Kini, persalinan bukan lagi momok bagi seorang wanita, persalinan bukan lagi menjadi sesuatu hal yang menakutkan dan mencemaskan, namun merupakan suatu peristiwa yang menggembirakan dan penuh kebahagiaan. Upaya humanisasi dalam persalinan dengan memberikan otonomi pada pasien, melibatkan keluarga serta mengelola energi sudah menjadi suatu keharusan. Banyak metode yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan menciptakan suasana yang nyaman dalam persalinan normal, salah satunya adalah Water Birth.
Â
Banyak yang mengakui bahwa ketenangan, kenyamanan dan kesejukan dapat diciptakan oleh air. Selama ini sudah banyak yang merekomendasikan bahwa selain menciptakan kenyamanan dan ketenangan saat hamil dan bersalin, water birth juga mempunyai banyak sekali manfaat, baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan.
Â
Sebenarnya, apakah waterbirth itu? Dan apakah ini juga merupakan kompetensi yang harus di kuasai oleh bidan di Indonesia?
Waterbirth: adalah suatu proses persalinan alamiah yg mengurangi rasa nyeri waktu bersalin dan memuluskan lahirnya bayi. Dimana bagian bawah dari tubuh ibu bersalin ter-rendam dalam kolam/bak khusus yg berisi air dengan suhu tubuh. Waterbirth adalah paduan dari Science, Art, Skill, Humanity dan Tecnology. Saat ini, bersalin di dalam air sudah menjadi trend di kota-kota besar di Indonesia. Kalau kita perhatikan, sudah banyak artis yang memilih waterbirth dalam persalinannya, Wanda Hamidah, Oppie Andaresta dan Natalie Margaretha contohnya. Di Indonesia sudah ada beberapa Rumah Sakit bahkan klinik bersalin yang menyediakan fasilitas waterbirth sebagai salah satu layanan unggulannya. Di Bali contohnya. Ada sebuah yayasan Bumi Bali Sehat di daerah Nyuh Kuning Ubud Bali yang sudah menggunakan waterbirth selama bertahun-tahun. Juga di daerah Renon, Denpasar Bali terdapat sebuah RSB Harapan Bunda yang mempunyai dokter ahli kandungan dr Hariyasa Sanjaya SpOG yang sudah mendapatkan sertifikasi dari Barbara Harper Australia.
Pada dasarnya Air mempunyai banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia selain untuk kehidupan, air juga mampu memberi ketenangan dan kenyamanan bagi kita. Bayangkan saja apa yang terjadi saat kita capek dan lelah, lalu berendam di air hangat? Pasti saja tubuh kita menjadi lebih rileks, kepenatan hilang dan yang ada adalah kenyamanan. Nah bagaimana dengan ibu bersalin? Saat ibu merasakan nyeri, penat dan kesakitan tentu saja ibu itu akan lebih rileks dan nyerinya berkurang bila kita anjurkan untuk berendam di air yang hangat.
Lalu apa manfaat waterbirth bagi ibu dan bayi selain untuk rasa nyaman? Pertanyaan itu sering sekali terlontar oleh teman-teman bidan saat saya sharring tentang waterbirth.
Setiap metode pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan, berikut juga dengan waterbirth. Alderdice, Renfrew & Marchant, (1995); Gilbert & Tookey, (1999) dalam penelitiannya terhadap 4032 persalinan membandingkan antara persalinan yang menggunakan metode waterbirth dengan tidak menggunakan waterbirth dalam proses persalinanya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan outcomes antara yang memakai waterbirth dengan tanpa waterbirth. Gilbert and Tookey (1999) juga menemukan terdapat dua bayi yang mengalami aspirasi walaupun tidak menyebabkan kematian pada bayi tersebut.
Penelitian lain yang dilakukan Burns (2001); Lenstrup et al, (1987); Rush et al,(1996); & Waldenstrom et al, (1992) menyatakan bahwa dengan waterbirth mampu mengurangi lebih dari 80% rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada saat persalinan.
Lain halnya dengan Herman Ponnete (1995), yang menyatakan bahwa persalinan dengan breech position (letak sungsang) merupakan indikasi untuk waterbirth, dan beliau juga menyatakan bahwa bayi dengan distosia bahu akan mebih mudah manajemen asuhannya saat berada di air. Bagaimana caranya? Gloria lemay, seorang bidan dari kanada sudah membuat protokol atau SOP untuk manajemen asuhan persalinan dengan distosia bahu dalam persalinan waterbirth.
