Pengertian Retensi Urin
Tidak dapat buang air kecil setelah persalinan merupakan salah satu keluhan yang cukup sering ditanyakan oleh ibu-ibu. Masalah ini sebenarnya merupakan masalah yang cukup sering terjadi namun jarang terlintas di pikiran Anda ketika membicarakan mengenai proses persalinan. Berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai tidak dapat buang air kecil setelah persalinan, atau istilah kerennya adalah retensi urin.
Retensi urin adalah kondisi dimana kandung kemih Anda tidak dapat kosong sepenuhnya bahkan ketika kandung kemih Anda telah penuh. Selain itu, kondisi ini juga membuat Anda merasa bahwa Anda selalu ingin buang air kecil, namun Anda tidak dapat mengeluarkannya.
Retensi urin merupakan salah satu komplikasi yang cukup umum terjadi setelah persalinan. Kondisi ini dapat terjadi baik pada persalinan normal maupun operasi caesar. Namun, beberapa hal seperti persalinan pertama, kala dua lama (termasuk operasi caesar yang dilakukan akibat kala dua lama), adanya trauma pada perineum (termasuk robekan dan tindakan episiotomi), penggunaan obat bius epidural, berat badan bayi lebih yang lebih dari 4 kg, dan penggunaan alat-alat intervensi seperti forceps dan vakum dapat meningkatkan resiko terjadinya retensi urin. Penggunaan kateter selama operasi caesar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam terjadinya retensi urin, namun penggunaan kateter selama persalinan normal terbukti dapat meningkatkan resiko terjadinya retensi urin.
Retensi urin setelah persalinan berarti tidak adanya keinginan untuk buang air kecil secara langsung selama lebih dari 6 jam setelah persalinan, atau dalam operasi caesar setelah kateter dilepas (lebih dari 24 jam setelah persalinan). Kondisi ini memang dapat menjadi kondisi yang sementara (1-3 hari pertama setelah persalinan) dan jika segera diatasi, kondisi ini dapat sembuh dengan mudah tanpa menimbulkan efek jangka panjang. Namun, bila dibiarkan, retensi urin dapat mengakibatkan kerusakan saraf di kandung kemih dan melemahnya otot detrusor (otot yang berada di dinding kandung kemih), membuat kondisi ini menjadi permanen atau Anda harus menggunakan bantuan kateter untuk buang air kecil.
Apa penyebabnya?
Ada banyak hal yang terjadi pada tubuh Anda selama persalinan, dan kandung kemih bukanlah pengecualian. Terkadang, tekanan yang timbul ketika si kecil keluar dapat menciderai kandung kemih Anda (berujung pada kelumpuhan sementara), selain itu obat bius seperti epidural juga dapat mengurangi sensitivitas kandung kemih. Faktor lain seperti rasa takut untuk buang air keci (buang air kecil setelah persalinan dapat terasa perih) serta pembengkaan dan sakit pada perineum (termasuk sobekan) juga dapat menyebabkan terjadinya retensi urin.
Retensi urin setelah persalinan juga dapat disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kandung kemih selama kehamilan. Kapasitas kandung kemih wanita pada umumnya mencapai sekitar 350 hingga 450 ml, sedangkan keinginan untuk buang air kecil biasanya timbul ketika kapasitas urin dalam kandung kemih telah mencapai 150 hingga 200 ml, dan keinginan maksimal timbul ketika kapasitas cairan telah mencapai 450 sampai 550 ml. Namun, mulai dari umur kehamilan 3 bulan, otot-otot di kandung kemih melemah, dan kapasitas kandung kemih meningkat secara perlahan dan puncaknya adalah di umur kehamilan 38 minggu. Para peneliti menduga bahwa hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Maka dari itu, ibu hamil pada umumnya merasakan keinginan untuk buang air kecil ketika kapasitas urin dalam kandung kemih mencapai 250 ml hingga 400 ml, dan keinginan maksimal untuk buang air kecil biasanya akan timbul hanya jika kapasitas urin dalam kandung kemih telah mencapai 1000 sampai 1200 ml. Perubahan yang terjadi pada kandung kemih ini biasanya masih akan Anda alami hingga beberapa hari atau bahkan beberapa minggu setelah persalinan. Meningkatnya kapasitas kandung kemih yang tidak diimbangi dengan adanya tekanan dari bayi rahim untuk membatasi kapasitas kandung kemih ini dapat menyebabkan retensi urin setelah persalinan.
Apa yang dapat dilakukan?
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan bila Anda mengalami kesulitan untuk buang air kecil setelah persalinan, seperti:
- Meminum banyak cairan dapat membantu Anda untuk mencapai kapasitas cairan yang diperlukan untuk memunculkan keinginan untuk buang air kecil. Selain itu, meminum cukup cairan juga dapat membantu untuk mengatasi sembelit setelah persalinan.
- Cobalah untuk berjalan sesegera mungkin. Gravitasi dan aktivitas Anda dapat membantu sistem tubuh Anda untuk kembali seperti semula.
- Mintalah pasangan atau provider Anda yang membantu Anda di kamar mandi untuk menunggu diluar kamar mandi.
- Jika Anda belum dapat pergi ke kamar mandi dan harus menggunakan pispot untuk buang air kecil, cobalah untuk menggunakannya sembari duduk, dan jangan sungkan untuk meminta perawat Anda untuk menghangatkannya terlebih dahulu.
- Mintalah air hangat untuk mengkompres area perineum Anda sehingga Anda tidak merasakan perih ketika buang air kecil.
- Temperatur yang hangat atau dingin dapat menimbulkan keinginan untuk buang air kecil. Cobalah untuk merendam tubuh bagian bawah Anda ke air hangat atau menggunakan ice packs.
- Walaupun terdengar konyol, tapi cobalah untuk menghidupkan air keran ketika Anda mencoba untuk buang air kecil.
Bila Anda masih belum dapat buang air kecil setelah melakukan tips-tips diatas, provider Anda mungkin akan memasang kateter untuk membantu Anda mengosongkan kandung kemih Anda. Lamanya penggunaan kateter sangatlah tergantung pada volume urin yang ada di kandung kemih Anda. Bila Anda belum dapat buang air kecil setelah kateter Anda dilepas, maka katerisasi ulang akan dilakukan. Bila Anda menggunakan kateter selama lebih dari 24 jam, Anda mungkin akan mendapat antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih.
Knowledge is power~
Sumber:
- https://www.bladderandbowel.org/bladder/bladder-conditions-and-symptoms/urinary-retention/
- https://www.jabfm.org/content/jabfp/4/5/341.full.pdf
- https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1576/toag.10.2.071.27393
- https://www.whattoexpect.com/first-year/postpartum-health-and-care/bladder-urination-difficulties-postpartum/