vitamin K dalam ASI.
Dengan mengikuti solusi ini sederhana, Anda dapat menerima manfaat dari dosis vitamin K yang akurat baru lahir sambil menghindari semua efek negatif dari suntikan.
References
Puckett RM, Offringa M. Prophylactic vitamin K for vitamin K deficiency bleeding in neonates. Cochrane Database of Systematic Reviews 2000, Issue 4. Art. No.: CD002776. DOI: 10.1002/14651858.CD002776.
Hey, E. Vitamin K–what, why, and when. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2003 Mar;88(2):F80-3.
Vitamin K prophylaxis to prevent neonatal vitamin K deficient intracranial haemorrhage in Shizuoka prefecture. Nishiguchi T, Saga K, Sumimoto K, Okada K, Terao T Br J Obstet Gynaecol 1996 Nov;103(11):1078-1084. Plasma concentrations after oral or intramuscular vitamin K1 in neonates. McNinch AW, Upton C, Samuels M, Shearer MJ, McCarthy P, Tripp JH, L’E Orme R. Arch Dis Child. 1985 Sep;60(9):814-8.
Effect of oral and intramuscular vitamin K on the factors II, VII, IX, X, and PIVKA II in the infant newborn under 60 days of age] [Article in Spanish] Arteaga-Vizcaino M, Espinoza Holguin M, Torres Guerra E, Diez-Ewald M, Quintero J, Vizcaino G, Estevez J, Fernandez N. Rev Med Chil. 2001 Oct;129(10):1121-9. Delayed cord clamping in very preterm infants reduces the incidence of intraventricular hemorrhage and late-onset sepsis: a randomized, controlled trial. Mercer JS, Vohr BR, McGrath MM, Padbury JF, Wallach M, Oh W. Pediatrics. 2006 Apr;117(4):1235-42. [Vitamin K 1 concentration and vitamin K-dependent clotting factors in newborn infants after intramuscular and oral administration of vitamin K 1] [Article in Hungarian] Goldschmidt B, Kisrakoi C, Teglas E, Verbenyi M, Kovacs I. Orv Hetil. 1990 Jun 17;131(24):1297-300. Vitamin K – An Alternative Perspective. Midwife Sara Wickham provides a much-needed update on vitamin K prophylaxis. AIMS Journal, Summer 2001, Vol 13 No 2