Berikut beberapa manfaat dari waterbirth yang dapat diperoleh ibu:
1. Saat ibu berendam dalam air, maka tubuhnya yang menjadi ringan memungkinkan ibu untuk dapat bergerak atau mobilisasi lebih mudah atau waterbirth mampu memfasilitasi pergerakan ibu & memungkinkan ibu mengambil posisi- posisi yg nyaman waktu mules dan saat bersalin
2. Rasa nyaman dan relaksasi dapat tercipta saat ibu berendam di air
3. Rasa sakit dan nyeri berkurang dan meningkatkan relaksasi ibu
4. Mempersingkat lama persalinan
5. Mengurangi trauma pada perineum dan menghindari episiotomy
6. Membuat ibu lebih merasa kontrol (yang menentukan)
7. Menghamat energi/tenaga ibu saat persalinan
8. Memberi ibu ruang private yg terlindung
9. Menurunkan angka kejadian SC.
10. Berendam dalam air saat persalinan mengurangi tekanan pada perut, menambah efisiensi sirkulasi darah dan oksigenasi pada uterus, otot-otot juga pada bayi.
11. Beberapa penelitian menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan dengan waterbirth mempunyai rata-rata kejadian infeksi neonatal yang rendah dan APGAR Skore secara signifikan lebih tinggi.
12. Membuat ibu bersalin lebih mudah (easier birth) dengan menyambut kelahiran bayi mereka dengan lebih lemah lembut (a gentler welcome for baby)
13. Dengan meletakkan kolam/ bak air di ruang bersalin segera merubah suasana sehingga suara lebih lembut, ibu lebih tenang & orang sekitar menjadi berkurang stress-nya.
Sedangkan di bawah ini adalah kekurangan dari metode waterbirth:
1. Mengurangi kekuatan dan frekuensi kontraksi uterus, terutama bila digunakan sebelum fase aktif.
2. Kemungkinan terjadinya aspirasi pada bayi
3. Hypothermia kemungkinan bisa terjadi bila air yang digunakan adalah air dingin
4. Perkiraan volume perdarahan dan penanganan perdarahan pada kala 3 sulit dilakukan pada saat ibu masih di dalam air
5. Secara teori, ibu mempunyai resiko untuk terjadi emboli air
Lalu bagaimana kriteria yang direkomendasikan untuk kolam airnya?
1. Waterbirth sebaiknya digunakan pada ibu yang tidak mempunyai resiko komplikasi atau resiko tinggi selama kehamilannya.
2. Sebaiknya ibu mulai masuk ke air pada saat fase aktif dalam proses persalinannya.
Berikut kontraindikasi bagi waterbirth:
1. Persalinan premature
2. Ibu yang menderita penyakit infeksi seperti HIV, Hepatitis B maupun hepatitis C.
Rekomendasi untuk penggunaan metode waterbirth:
1. Bidan seharusnya mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari waterbirth kepada pasien.
2. Tanda-tanda vital dan Detak Jantung Janin harus dalam keadaan normal.
3. Detak Jantung Janin harus selalu dimonitor saat ibu berada dalam air.
4. Pertahankan dan monitor suhu air sekitar 36 sampai 37,5ºC untuk mencegah hypo atau hyperthermia.
5. Suhu ibu juga harus dimonitor. Dan ibu harus keluar dari air bila suhu tubuhnya melebihi 37ºC.
6. Ruangan dalam waterbirth di set sedemikian rupa sehingga dekat dengan tempat persalinan alternative.
7. Sebisa mungkin air dijaga kebersihannya dari lendir maupun kotoran, sehingga tidak mudah terjadi kontaminasi.
8. Bayi sebaiknya dilahirkan sampai komplit tanpa adanya kontak udara sampai. Karena perbedaan tekanan udara dan suhu dapat merangsang bayi untuk bernafas dan mempertinggi resiko terjadinya aspirasi air.
9. Perawatan intensif bagi bayi untuk menghindari hypothermia.
10. Sebaiknya air di keluarkan pada saat, pengeluaran plasenta atau tatalaksana kala III untuk mengetahui perdarahan ibu secara akurat.
11. Kolam yang digunakan di RS sebaiknya disposible atau dibersihkan dulu dengan chlorine untuk membunuh bakteri-bakteri pathogen.
Dan pertanyaan-pertanyaan yang pasti ditanyakan selain pertanyaan-pertanyaan diatas adalah apakah bayi tidak tenggelam dan atau aspirasi, dan bagaimana bayinya bernafas???
Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mencegah bayi bernafas saat dalam air. Bayi saat masih berada dalam kandungan mendapatkan suplai oksigen melalui plasenta dan tali pusat.tapu praktis bernafas melalui udara sudah dipersiapkan sejak foetus berumur 10 minggu melalui pergerakan otot intercostal dan diafragma. 24-28 jam sebelum persalinan spontan, terdapat peningkatan level prostatglandin dari plasenta yang menyebabkan penurunan atau perhentian pergerakan pernafasan (Fetal Breathing Movements/ FBM). Dengan adanya penghentian gerakan otot intercostal dan diafragma, maka aliran darah banyak mengalir pada orga vital dan otak. Dan ketika bayi lahir, level prostatglandin masih tinggi dan otot-otot untuk pernafasanpun belum bekerja. Dan bayi akan bernafas ketika ada stimulus atau rangsangan yaitu perbedaan tekanan udara. Jadi saat bayi masih didalam air, bayi belum bernafas. Bayi akan bernafas setelah kepalanya diangkat dan keluar dari air untuk itu maka kemungkinan bayi untuk aspirasi sangatlah kecil.
Lalu sejauh mana kewenangan bidan dalam waterbirth?
Sebagai bidan yang terpenting adalah bagaimana membuat ibu merasa nyaman, berikut ini tugas yang dapat dilakukan bidan dalam waterbirth:
1. Memastikan kondisi ibu & bayi baik.
2. Mendeteksi perubahan dgn cepat & tepat, mencegah komplikasi.
3. Mengambil tindakan dgn cepat & tepat: baik mandiri, kolaborasi atau rujukan
4. Memfasilitasi kenyaman untuk ibu & suami/ keluarga, menjaga privasi.
5. Mempersiapkan lingkungan yang mendukung, hindari kontaminasi, pencegahan infeksi, stabilnya suhu air,
6. Mempersiapkan ibu sejak ante natal, mental & fisik
7. Menyiapkan diri secara kompeten.
8. Kerja tim yang solid atau menjadi perekat
9. Mendokumentasikan asuhan dengan akurat
Dan yang terpenting dari semuanya adalah:
1. Penolong persalinan harus kompeten
2. Praktek evidence based à aman, bermanfaat.
3. Ibu perlu persiapan fisik, mental & lingkungan
4. Adanya informed choice & informed connsent.
5. Keamanan ibu & bayi adalah yg paling penting (keamanan untuk si penolong & institusi)
Sebagai bidan tentu saja kita tidak bisa “tutup mata dan tutup telinga” dengan semua ilmu dan tehnologi baru seputar kesehatan ibu dan anak, karena itu adalah tugas pokok kita. Fenomena yang sedang ada saat ini tuntutan dari masyarakat atas kompetensi bidan, termasuk kompetensi dalam pertolongan persalinan dalam air (waterbirth). Nah….apakah anda sudah siap???
Daftar Pustaka:
1. Alderdice, R; Renfrew, M; & Marchant, S (1995) Labour and birth in water in England and Wales: Survey report. British Journal of Midwifery, 3. p 375 – 382.
2. Barbara harper (2000), Waterbirth basic, Midwivery today joaurnals.
3. Burns, E. (2001) Waterbirth, MIDIRS Midwifery Digest, Supplement 2, S10 – S13.
4. Burns, E & Kitzinger, S (2000) Midwifery Guidelines for Use of Water in Labour, Oxford Brookes University: Oxford.
5. C&WHC (2000) Water for Labour/Birth Guideline, Department of Midwifery, Children’s and Women’s Health Centre of British Columbia:Vancouver
6. Cluett, E. R., Nikodem, V.C.,  McCandlish, R.E.,  Burns, E.E. (2002). Immersion in water in pregnancy, labour and birth. The Cochrane Database of Systematic Reviews 2002, Issue 2. Art. No.: CD000111. DOI: 10.1002/14651858.CD000111.pub2.
7. Eckert, K; Turnbull, D; MacLennan, A. (2001) Immersion in water in the first stage of labor; A randomized controlled trial. Birth, 28 (2) p 84-93.
8. Enkin, Keirse, Neilson, Crowther, Duley, Hodnett and Hofmeyr (Eds) (2000) Control of Pain in Labour, in A Guide to Effective Care in Pregnancy and
9. Elizabeth R Cluett,(2004), Randomised controlled trial of labouring in water compared with standard of augmentation for management of dystocia in first stage of labour, BMJ 2004;328:314 (7 February), doi:10.1136/bmj.37963.606412.EE (published 26 January 2004)
10. Ponette, H. (1995) Water births: My experience of 1600 waterbirths, including breeches and twins. Abstract published for the World Waterbirth Conference, Wimbly Hall, London, England
11. Waterbirth International Practitioner Survey report (2000) – unpublished